-BAGIAN DUA BELAS-
"Bukan cuek, tapi berusaha untuk bersikap biasa saja."
________________________Kania berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tengah mengoleskan lip glos di bibir. Gadis itu terlihat cantik dengan penampilan simple. Kaos hitam yang dibalut dengan bomber jacket hijau army, riped jeans hitam yang memperlihatkan bentuk kaki jenjangnya, ditambah dengan rambut panjang yang dibiarkan tergontai dengan indah. Simple, tapi tidak mengurangi kadar kecantikannya.
Setelah merasa penampilannya sempurna, Kania segera meraih sling bag dan sebuah koper berukuran sedang yang berisi kebutuhan camping selama dua hari. Mungkin terdengar berlebihan, tapi Kania bukanlah gadis kuat yang sangat suka alam, hingga rela menghabiskan waktu mereka untuk menyatu dengan alam. Dia hanyalah perempuan rumahan yang hobi merebahkan tubuh sambil membaca novel romantis. Jadi wajar jika dia membawa koper dengan perlengkapan yang banyak, bukan membawa backpack dengan perlengkapan seperlunya.
Kania menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati, memastikan agar kakinya tidak salah langkah dengan beban yang diangkatnya.
"Perlu bantuan?" Tawar Lisa saat melihat Kania kesusahan menuruni tanga.
Dengan cepat Kania menggeleng, "Nia bisa kok."
Hari ini, Lisa sengaja mengambil waktu siang di kantor untuk menemani Kania sebelum pergi melaksanakan camping selama dua hari ke depan. Dia harus menemani Kania memeriksa kesiapannya hidup di hutan yang jauh dari pemukiman.
"Udah ada yang nunggu tuh." Ucap Lisa terkekeh pelan, namun Kania menaggapi kekehan itu dengan sikap biasa saja.
"Cuma kakak kelas yang kebetulan rumahnya ngelewati rumah kita. Jadi Nia nebeng biar nggak ngerepotin Bunda." Ucap Kania yang sebenarnya tidak tahu dimana rumah Salman berada.
"Kira gantinya si My–"
"Nia nggak punya waktu buat bahas itu." Kania tahu kemana arah bicara Lisa saat ini. Dia pun langsung memotong ucapan Lisa sebelum nama itu selesai diucap oleh bundanya.
Lisa menghela nafas panjang sebelum mengelus pucuk kepala Kania dan mengantarnya ke teras. Entah sudah berapa kali dia tanpa sadar menyakiti hati anaknya sendiri, tapi dia memang tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya Kania yang bisa mencari jalan keluarnya.
"Udah mau berangkat sekarang?" Tanya Lisa kepada Salman.
Salman melirik jam tangannya sesaat, lalu kembali menatap ke arah Lisa. "Iya tante, soalnya sebelum pergi, kita ada apel pagi sekalian doa bersama dulu." Salman membawa koper Kania ke dalam mobilnya.
Lisa mendekati Kania. "Nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi bunda atau langsung ke pak Zidan. Kamu udah catatkan nomornya pak Zidan?"
Kania mengangguk seraya mencium punggung tangan Lisa. "Bunda jangan khawatir, ini bukan pertama kalinya Nia masuk hutan." Ucap Kania terkekeh.
"Ya udah hati-hati ya, jangan ceroboh. Ingat, kalau kemana-mana harus bawa temen!"
Kania memutar matanya sambil terkekeh. "Ampun deh bunda, Nia ngerti kok."
"Salman, tolong bantu jagain Nia ya," ucap Lisa saat Salman kembali mendekat, hendak mencium tangannya.
"Iya tante, pasti Salman jaga. Kita berangkat dulu, tante." Pamit Salman yang membukakan pintu untuk Kania, lalu berputar menuju jok kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Teen FictionRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...