Nadine mengusap bibir tipisnya sial,bekas itu begitu ketara diantara kulit pucat bak mayat miliknya,dengan malas dia mengoles sedikit alkohol dan menambah betadine.
Ah nikmat.Begitulah,karna terkadang rasa sakitlah yang mampu menguatkan seseorang untuk tetap bertahan,termasuk Nadine,di akan bertahan sekalipun tidak ada jaminan untuk dirinya,tanpa harus mengeluh rasa sakit dia menuruni kasur reyot itu,memasuki kamar mandi dan mulai menyalakan keran air,sedikit merenung seperti orang bodoh hingga akhirnya kesadaran merenggut kepermukaan dan membuatnya mematikan aliran air,dia mengusap pipi dengan handuk,namun tanda memar itu? Ah pasti akan hilang bila di tutupi dengan consiler.
Mungkin dengan ucapan selamat pagi? Atau hi,atau hei Calum? Ah,otak kecil Nadine dipenuhi sapaan bodoh.
Dengan begitu canggung dia melewati meja makan,apa mungkin mereka sarapan bersama sedangkan semalam mereka bertengkar hebat! Alih-alih menjauh langkah Nadine justru berhenti saat lengannya ditarik,siapalagi jika bukan Calum pelakunya.
"Sarapan mu."Nadine mengangguk,dia mengambil posisi jauh,takut sewaktu-waktu pria itu melempar piring atau bahkan kursi yang sedang di dudukinya.
"Pulang sekolah tunggu aku di parkiran,"Nadine hanya mengangguk-angguk lagi,jauh lebih baik jika dia hanya diam dan menikmati sarapannya dengan sangat hati-hati,entah kenapa dia merasa sangat di awasi,sedikit saja dia salah langkah mungkin pria itu akan menelannya bulat-bulat.
Usai dengan sarapan,keduanya sepakat berangkat seperti biasa,namun hari ini dengan motor lagi,entahlah rasanya lebih nyaman bila menggunakan mobil,namun ini bukan saat yang baik untuk beradu argumen,Nadine memilih menerima Helm dan mengenakannya.
Ingat betul bagaimana kerasnya telapak tangan itu menampar sempat membuat Nadine gagal fokus.
"Ayo.."Nadine mengambil posisi duduk,dan tidak akan memeluk pria itu,namun lagi-lagi pria itu yang menarik tangannya dan menampatkan di tempat biasa.
Hening,saat mereka menerobos dan membelah setiap bahu jalanan,membawa rasa yang memang sangat sulit untuk di artikan,sangat aneh namun Nadine akan mengikuti permainan pria brengsek ini.Bau pekarangan sekolah membuat Nadine merasa lebih nyaman,tatapannya meneduh dan memberi helm coklat dengan pinggiran hitam itu,sebelum benar-benar pergi kembali lengan nya di tahan pria itu,sudah 3kali,mungkin untuk yang ke4 tangan Nadine akan benar-benar patah.
"Kemari,"
Dengan gerakan bingung,Nadine maju dua langkah kecil.Calum menyelipkan dan memperbaiki rambut kecilnya,sedikit wajahnya maju mengamati memar di sudut bibir Nadine,walau tidak terlihat,namun Calum tau pasti berbekas.
"Apa sakit?"Nadine menggeleng,sedikit senyumnya terpancar begitu saja.
"Ah,tidak."
Dia memang berkata begitu,namun kedua bolamatanya sudah berkaca-kaca.Calum hanya menghela nafas,sangat berat hingga Nadine merasa bingung.
"Masuk lah,kalau kau perlu sesuatu jangan sungkan datang kekelas ku."Lagi Nadine tersenyum ramah,entah itu untuk apa,karna bukannya tersenyum Calum justru begitu gusar dengan senyum palsu itu.
.
.
.Suara teriakan,jeritan,bahkan tangisan membuat seluruh sekolah geger,heboh,bahkan tak jarang beberapa siswa justru menciut takut, tak kala mendengar seorang siswi sedang kerasukan, entah hantu dari mana namun ini kali pertama sekolah itu mencatat adanya siswi kerasukan.
Nadine bersembunyi,tak akan ikut campur seperti kebanyakan kerumunan orang-orang yang menyaksikan apa yang sedang terjadi di ruangan musik itu,namun saat satu nama itu di sebut-sebut ,satu nama yang benar-benar membuat Nadine tercekat,dia berlari keras menuju kelas tatapannya bertemu sosok tak kasat mata,seseorang yang duduk di pojok kelas,dengan seragam yang lusuh nyaris tak terbentuk,tatapan yang menyiratkan keputus asaan,dan satu lagi,ada banyak darah yang mengalir dari kepala pria itu ,dengan sangat kuat Nadine menjerit takut,tatapannya melemah dan suaranya menghilang begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
FanfictionPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi