Nyanyian tidur

944 62 21
                                    

Lagit begitu gelap,cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba tergantikan mendung yang sewaktu-waktu menurunkan hujan yang begitu lebat.

Nadine termenung,bunyi ponsel tak di hiraukannya hinga berkali-kali.
"Hei,apa yang kau pikirkan,Ayah menelpon,"

Calum tak mengagetkannya,namun Nadine mengelus dada dan menerima ponsel itu.
"Ya paman?"

"........"

"Ya,di luar begitu gelap, sepertinya akan ada badai,"
Sesekali Nadine menatap kawatir pada Calum yang tampak begitu rapih.

"Ah? Kenapa paman?"
Nadine menggaruk tenguknya dan mengangguk bodoh.

"Paman juga jaga diri,selamat sore paman."

Nadine bangkit,dan meletakan ponselnya di nakas.

"Kau akan kemana?"

"Ada bisnis kecil,"
Calum bersiul dan merapikan tatanan rambutnya.

"Tapi-- sepertinya akan ada badai?"
Nadine terduduk lagi,kini dia sudah gusar apa Calum akan meninggalkannya di rumah sendirian.

"Lalu? Kenapa dengan badai?"
Calum memerhatikannya dan duduk di sebelahnya.
"Aku tidak yakin,tapi sepertinya kau sedang takut"
Calum menahan tawa dan menatap miring Nadine.

"Bukan begitu, kenapa aku harus takut? Aku hanya mengingat pesan paman,bahwa kita tidak boleh bepergian."
Sanggahnya tak suka.

"Sudahlah,tak perlu mengurusi ku,"
Calum bangkit dan menyemprotkan parfum pada tubuhnya.

"Jangan matikan lampu,kunci pintu, satu lagi,bila seseorang mengetuk pintu jangan kau buka!"

"Kau seperti ingin menakuti ku saja?"

"Ah bukan,hanya jaga jaga saja,aku pergi,"
Calum melenggang pergi dan menghilang begitu saja,Nadine terdiam ,namun secepatnya dia berlari dan memerhatikan motor hitam itu meninggalkan kediaman mereka, bahkan aroma Calum masih terasa, seperti memeluk tubuhnya, astaga dia hampir gila.

Segera dia menginci pintu dan menyalakan beberapa lampu kecil,agar tampak lebih terang,tak mau bersemayam dengan kebosanan dia menuju kamar dan mengambil ponsel,ternyata sebelum paman nya menelepon Deardo telah lebih dulu meneleponnya hinga berkali kali.

'Ada apa?'
Begitu isi pesannya pada pria itu.

Dan tak menunggu lama,pria itu mengirim gambarnya dengan isi pesan.
'Aku begitu kawatir dengan mu nona,'

Nadine tersenyum ketika wajah Deardo cemberut dengan balutan kaos putih polos itu memenuhi layar ponselnya.

'Kau seperti bebek saja ardo,'

Deardo balik mengirim gambar,mengungkapkan kegundaan hatinya pada Nadine,tak segan-segan ia juga menitipkan sepucuk rindunya pada Nadine,sedangkan Nadine tak begitu ambil pusing dia hanya ikut tertawa dan larut dalam perbincangan mereka yang cukup panjang,hingga bunyi petir yang begitu nyaringlah yang menyudahkan perbincangan diantara mereka.

Nadine tersadar tentang Calum,hal penting apa yang harus membuat pria itu meninggalkan rumah? Bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya di tengah hujan lebat itu,Nadine mengintip sebentar,ah awan gelap itu semakin menakutkan.

Rasa mengigil mulai menghampiri nya tanpa di minta,dia menarik jaket abuabu,dan mengenakan kaos kaki hitamnya.
Mingkin akan lebih menyenangkan dengan susu coklat?

Ya,usai itu di menuju dapur dan memasak sedikit air panas,menyeduhnya dan menikmatinya dalam keheningan,tak ada Calum rumah ini begitu sepi.

Hingga beberapa kali teguk minuman itu kini tak tersisahkan,meninggalkan cangkir putih dengan motif bunga-bunga,Nadine menuju kamar dan menyalakan lampu,sepertinya badai ini akan berlangsung begitu lama.

Bad Cousin  |Selesai• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang