Mobil sudah terparkir mulus,namun tak satupun diantara mereka mencoba menuruni mobil ini.
Helaan nafas itu,membuat Nadine mau tak mau menoleh.
"Ada apa?" tanya nya sedikit takut."Berikan kemeja ku,sepertinya ayah di rumah."
Nadine mengangkat kemeja hitam yang sedari tadi membungkus kaki jenjangnya,tak menunggu lama pria di sebelahnya mengenakan pakaiannya dengan wajah datar.
Aneh.
Nadine mengekor,mengikuti Calum berjalan ke rumah.
Tak salah,dugaan pria itu memang sepenuhnya benar,kini di hadapan mereka sedang duduk seorang pria dengan kedua kaki yang di tindih diatas meja,seolah kehadiran merekalah yang paling di tunggu-tunggunya."Apa aku harus menghajar mu,Calum?"
Calum melirik Nadine.
"Masuk lah.""Tapi--"
Jawab Nadine sedikit tidak yakin."Jangan membuat ku meminta dua kali!"
Nadine menunduk,baru saja ini melangkah,jusrtru pamannya yang kembali melarang.
"Tetap di sini Nadine!"Nadine mencengkram kuat tuxedo hitam yang masih melekat diantara bahunya.
Dia mematung di tempat,antara berhenti atau pergi."Nadine,apa kau tuli?"
Suara itu,lagi-lagi membuat Nadine serba salah.
"Cepat sebelum aku harus menghukum mu!"
Nadine berlari,membawa kaki telanjangnya menaiki tangga,mengunci pintu dan bersandar dengan wajah memerah padam."Jika hanya membahas sesuatu yang tidak perlu,sebaiknya pulang saja."
Brian menatap Calum marah,andai pria tinggi yang ada di hadapannya ini tidak putranya,mungkin dia tidak harus turun tangan,dia akan menyewa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tak akan Calum lupakan,namun itu hanya andaian,karna dia mulai mengatur helaan nafas.
"Kau bawa kemana Nadine? Kenapa kalian baru pulang?""Aku rasa itu bukan urusan mu,"
Calum bersidekap dada menatap Ayahnya datar."Jangan memancing emosi ku Calum,tidakkah kau tau jika aku punya sesuatu yang lebih baik untuk Nadine?"
"Hanya aku yang paling baik untuk nya,tidak ada Calum-calum yang lain."
"Jangan bodoh! Kalian masih sepupu!"
"Maka dari itu kau membuat rencana bodoh? Berusaha menjodohkan ku?"
Calum tertawa kencang,mengusir hampa diantara keheningan."Aku hanya ini yang terbaik untuk kalian! Kenapa tidak bisa paham! Dan berhenti meracuni Nadine di balik otak kotor mu!"
"Aku? Meracuni nya?"
Calum tersenyum mengejek.
"Ayah benar,dia bahkan bergerak cepat,sudah berani membunuh saja,"
Calum menggeleng kepala,kemudian menyunggingkan senyum mengingat kelakuan tak terduga Nadine."Jangan main-main dengan ucapan mu!"
Brian sudah melepas dasi yang memutari kemeja putihnya."Aku tidak bohong. Dia membunuh seseorang untuk ku,apa ayah mau menjadi korban selanjutnya?"
Bugh.
Sesuatu yang keras menghantam wajah Calum,bukannya meringis merasa perih pria itu justru semakin tertawa,seolah menikmati kekalahan Ayahnya."Apa kau gila?"
Bunyi pecaan kaca semakin memperkeruh suasana,mereka tidak tau di balik sana Nadine berusaha menahan isakannya."Bukannya ayah sudah tau aku gila?"
"Calum! Aku tidak perduli,intinya kau harus dengan Loly!"
"Dengar ayah."
Calum mendekat,mengikis jarak diantara mereka.
"Kau ingin siapa lagi yang menjadi korban ku? Ayah nya? Sudah ku bereskan,bahkan adik nya, Nadine melakukan itu untuk ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
FanfictionPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi