"Kalian ingin pergi.... Tanpa ku?"
Calum menatap datar ayahnya dengan Nadine bergantian.
"Pergilah."
Nadine mematung,apa Calum sekarang melepasnya? Semudah itu? Hei bukankah sudah ada banyak masalah yang mereka lewati bersama,lalu?
"Kau dengar itu Nadine,sekarang dia yang menendang mu,mungkin sudah menemukan mainan baru,"
Nadine menunduk,membiarkan ucapan pamanya merobek perasaannya."Kenapa masih di sini?"
Nadine mendongak,menatap mata pria itu sekali.
"Kau yakin?""Pergilah,"
Calum mendekat,membiarkan bibirnya menempel di telinga Nadine.
"Tapi jangan jauh-jauh."Kali ini Brian benar-benar tersenyum,mengamit lengan Nadine berusaha membawa gadis itu pergi jauh dari Calum yang sudah kembali ke posisi semula.
"Dengar Calum, mulai hari ini Nadine tinggal dengan ku,semua barang-barangnya akan ku bawa besok."
Calum tak merespon,wajahnya begitu serius menatap Nadine yang selalu menunduk.
"Kami pergi."
Untuk terakhir kalinya,Calum tersenyum menatap gadis yang sedari tadi menunduk,membiarkan ayahnya membawa pujaan-hatinya pergi,entah untuk sejenak atau selamanya,yang Calum harap hanya satu,semoga hatinya lekas sembuh.
Aku ingin tau,apa sesuatu terjadi bila kita tidak saling menatap
Aku ingin tau,apa detak jantung ku masih normal ketika kau tak di sini
Aku ingin tau,masih sanggup kah aku bernafas jika sumber udara ku menjauh.Aku ingin tau,seberapa kuat aku tanpa mu.
_kelemahan ku.Calum menatap bayangan tubuhnya.
Wangin Nadine,masakan yang gadis itu sediakan,bukankah harusnya mereka menikmati makan malam,dan Calum akan mengejek kuah bening yang gadis itu sajikan.Nadine.
Kapan nama gadis itu benar-benar keluar dari fikiran Calum,kapan?"Ternyata seperti ini jika kau tak di sini."
Calum tersenyum kecut,menatap sup daging yang kian mendingin,saat jemarinya tak berusaha menyentuh."Nadine..."
Calum menundukkan wajahnya,padangannya di penuhi sesuatu yang selalu dia tutupi.
Kenapa dia lemah?
Kenapa dia bodoh?
Kenapa dia terlalu rapuh?Tentu Nadine akan baik-baik saja,gadis itu kuat bahkan sudah membunuh,apa Calum masih harus meragukannya?
Dengan malas Calum membangkitkan diri,berjalan pelan menuju kamar.
Sedikit berantakan.
Namun semua ini justru membuatnya merasa tak sendiri,Nadine di sana dengan kaos biru polos kesukaannya,sedangkan Calum kaos hitam yang tak pernah absen memerhatikannya.
Tubuhnya bergerak perlahan,menidurkan diri di tempat Nadine beberapa waktu lalu,sungguh dia merasa gila saat tak sengaja menemukan jaket milik gadis itu.
Wangi itu,mengepul menjadi satu,bayangkan saja baru beberapa menit mereka tak saling bertemu,Calum sudah hampir lupa,bagaimana bernafas yang seharusnya.
.
Dia melepas mu,
Mungkin bosan? Lelah? Muak?
Semuanya mungkin,termasuk menemukan yang baru.Nadine tak berhenti menatap bahu jalanan,kian ramai dengan cengkrama dan kesibukan tiada tara.
"Besok sebaiknya kau jangan sekolah dulu,agar paman mengambil beberapa pakaian mu yang tertinggal,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
Fiksi PenggemarPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi