Nadine masih menatap wajah Calum lekat-lekat,pria menyebalkan itu tengah duduk di kasur dengan Nadine yang sibuk membersihkan sisah darah di kening dan tangan nya,Nadine tak bicara atau bertanya kenapa ada luka di tubuhnya,sebab dia tau ini pasti perbuatan paman nya,mungkin pamannya marah besar pada Calum.
"Apa ada yang sakit?"
Tanya Nadine pelan,jemarinya membelai lembut rambut hitam Calum.Calum menggeleng,bukannya menjawab dia malah memajukan tubuhnya hingga menyandar dan bersembunyi di balik perut Nadine yang tengah berdiri.
"Jangan tinggalkan aku"Nadine diam,tangannya dengan leluasa mengelus rambut Calum lagi.
"Memangnya siapa yang ingin meninggalkan mu?,"
Jawab nya setelah cukup lama."Aku takut,sewaktu-waktu ayah mengambil mu dari ku,"
Calum mengusap wajahnya di tubuh Nadine."Lalu,bukannya kau pernah bilang,kemana pun aku berlari, sejauh mana pun aku bersembunyi kau pasti bisa menemukan ku!"
"Kau benar, tapi aku tetap saja takut."
"Kenapa kau jadi penakut?"
"Itu karna kau!"
Calum menatap nya,mengubah posisi duduk nya menjadi berdiri,memandang lekat-lekat wajah pucat itu.
"Sebenarnya aku tak ingin kau tau bahwa aku sangat menginginkan mu!"
Calum memajukan wajahnya,membiarkan kening keduanya menyatu.
"Aku tak ingin kau tau,betapa bencinya aku melihat mu tertawa namun bukan karna ku! Dan aku tak ingin kau tau bahwa kau adalah satu-satunya kelemahan ku!"
Calum menepis jarak hingga memeluk nya erat.
"Aku sangat mencinta mu!""Kau hanya terobsesi-"
Potong Nadine cepat."Aku bisa berfikir jernih Nadine,aku memang mencintai mu!"
Nadine tak suka,ingin sekali dia melepaskan pelukan itu,Calum memeluknya begitu erat.
"Bagaimana mungkin kau mencintai ku?"Calum melepaskan pelukan nya,dia menatap Nadine ragu.
"Kau tidak yakin dengan ku?""Aku bahkan tak pernah tau apa isi kepala mu Calum,"
Lirih Nadine pelan,kedua matanya telah berkaca-kaca.
"Jangan buat aku bingung dengan semua tingkah mu,aku terlalu sakit menahan setiap perbuatan gila mu!""Dan aku gila karna mu!"
"Ya,terus saja menyalahkan ku!"
Nadine beransur mundur,menutup jendela yang terbuka lebar,pemandangan kota yang dilanda kegelapan akibat hujan deras tadi membuatnya tak nyaman."Tidur lah,kau butuh bayak istirahat."
Nadine mengambil jaket hitam dari lemari,memasang nya ke tubuh Calum dengan hati-hati."Bukankah kau harus menemani ku?"
Nadine mengangguk.
"Tapi setelah aku berbicara dengan paman,ya"Ingin rasanya Calum menolak,namun tatapan sayu Nadine membuatnya sedikit luluh.
"Jangan lama"Nadine mengangguk pelan,sebelum pergi dia membenarkan selimut Calum dan melangkah sembari menutup pintu.
Harusnya Nadine sudah pergi,meninggalkan rumah hantu dengan sang pemilik yang begitu arrogan dan semena-mena,namun sesuatu yang tak Nadine ketahui menahan nya,meminta nya dengan keras untuk tetap di sini, sekuat apa pun Nadine ingin pergi namun bayang-bayang Calum menghantui nya,dengan sekali membuka knock pintu tampak lah seorang pria paruh baya yang masih cukup muda.
Nadine melangkah pelan,menatap pamannya yang tampak berpikir keras dengan sepuntung rokok di lengan nya, bahkan kemeja serta wajahnya terlihat sama kusut.
"Paman,"
Panggil Nadine pelan.Brian atau Ayah Calum tak menyahut,dia memilih mematikan rokoknya dan meneguk teh yang entah sejak kapan di sana.
"Aku minta maaf paman,"
Cicit Nadine,dengan takut dia maju dengan kepala yang fokus menatap lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
FanfictionPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi