Siapa dia?

479 34 4
                                    

Asap di paru-paru mu,
Aku ingin lihat,bagaimana ia merenggut nyawa mu.

Tak ada tawa sepanjang cerita.
Tak ada senyum setiap percakapan.
Tak ada sahutan saat dia kembali membuka suara.

Pria itu mengacak rambut secara frustasi,menatap gadis dengan selang infus itu ternyata jauh lebih penting daripada mengisi sesuatu pada perut yang sedari tadi berdemo ria.

"Kau tak akan makan,sesuatu?"

Suara itu keluar bersamaan hadirnya sebuah kantong plastik dengan isi berbagai macam makanan.

"Jika aku lapar saja."

"Hei? Bukannya kau sedang lapar? Dengar, sedari tadi cacing di perut mu meminta jatah mereka bung!"

Pria itu memutar mata malas,menghempaskan kantung plastik dengan gaya menyebalkan.
"Aku bilang tidak,ya tidak."

Sosok yang berdiri itu hanya mengangkat tangan,berusaha berdamai dengan dia yang duduk di sisi ranjang.
"Bukan begitu,aku hanya tidak ingin kalian berdua sama-sama sakit,lalu jika kau juga sakit,siapa yang akan menyembuhkan siapa?"

"Sebenarnya kau datang untuk apa?"

Ashton datang untuk melerai.
Pria itu menepuk pelan punggung Calum.
"Tenang lah,dude jangan terbawa emosi."
Ashton kembali memintanya duduk,dan menarik kantong plastik.
"Niat Luke baik,dia hanya tidak ingin kau sakit saja,bagaimana bila kau sakit dan tidak bisa menjaga Nadine-mu ini? Kau juga kan yang akan repot,sekarang makan lah,ganti juga baju mu,aku tidak yakin jika Nadine sadar nanti dia akan baik-baik saja melihat penampilan mu ini."

Pria itu,Calum menghela nafas berat.
Langkahnya begitu sukar saat menatap wajah lelap damai itu,Calum ingin saat membuka mata nanti,dia lah yang pertama kali gadis itu lihat,namun bukan dengan tampang yang seperti ini.
Baju lusuh dengan bercak darah,kantung mata hitam,dan masih banyak bercak darah di sekitar tubuh pria itu.

"Cepatlah,"

Dengan malas,Calum mengangkat bokong membawa langkahnya menuju kamar mandi, mungkin memperbaiki penampilan,dia harus kelihatan berbeda hari ini.

Aku melihat diri ku sendiri di pantulan mata mu,
Tetap terbangun sampai matahari terbit,
Aku ingin memeluk mu , memeluk mu semalaman,
Aku ingin memberitahu mu,bahwa kau adalah milikku seutuhnya.

Mencoba terlihat biasa,namun bukan rasa nyaman yang ia dapat,semalaman,setiap detik berganti menit,lalu meninggalkan sejam penuh tak sedikit pun mata itu terlelap.

Dia ingat,kapan kaos biru polos itu memasuki kepala hingga benar-benar terpasang di tubuh besarnya,menanti gadis itu bangun lalu akan mengeluarkan sedikit amarah karna ia telah mengenakan kaos biru kesukaannya.

Namun semua itu terasa aneh,saat mata itu tak kunjung terbuka,sekdar menyapa dunia.
Pria itu terlihat kacau,memeluk lengan hingga sesekali menciumnya,namun tak ada respon dari sosok yang terlelap itu.

"Semalaman penuh,apa kau tidak tidur?"

Ashton datang,mengikis jarak diantara keduanya.
"Dia tak kunjung bangun."

"Aku rasa kau perlu membawanya pada pihak rumah sakit,mungkin sesuatu terjadi dengan nya."

"Tidak,sama saja aku menyerahkannya pada si brengsek itu!"

Ashton menggaruk tenguk,saat menyadari siapa pria brengsek yang di maksud Calum.
"Daripada begini,kau menunggu tanpa kepastian."

"Aku yakin,nanti juga dia akan bangun."
Lagi,Calum mengecup punggung tangan itu membuat Luke sedikit bergidik ngeri.

Bad Cousin  |Selesai• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang