10

168 7 0
                                    

-BAGIAN SEPULUH-

"Cinta itu hebat, dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat."
________________________

Mylan merangkul bahu Arka dan menggosok kepala lelaki itu dengan kepalan tangannya. Entah kenapa Arka selalu saja menjadi pelampiasan ketika Mylan sedang kesal.

"Sakit njing!" Arka mendorong tubuh Mylan menjauh, lalu kembali fokus pada layar ponselnya.

"Lo kenapa? Kayak bahagia banget," tanya Gio.

"Habis mojok sama Kania lah," sambung Yoga terkekeh.

"Hah? Bahagia darimananya? Orang lagi kesel." Ketus Mylan.

"Lah, emang lo ada masalah apa sama Kania?" Tanya Gio.

Mylan hanya diam, menyandarkan punggung pada kursi dan berusaha mengintip apa yang tengah Arka lakukan dengan ponselnya. Kali saja dia menemukan sesuatu yang bisa menghibur hatinya.

"Lo udah jadian sama Nara?" Tanya Mylan membuat Arka segera menarik ponselnya menjauh dari Mylan.

Sialan, ketauan juga gue, batin Arka menyadari Gio dan Yoga tengah menatap ke arahnya.

Gio bangkit, lalu duduk di samping Arka dan merangkul bahu temannya itu.

"Liat chat nya dong bang," goda Gio seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Wah, wah, wah... gila lo. Lancar banget jalannya." Goda Yoga terkekeh.

"Bentar pulang kita mampir ke rumah sakit ya!" Arka menatap Mylan dengan tatapan tajam.

"Ha? Ngapain?"

"Jahit mulut sama mata lo!"

Yoga dan Gio memecah tawa mereka hingga suara itu memenuhi kantin, membuat semua orang memperhatikan mereka. Tapi, tidak dengan Mylan. Mata lelaki itu tengah menyapu seisi kantin untuk mencari seseorang yang harusnya sedang berada di kantin bersama ketiga temannya.

Gio menarik rambut Mylan hingga menengadah. "Cari Nia ya?" Godanya dengan nada manja.

Mylan mengeryitkan dahi. "Nggak waras lo!" Mylan diam sesaat, seperti tengah memikirkan sesuatu. "Dia tadi nggak boloskan Ga?" Tanya Mylan kepada Yoga, saat menyadari Kania tidak berada di kantin.

"Ha? Siapa? Kania?"

Mylan diam tak menjawab pertanyaan itu. Untuk apa menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas.

Arka menoyor kepala Mylan. "Goblok! Dia mana mungkin berani bolos, terlebih bokapnya itu temenan sama bokap lo."

Mylan diam. Ucapan Arka baru saja menyadarkan Mylan akan kesalahan besar yang telah dia lakukan kepada Kania. Tidak seharusnya dia berjalan sejauh ini. Rasanya dia terlalu terbawa suasana, hingga melupakan fakta bahwa dia hanya memanfaatkan keberadaan perempuan itu. Habis bagaimana lagi, hanya Kania yang bisa menghindarkannya dari kejaran cewek-cewek gila yang selalu membuntutinya. Tapi, entah kenapa Mylan jadi nyaman berada di dekat Kania. Perempuan itu mengingatkannya pada seseorang.

"Lo salah cari tempat pelarian, Lan. Dia bukan tempat yang cocok buat niat jahat lo itu." Sambung Yoga.

Mylan menatap sinis Yoga, "emang niat jahat apa yang mau gue lakuin?"

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang