Jika tembok bisa berbicara,ku harap mereka tidak mengatakan apa-pun,karna telah mendengar banyak hal. ~~~
"Kau pikir itu tidak sakit,?"
Nadine mengerjap,menatap sosok nyata di hadapannya."Hanya menyadarkan mu,saja."
Calum beranjak,mengurangi tawa hingga kembali menuduki tempat tidur Nadine."Untuk apa kau ke sini?"
Nadine membuang wajah,seolah kembali pada rutinitasnya yang sedikit tertunda."Memangnya apa urusannya dengan mu?"
Nadine berfikir sejenak,hingga lengannya kembali memasukan beberapa kain ke lemari.
"Hanya sedikit bingung saja,tidak mungkin kan kau datang karna merindukan ku?""Tentu tidak,untuk apa aku merindukan benalu seperti mu,"
Calum asik berbaring membuat Nadine merasa kesal."Sekarang,pergilah dari hadapan benalu ini,sebelum aku melilit dan menghisap mu seperti parasit,"
Nadine berdiri tegak,dihadapan Calum yang begitu enggan untuk bangkit."Sayangnya jika kau melilit pun aku tidak takut,kau akan ku lilit balik,"
Nadine menatapnya jengkel,dengan malas dia metup lemari dan duduk di sebelah Calum.
"Bagaimana keadaan luka mu?"
Tanya Nadine sedikit basa-basi."Mereka merindukan sentuhan mu,"
"Tentu,"
Nadine bergerak menuju tempat kotak p3k yang baru saja dia temukan saat tidak sengaja menjelajahi kamar.
"Apa kau sudah makan?"Calum menggeleng,menatap Nadine yang sibuk mengusap pipinya pelan.
"Baguslah,karna aku tidak akan memohon agar kau makan,"
"Dan aku tidak akan meminta mu untuk membujuk ku."
Terang Calum membuat Nadine mengangguk setuju, untuk sesaat mereka menikmati keheningan sedemikian mungkin,jemari Nadine yang sibuk menari di kulit pria itu dan Calum sibuk menikmatinya."Ku dengar,lusa kau ujian,bagaimana?"
Calum membuka mata.
"Bagaimana apanya?""Kau akan melanjutkan study-mu?"
"Tentu,"
"Dimana?"
Calum mengamati perubahan Nadine yang terkesan tiba-tiba,gadis itu memang rapuh,benar adanya yang Luke katakan.
"Dimanapun asal kau bersama ku."Gerakan Nadine terhenti.
"Semalam aku bermimpi,"
Dia menunduk dalam,membuat Calum menurunkan tatapannya."Kau mimpi kita bersama? Aku juga memimpikan itu."
"Bukan,"
Nadine menggeleng,dia mengusap sudut matanya,menatap Calum sekilas.
"Kau meninggalkan ku""Mimpi aneh,"
Calum tak ingin pusing,usai membersihkan lukanya di menatap Nadine dalam-dalam."Kau baik-baik saja kan?"
Nadine tersenyum.
"Seperti yang kau lihat.""Lalu,apa boleh kita saling memeluk? Menukar rindu?"
Nadine menggeleng, otak dan tubuhnya bertolak belakang,saat dia sudah jatuh dalam pelukan itu.
"Nadine,ada banyak hal yang tidak bisa ku ucapkan,sekalipun aku ingin mengatakannya kepada mu,"
"Tentang apa?"
Bisik Nadine pelan,gerakannya begitu rapuh."Tentang aku dan perasaan ku."
Nadine mencernanya,membiarkan Calum mengusap punggungnya naik-turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
Fiksi PenggemarPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi