Selasa Bahagia

23.5K 2.4K 45
                                    

Kamu terus tertawa tanpa henti ketika Jeongyeon bercerita tentang masa lalu kalian bertiga. Jeongyeon, Wonwoo, dan kamu tentu saja. Tapi kali ini, Jeongyeon tidak bercerita sendirian.

Wonwoo melakukan video call lewat ponsel Jeongyeon. Dia bahkan terlihat lebih cerah dibanding saat berpacaran denganmu dulu.

"Hey para gadis, udah dong jangan bahas aib terus. Malu nih gue."

Ekspresi Wonwoo berubah kecut ketika kalian berdua masih saja tertawa akan kecerobohan yang dilakukan Wonwoo saat masih kuliah.

Sadar dengan ekspresi Wonwoo yang berubah, kamu meredakan tawa dengan berdeham cukup keras.

"Oke, sori. Habis lucu banget, ya kan Je?"

Jeongyeon mengangguk sebelum menghela napas dan mengukir sebuah senyum manis. "Sori Nu. Kejadian dulu terlalu lucu buat dilewatin."

Wonwoo berdecak sembari memutar bola matanya malas. "Yaaa terserah."

Kamu teringat akan sesuatu. Sesuatu yang terus mengganggumu sekitar 3 hari belakangan.

"Gue mau cerita, gue telat dapet," ujarmu pelan.

Wonwoo disambungan sana mengernyit bingung. "Dapet apa?"

Kamu menatap layar ponsel Jeongyeon. "Menstruasi. Gue udah yakin ini sih tanda. Gue mikir langsung, gue hamil kali ya? Gitu. Tapi gue gak ngalamin morning sickness, apa belum?"

Jeongyeon menatapmu lekat. "Udah dicek pake test pack?"

"Belum," jawabmu sembari menggeleng.

"Mending dicek deh coba. Siapa tau udah ada Suho bayi di sana." Wonwoo menunjuk satu arah, seakan menunjuk perutmu.

Kamu melirik ke arah jam dinding. Suho bilang dia akan pulang malam karena ada beberapa hal yang harus dia urus.

"Gak punya test pack..."

"Lesgo ke apotek!" seru Jeongyeon semangat.

Kamu mengambil tas dan meraih tangan Jeongyeon. Gadis itu masih belum memutus video call dengan Wonwoo. Biar saja, biar Wonwoo tahu katanya.

Kamu mengetuk pintu kamar Jihoon dan berteriak pelan. "Dek aku keluar dulu sama Jeje. Cuma sebentar!"

"Yaaa hati-hati!"

🌼

"Assalamu'alaikum."

Suho mengernyit saat mendapati ruang tengah gelap tanpa ada cahaya lampu yang menyala satupun dari seluruh penjuru rumah.

"Sayang? Bunda? Jihoon? Ayah? Mbak Hyo?" Suho mengabsen satu persatu penghuni rumah. Tapi tidak ada jawaban.

Saat kakinya melangkah masuk lebih jauh, sesuatu yang menyala redup menarik perhatiannya.

Ada ponselmu disana dengan sebaris kalimat yang terketik di notes ponsel.

Sudah pulang? Gelap ya? Hehe, pake hp ku ya Kak. Jalan ke ruang makan.

Banyak sekali pertanyaan yang menumpuk di benaknya. Ada apa? Tapi tak urung tangannya menekan ikon flash sehingga ruangan terlihat sedikit terang.

Dia berjalan sesuai intruksi menuju dapur. Dan disana dia melihat sebuah cupcake dengan lilin kecil yang menyala. Bahkan dia baru sadar ada jertas yang terlipat dan kotak kecil di samping cupcake itu. Tangannya langsung membuka surat kecil itu dan membacanya dalam diam.

Blow the candle first! Kalo udah buka kotaknya, pahami, baru berbalik. Oke?

Suho tertawa pelan. Dia menunduk untuk meniup lilin sebelum mengambil kotak yang kamu maksud tadi. Flash dari ponselmu belum dimatikan, dia menggunakannya agar apa yang ada di dalam kotak terlihat dengan jelas.

Jantungnya berdegup cepat saat ada benda yang dikenalinya dalam kotak. Juga tulisan yang tertulis di atas kertas dekat benda itu membuatnya menggigit bibir gelisah.

Congratulation! You're going to be a Dad! Turn around, love!

Saat Suho berbalik, kamu sudah berdiri di belakangnya dengan senyum mengembang. Kamu merentangkan tangan dan langsung disambut baik oleh Suho.

"Serius? Kamu hamil?"

Kamu mengangguk. "Iyaaa."

"Alhamdulillah..." lirihnya sembari mengeratkan pelukan.

Seketika itu pula, ruang makan menjadi terang karena lampu dinyalakan. Suho bisa melihat semua anggota keluarga berkumpul di sana, termasuk Jeongyeon dan Wonwoo. Tentu saja dari sambungan video call.

"Selamat Kak Suho!!! Jihun bakal jadi om dong ya? Yeheee ponakan baruuuu!"

Hyoyeon tertawa pelan. "Congrats lovebirds! Semoga bayinya sehat terus sampe lahiran nanti."

Bunda dan Ayah maju untuk memberikan pelukan hangat pada Suho.

"Selamat ya nak," ujar Bunda lembut.

Ayah menepuk bahu Suho beberapa kali. "Udah mau jadi orang tua kamu, jagain anak sama cucu Ayah. Ya?"

"Makasih Bun, makasih Yah. Suho bakal jagain mereka baik-baik."

"Selamat Kak Suho! Uhuuu cepet juga, perasaan baru balik bulan madu deh," ledek Jeongyeon dan disambiut tawa lebar dari Wonwoo.

"Gak nyangka sahabat gue bisa dihamilin sama lo. Jagain yang bener, gak bener gue bawa ke Korea dia!"

Suho mengangguk, mengusap punggungmu sebelum tertawa pelan.

"Makasih Je, Nu. Lo cepet balik lah sini, main. Betah banget di sana."

Wonwoo mengangguk. "Santai. Kapan-kapan gue main ke sana."

"Yaudah, Bunda udah masak. Jadi ayo kita makan dulu. Ya?"

Saat semuanya mulai membubarkan diri, Suho menangkup wajahmu dan menempelkan keningnya dengan keningmu.

"Makasih banyak. Sehat terus ya sayang, jangan stress, bilang kalo kamu mau sesuatu," bisiknya disertai usapan lembut di pipimu.

Kamu mengangguk. "Makasih juga. Janji ya aku minta apa aja dikasih?"

Suho nampak berpikir sejenak sebelum balas mengangguk. "Iya, tapi kalo bikin kamu atau anak kita sakit, gak boleh."

"Yah tap—"

Terlambat. Sebelum melanjutkan ucapanmu, bibirmu lebih dulu dibungkam Suho dengan bibirnya sendiri.

"Berisik. Udah sana makan gih, aku mau mandi dulu."

Kamu menggeleng. "Nggak. Ikut makan dulu baru mandi. Gak terima protes apapun."

Suho kembali tertawa. "Yaudah ayo Ibu Negara."

🌼

Part terpanjang sejauh ini wkwk 800+ words uhuy.

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim JunmyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang