-BAGIAN TIGA PULUH LIMA-
"Rasanya sakit bukan, mengetahui rahasianya dari orang lain?"
__________________________Tiga jam berlalu sejak Kania pergi tanpa pamit dari rumah Mylan, kini perempuan itu berada di sebuah kafe yang tidak jauh dari sekolahnya. Tempatnya biasa mengisi perut, sepulang sekolah bersama Nara, Anya, dan Fina. Jika diingat-ingat, sepertinya sudah lama dia tidak meluangkan waktu untuk teman-temannya itu. Mylan sudah mengambil semua waktu yang Kania siapkan untuk mereka.
"Lo udah lama?" Sebuah pertanyaan yang terlontar dari suara familiar itu, menyadarkan Kania dari lamunannya. Sosok yang sejak tadi ditunggunya kini berada tepat di hadapannya, dengan seragam yang masih lengkap di tubuh.
Kepala Kania menggeleng pelan, "Baru sampai kok," jawab Kania berbohong. Padahal sudah tiga jam yang lalu dia berada di tempat ini.
Belvi mengangguk seraya memanggil waiter yang berada tak jauh dari meja mereka. Dia tidak percaya jika kini dia berada di meja yang dama dengan Kania. Perempuan ini tiba-tiba saja meminta bantuannya.
"Ujiannya tadi... lancar?" Tanya Kania selepas kepergian sang waiter.
"Nggak usah basa-basi. Mau susah atau nggak, itu urusan gue!" Cibir Belvi datar. "Lo minta bantuan apa?"
Kania menghela napasnya, lalu menatap manik Belvi serius. "Semua tentang Mylan, yang kak Belvi tau."
Kedua mata Belvi membulat dengan sempurna. Setelah semua yang telah Belvi lakukan, kenapa Kania memilih bertanya kepada Belvi? Ada apa sebenarnya dengan perempuan ini? "Gue nggak suka ikut campur urusan orang lain, ngerti? Lo bisa tanya ke orang lain yang bisa dipercaya, bukan gue!"
"Tapi aku percaya sama kak Belvi!"
Lagi-lagi Kania berhasil membuat Belvi terkejut. Kenapa dia masih percaya kepada Belvi? Semudah itukah Kania memberikan kepercayaanya? "Nara udah ngomong apa aja tentang gue, ke lo?"
Dengan kepala yang tertunduk, Kania menggeleng keras."Nara nggak ngomong apapun. Tapi—" kalimatnya tidak terselesaikan oleh isyarat yang Belvi berikan.
Dapat terdengar beberapa kali Belvi menghelakan napas gusar sebelum akhirnya kembali menatap Kania. "Gue mau bantu, lo. Anggap ini permintaan maaf gue, untuk insiden yang kemarin." Jelasnya yang membuat bibir Kania tersenyum.
Sebenarnya Arka yang mengatakan siapa Belvi sebenarnya. Kata Arka, Belvi sebenarnya tidak sejahat yang Kania pikir.
"Sekarang, apa yang mau lo tanya?" Belvi menatap wajah Kania. Dia baru sadar jiwa wajah itu tidak seceria biasanya.
"Kenapa waktu itu kak Belvi ngelarang aku buat deketin Mylan dan kak Salman? Setahu aku, kak Belvi cintanya sama kak Salman, kan? Bukan Mylan."
Tawa Belvi pecah saat mendengar pertanyaan itu. "Kenapa lo baru tanya sekarang? Kenapa nggak dari dulu?" Tanyanya masih berusaha menghentikan tawa. Perempuan ini tidak seburuk yang dia pikir.
Sesaat setelah Belvi menghentikan tawanya, minum dan manakan yang Belvi pesan telah siap, begitu pula pesanan Kania.
"Sebelum itu, gue tanya. Lo udah tau siapa Milena?" Kedua mata Belvi menatap air muka Kania yang terlihat berubah. Tidak perlu mendengar apa yang akan Kania jawab, Belvi sudah mendapat jawaban dari wajah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Novela JuvenilRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...