Saat kau pergi,ingatlah aku tak akan pernah baik-baik saja.
Calum membuang lipatan kertas yang di bacanya lima menit terakhir,mencari-cari beberapa kalimat tak masuk akal yang tertera di kertas putih bercetak miring.
"Ini gila!"
Pria itu meremas hingga membentuk gumpalan, kemudian membuangnya jauh."Bagaimana bisa?"
Calum menoleh,menatap Ashton sejenak.
"Nadine melupakan sebagian dari ingatannya,apa ini masuk akal?""Aku rasa dokter itu hanya menipu mu,dia ingin kau membawa Nadine lagi,dan ujung-ujungnya hanya akan berakhir dengan uang,"
"Aku rasa tidak sepenuhnya apa yang kau katakan benar,"
Ashton menyela pendapat Luke,memungut gulungan kertas yang tak berbentuk itu,hingga membukannya secara perlahan.
"Nadine tidak mengenal ku,Luke dan tentunya kau Cal,""Lalu,dia melupakan kita,selain si brengsek itu? Lelucon apa lagi ini? Sangat-sangat tidak lucu!"
Calum berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari Ashton dan Luke,kepalanya terlalu pusing memikirkan semua ini,hingga saat langkahnya sampai di ruangan itu dia membukannya dengan sedikit kasar."Baguslah kau sudah bangun karna jika tidak, aku akan menyiram mu dengan minyak tanah,kemudian membakar mu hidup-hidup!"
Gadis yang terbaring di brankar itu hanya memperlihatkan tatapan terkejut,terlebih saat Calum datang mendekat,dia menatap hawa panas di wajah pria itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Gadis itu sedikit tersentak saat dengan paksa Calum menarik selang infus,hingga meninggalkan rasa perih dan sedikit darah di pergelangan gadis itu."Tidak ada gunanya menggunakan semua ini, kita harus pulang!"
Calum merobek paksa kaos hitamnya,kemudian melilit kain itu di lengan gadis yang masih memperlihatkan tatapan bingung.Calum menggendongnya,membuat beberapa pasang mata menatap mereka dengan rasa penasaran,Calum tak ambil pusing,dia hanya fokus menatap dimana mobil terparkir,hingga saat Calum menemukan mobil,dia menurunkan gadis dengan kemeja putih itu dengan pelan dan hati-hati.
"Ingat,nama mu Nadine, dan Aku Calum! Calum hood, aku kekasih mu,terserah kau ingat atau pura-pura lupa,karna apa yang sudah ku tentukan tak bisa di ganggu gugat lagi!"
Mobil melaju,terlalu cepat hingga gadis yang duduk di sebelah Calum hanya bisa menunduk dengan rasa takut yang luar biasa.
Dia tidak mengerti dengan pria ini,usai mengintrogasinya bersama kedua teman aneh yang juga tak di kenalnya,mereka membawanya ke rumah sakit terpencil,cukup membuatnya ketakutan,hingga sebuah nama keluar dari bibirnya,Brian, apa salah dia memanggil nama pamannya itu?.Mobil hitam itu rem mendadak,membuat tubuhnya maju dan membentur sesuatu,Nadine mendongak mengusap kening yang terasa pedih,hingga sesaat tatapannya terpaku pada gumpalan darah yang memenuhi telapak tangannya.
"Apa kau sudah ingat dengan ku?"
Nadine menoleh,menatap darah dan pria itu bergantian.
"KAU SUDAH INGAT?"
Spontan Nadine menutup telinga rapat-rapat saat mendengar suara Calum meninggi.
"Apa lagi yang harus ku lakukan,agar kau ingat dengan ku?"Nafas Nadine memburu,di ikuti isakan kecil yang keluar dari bibir pucatnya,dia menggeleng dengan rasa takut luar biasa.
"Ampun."Untuk sesaat Calum mematung,menatap sosok kecil itu menangis senggukan dan mengulang kalimat ampun secara bersamaan.
"Nadine,"
Perlahan suaranya melirih,dia menarik gadis itu dan memeluknya erat.
"Maaf kan aku,aku tidak bermaksud membuat mu ketakutan."
Calum membelai rambut pendek gadis itu,namun bukannya diam,Nadine justru semakin memperkuat isakannya dengan kepala dan bibir yang tak henti mengucap ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
FanfictionPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi