Ingatkan jika ini sudah masuk bulan ke dua sejak keputusanmu untuk menerima bantuan Suho saat itu. Dan hubungan kalian masih dibatas, teman. Tidak lebih. Hanya perhatian Suho saja yang terkadang berlebih.
Hari ini kamu rasanya ingin menangis. Pekerjaan mu begitu menumpuk dengan deadline yang begitu dekat, ditambah hari ini adalah hari pertama mu menerima tamu bulanan.
Sejak tadi kamu terus memborbardir Suho dengan pesan singkat. Menyuruhnya untuk cepat menjemputmu atau kamu akan pulang sendiri.
Tidak sampai 10 menit kemudian, dia sampai kantormu dengan mobil sport nya. Melihatmu yang terus meringis, Suho membuka pintu dengan cepat lalu menghampirimu.
"Kamu kenapa?"
Begitu mendongak, kamu malah menangis dan membuat Suho bingung.
"Sakit..." rengekmu.
Suho memegang kedua bahumu erat, "apa yang sakit?"
"Perut aku."
"Maag? Belum makan?"
"Ih bukan!"
Suho sedikit tersentak saat kamu membentaknya, "kamu lagi halangan ya?" tanyanya kemudian dan kamu mengangguk.
Dia terkekeh pelan sebelum menarikmu dalam pelukannya, "pulang yuk? Kamu mau beli sesuatu dulu nggak?"
Kamu menggeleng seraya menyeka air mata, "mau pulang aja, cepet."
"Iya pulang sekarang, mau di gendong gak? Kuat jalan?"
Kamu mengangguk, tanpa banyak kata kamu meninggalkan Suho yang masih berdiri di tempatmu menunggunya tadi.
"Ayo cepetan pulang ih! Kamu ngapain malah disitu!"
Dia terkekeh lagi, "dasar galak."
🌼
Sesampainya di rumah, kamu langsung masuk dan meninggalkan Suho setelah menyuruhnya untuk masuk dan menunggumu di ruang tamu.
Tepat saat kamu masuk ke dalam kamar, Ayah dan Bundamu masuk ke dalam rumah sepulang dari kantor.
"Eh Suho," sapa Bunda yang membuat Suho refleks berdiri dan memberi salam pada orang tuamu.
"Udah lama?" tanya Ayah.
Suho menggeleng, "belum lama, Om."
Bunda mengangguk seraya tersenyum. Tidak lama terdengar suara langkah kaki mendekat.
"Wehey, Bunda sama Ayah tumben pulang cepet. Eh, Kak Suho?"
Suho tersenyum pada Jihoon yang kini melangkah kearah Bunda juga Ayahnya. Setelah bocah lelaki itu menyalami orang tuanya, dia beralih pada Suho dan melakukan hal yang sama.
"Udah lama?" tanya Jihoon.
Suho menggeleng, "belum Kok. Mbak Hyo mana?"
"Pergi sama temennya. Oh iya! Bunda, pesen makan aja ya? Gak usah masak. Jihun lagi ingin makan Mie Jawa depan komplek."
Bunda mengusak rambut Jihoon lalu mengangguk, "kamu yang beli sama Kakakmu. Udah pulang kan dia?"
"Eh, sama Suho aja Tante. Kasian tadi dia —"
"Aku aja. Aku mau beli persediaan pembalut sekalian," ujarmu seraya berjalan pelan menghampiri Suho.
"Masih sakit perut kamu?" tanya Suho dan kamu menggeleng.
Jihoon menghadap Bunda dan menadahkan tangannya, "uangnya mana?"
Mendengar permintaan Jihoon, Suho lantas mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada Jihoon.
"Kamu jajan aja sekalian Hun, kalo ada kembaliannya buat kamu."
Jihoon tersenyum senang dan mengedipkan matanya beberapa kali, "baik banget Kakak ipar, cepet nikah biar Jihun bisa jajan terus, ya?"
Sebelum kamu protes Jihoon sudah lebih dulu menarikmu keluar rumah. Hal itu membuat ketiga orang di ruang tamu tertawa pelan.
Suho mengakhiri tawanya dengan senyum sebelum menatap Ayah juga Bunda.
"Om, Tante, ada yang mau Suho omongin..."
🌼
"Berhasil move on, Mbak?"
Kamu tersenyum lalu mengangguk kecil, "seenggaknya udah gak begitu sedih sih. Tapi kadang tetep kangen."
Jihoon merangkul lenganmu dan tersenyum tipis. Dia juga mengingat bagaimana bahagianya kamu saat baru saja menjadi kekasih Wonwoo, juga bagaimana sedihnya kamu ketika putus dengannya.
"Jihun jadi kangen main sama Mas Onu," ujarnya pelan.
Dia menoleh kearahmu sekilas, "Mbak suka Kak Suho?"
Kamu terdiam beberapa saat, "suka."
"Jihun juga."
"Tapi dia waktu itu yang bikin Mbak nangis," kamu menatap Jihoon yang kini sibuk memainkan batu kerikil selagi berjalan.
Dia mengangguk, "tau kok. Tapi sekarang dia keliatan bertanggung jawab. Dia yang bantuin move on, kan?"
"Iyasih..."
"Mbak, kalo emang suka juga bilang aja. Daripada dia nunggu lama, terus bosen, terus Mbak ditinggal lagi? Mau?"
"Ya nggak lah!"
Jihoon tertawa, "ya makanya bilang. Atau jangan-jangan, Mbak gengsi ya bilang duluan?"
Kamu berdecak kesal lalu memukul bahu Jihoon dengan gemas, "asal nuduh aja! Nggak gengsi tuh, nanti Mbak ngomong."
"Oke, Jihoon tunggu."
Kamu menghela napas sebelum mendongak menatap langit malam yang begitu cantik dengan taburan bintang serta bulan sabit.
Malam ini kamu sudah memutuskan sesuatu. Sesuatu untuk mengubah masa depanmu, well, kamu juga sudah yakin untuk ini. Semoga saja belum terlambat untuk mengatakannya.
🌼
Kawan kawanku, aku bikin work baru. Haruskah aku up? Tapi bukan tentang exo:') apakah akan kalian baca? Wkwk
Muffinpororo's new project
Ada mbak chaerin, mas suga, sama dek Uji. Heuheu, aku up kalo ada yg minat baca.Husband Series - April 2018
-muffinpororo
KAMU SEDANG MEMBACA
[Husband Series] | Kim Junmyeon
FanficKebayang gak kalo seorang Kim Junmyeon jadi suami kamu? 🌼 Start : 23 April 2018 Finish : 6 November 2018 🌼 Welcome to Husband Series Exo Version! #3 ♥