Hurt

2.6K 118 18
                                        

Mobil bermerek ini membawa kami ke suatu tempat,dan setelah menunggu waktu yang cukup lama,akhirnya kami sampai di sebuah gedung tinggi.
Bukan,itu bukan gedung,ini rumah.
"Apa kau ingin menginap di mobil Nadine?"
Suara paman membuyarkan lamunan ku.

"Ah,tidak paman."
Aku buru-buru bangkit dari posisi duduk ku.

"Anggap saja rumah sendiri ya, Nadine.."
Lirih paman,yg masih melihat ku merasa cukup canggung.

"Baik paman."

"Ayo..
Thomas,bawa barang Nadine ke lantai 2,"
Titah paman lagi.

Aku mengikuti mereka dari belakang,mengekor seperti anak ayam.

"Nadine,Paman harap kamu bisa betah tinggal di sini.."
Harapan paman seperti angin kencang yang menakutkan.

"Semoga.."
Lirih ku saja.

"Baiklah,paman akan pergi,semoga kau suka kamar ini,jika Calum mengganggu kamu,jangan segan-segan untuk menjewer telinga nya,ya."
Aku membeku.

Menjewer katanya?
Menatap nya saja,sudah membuat ku merinding,ada ada saja paman ku ini.
Aku hanya bisa tersenyum kaku,dengan wajah memucat.

"Sekali seminggu,paman akan menjenguk mu. Semoga saja."

"Apa?
Jadi,aku tinggal hanya--"

"Ya,kau bersama Calum di sini.
Ada apa?
Paman harap kau tidak takut dengan dia,tidak perlu kawatir,dia anak yg baik."

Baik?
Apa itu tidak salah Paman?
Ku harap paman salah bicara!

"Jangan di fikirkan,sebaiknya kamu tidur,paman juga punya pekerjaan penting.
Bye"
Paman menghilang di balik pintu,dan ini akan menjadi masalah baru.

Hah.
Ini menyebalkan,tinggal berdua bersama Psikopat?
Apa tidak ada yang lebih mengerikan?
Eeh,tunggu,dimana dia?
Aku tidak melihat nya? Apa dia sudah lenyap?

Bodo,sebaiknya aku berbaring,yang aku butuhkan hanya ketenangan.
Aku bersembunyi di balik selimut tebal dan mulai menutup mata.
.
.
.
.
.

Aku mencoba bangkit,saat suara bising memenuhi kamar ini,aku berusaha mengangkat tubuh ku,tapi tidak bisa,apa apaan ini?
Aku semakin berusaha bergerak,namun beban di atas ku semakin berat,aku mengeluarkan tangan ku,dan meraba benda yg menimpa ku.

Aku mulai meraba,ini...
Mmm,sperti wajah,ada hidung,mata,rambut,dan tangan ku berhenti di bibir.
Fiks,itu manusia.
Aku tersadar,dan buru-buru menarik tangan ku,namun sialnya ada seseorang yang lebih cepat, malah menarik tangan ku.
Aku menjerit.
"Aaaaaaaaaaaaaaa"

AUTHOR POV

Nadine menjerit.
"Aaaaaaaaaaaaaa"

"FUCK!!
Kau bisa merusak gendang telinga ku,Bodoh."
Pria itu bangkit dari tubuh Nadine.

"Hei Calum!!
Apa yg kau lakukan??"
Geram Nadine saat melihat, yang menimpa nya ternyata Calum.

"Apa yangg ku lakukan??"
Calum mengulang kata dan menaikkan sebelah alis nya.
"Harusnya,aku yg bertanya,kenapa kau ada di sini??"
Calum coba memberitahu dengan nada tak suka.

"Aku??
Aku tidur!
Kenapa kau balik bertanya?? Kenapa kau di sini? Ini kamar ku,ooh jangan-jangan kau???"
Nadin menyilangkan kedua tangan nya di dada.

Seolah mengerti dengan maksud Nadine,Calum tertawa remeh.
"Cuih..
Aku? Menyentuh mu?
Ku harap kau bisa berkaca,Dada rata dan Bokong yang kempes itu yg kau banggakan?
Sadar lah nona,di jual dengan harga murah pun,aku tidak akan membeli mu!!"
Tegas Calum

Nadine ingin berkomentar,namun buru buru Calum menimpali ucapan nya.
"Dan ingat!! Ini kamar ku!
Sepertinya,kau yang ingin menggoda ku,tapi maaf,bahkan kau bertelanjang pun aku tidak akan tegang!"

Wajah Nadine memerah padam,menahan kesal.
"Diam kau Brengsek!!!
Aku bukan wanita seperti itu!!"
Nadine menangis.

"Cup cup cup..
Hapus air mata buaya mu itu,kau semakin terlihat menjijikan!"

Nadine menggeram.
"Keparat!!"
Dia bangkit,dan hendak memukul Calum.
Namun seperti seharusnya,Wanita jarang menang bila bermain fisik dengan pria,apa lagi yang melawan ini, Nadine.
Mereka ibarat,kambing kecil lawan induk Singa.
You know lah.

Calum menangkap tangan Nadine,mengunci lalu memutar nya.

"Ahhh,sakit.. Lepas"
Jerit Nadine pelan.

"Kau melawan??"
Tantang Calum.

"Tidak.. Tidak kumohon lepaskan.. Ini sakit sekali"
Lagi-lagi Nadine mengeluarkan air mata nya.

Calum tersenyum sinis.
"Lemah!!
Segera bangkit,dan bawa rongsokan mu dari sini!!"
Calum menghempaskan Nadine.

Nadin menatap tangan yang berbiru akibat ulah sepupunya itu.
Dia menangis lagi,kemudian bangkit,dan membawa kopernya keluar.

"Sialan.."
Nadine masih bisa mendengar Calum memaki.

Dia menyeret Kopernya dengan lemah.
"Kurang ajar... Bajingan... Sialan...."
Marah Nadine,dia mencari cari kamar kosong,dan langkah nya berhenti di sebuah kamar.

Kamar yg penuh debu,sarang laba laba,dan cukup kotor. Sangat tidak terurus.
Di sana terdapat juga bercak,seperti darah,namun sudah berubah warna menjadi Coklat.
"Ini jauh lebih baik..."
Nadine  menyusuri kamar dan membuka kain putih yang menutupi sebuah kursi,dia menyalakan lampu dan bersandar di kursi.
"Besok,cobaan nya seperti apa lagi??
Apa aku akan kuat??"
Nadine menangis dan memukuli tubuh nya

Tbc.

Bad Cousin  |Selesai• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang