Meet Bad Cousin.

2.8K 126 14
                                    


Ku tatap pantulan wajah ku melalui cermin yg ada di kamar.
Wajah pucat,kantung mata melebar,kerutan di dahi.
Semuanya membuat ku terlihat semakin buruk.

Kreakkk
Bunyi pintu yg terbuka merenggut kesadaran ku secara perlahan.

"Sudah siap??"
Hanya kata itu yg keluar dari mulut ibu ku.

Aku diam,lebih tepatnya mematung,aku tidak akan pernah siap untuk semua ini,aku benci perpisahan,sejujurnya.
Mereka merenggut apa yg ku miliki,mulai dari sahabat,lingkungan ku,dan apa pun yg ku suka di kota ini.
Aku benci jika harus merelakan memori ku,dan mengganti nya dengan sesuatu yg baru.

Aku ingin menangis,apa di sana aku akan mendapat sahabat? Dan apa pun yg ku inginkan?
Kenapa tidak ada yg bertanya,apa aku baik baik saja?
Aku benci.

"Jangan melamun..
Kita harus segera berangkat.."
Ibu ku bercakap lagi,kemudian pergi berlalu begitu saja.

Aku menatap kamar ku dengan keseluruhan,aku tidak tahu kapan lagi bisa tidur di sini.
Tapi yang pasti aku tidak akan menemukan kamar sebaik ini,tempat ternyaman ku.
Untuk yang terakhir kalinya,aku merebahkan tubuh ku di kasur,dan menghirup wangi tubuh ku di sana.
.
.
.
.

"Jika nanti kamu bertemu mereka,jaga ucapan dan kata kata mu!
Calum sepupu mu,dia yg akan merawat dan menjaga mu.."
Tutur Ayah.

"Apa itu harus?"
Tantang ku tak suka.

"Kau berani melawan?
Dia kaka mu,kau harus hormat pada orang yang lebih tua dari mu!"
Jelas Ayah lagi.

"Tergantung sikap nya pada ku.."
Aku membuang pandang ku,rasanya ini akan membosankan.

"Jika kau bersama Calum,kau harus menuruti apa pun yangg di katakan nya,ibu sudah berpesan,dia bebas mengatur mu"
Tambah ibu ku,lihat sekarang mereka sepakat menjebak ku.

Aku kaget.
"Belum puas memutilasi,apa sekarang kalian menjual ku?"
Aku menebar tanya,dengan pandangan tak percaya.

"Ini demi kebaikan mu Nadine!!"
Teriak Ayah.

Aku memilih diam.
Dalam diam aku menangis,kenapa?
Ada orangtua setega Ayah dan Ibu ku,aku ingin bertanya,apakah aku bukan anak mereka,sehingga mereka begitu pada ku?
Aku lelah,lebih baik tidur.
Karna hanya dengan tidur,masalah ku akan menghilang walau hanya sesaat.
.
.
.
.

"Apa kau sudah menelepon Brian??"
Samar-samar ku dengar percakapan Ayah dan Ibu ku.

"Ya,dan mereka masih di perjalanan."
Jawab Ayah kemudian.

"Apa Nadine bisa beradaptasi di sana?"
Pertanyaan itu membuat ku memucat.
Apa ibu sudah perduli,atau sekedar basi basi?
Hah,sungguh aku anak yg malang.

"Semuanya akan baik-baik saja,kau bangunkan saja Nadine,sebentar lagai kita akan sampai di bandara"
Sebenarnya tak perlu repot,karna aku sudah bangun.

"Nadine...Bagun,kita hampir sampai di bandara"
Ibu mengelus kepala ku pelan.

Aku membuka mata,dan melihat sekeliling ku.
"Hm,"
Jawab ku tak bersahabat.

"Ayo turun,sebentar lagi jadwal penerbangan nya"
Ayah ku turun lebih dulu dan menyuruh supir membawa barang-barang ku.

Ingin aku menangis,namun semuanya sudah terlambat,pastinya.

"Kami sayang pada mu Nadine.."
Itu kalimat terakhir ibu yang tertangkap melalui bibir tipisnya.

Aku menatapnya lemah.
"Jika kalian benar-benar menyayangi ku,kalian tidak akan pernah mengecewakan ku!! Kalian salah..
Anggap saja semua nya berakhir!"
Aku menangis dan masuk ke dalam.
Aku melihat kota kelahiran ku dari balik jendela kaca pesawat,aku menangis dan menutup mata.
"Selamat Tinggal."
.
.
.
.
.
.
Aku menuruni pesawat sialan itu,pesawat yang membawa ku ke negara dan Kota aneh ini,aku tidak berusah mencari Paman ku,aku malah berharap diri ku tersesat dan mati,dengan begitu,aku tak perlu repot repot menjalani hari-hari ku di sini.

Namun baru beberapa langkah,aku melihat wajah yang mirip dengan Ayah ku.
Dia,Sialan.
Dia menemukan ku.
Aku tersenyum ramah.
"Paman"
Panggil ku.

"Nadine..
Wah,kamu sudah dewasa rupanya."
Paman memeluk ku.

Hanya dia paman ku seorang,walau wajah nya mirip ayah ku,tapi sikapnya jauh beda,paman ku lebih bersahabat di banding ayah ku.
Aku tidak mempermasalahkan paman ku,hanya saja anak nya,uhh sedikit menyebalkan.

"Calum..
Apa kau tak ingin menyambut Nadine??"
Mendengar nama itu di sebut,mata ku langsung mencari sosok itu.

Dan ternyata,dia menatap ku secara seksama.
Kaos hitam,dan Jaket hitam membuat penampilan nya lebih mirip Bodyguart.

Dia menatap malas ke arah paman.
"Ayolah...."
Bujuk paman ku lagi.

Dia mendekat dan memeluk ku.
Aku diam,psikopat memeluk ku??
Baru ada sekilas fikiran ku untuk membalas pelukan nya,dia langsung melepas.

"Ayo pulang..
Aku banyak urusan."
Ucap nya dingin.

Aku bahkan merinding.
"Ya,baiklah..
Thomas..
Bawakan barang-barang Nadine"
Titah paman.

Aku berjalan pelan dan mengikuti arah dan gerakan mereka,ku harap hari-hari ku tidak seburuk sikap Calum.

Tbc.

Bad Cousin  |Selesai• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang