Bau obat obatan lah yang pertama kali Nadine rasakan saat dia membuka kedua matanya.
"Apa yang dia lakukan pada mu?"Suara itu?
Nadine menoleh.
"Ss,sejak--""Jangan paksakan untuk bicara,kau terlihat buruk,"
Pria itu menghampiri Nadine."Siapa yang melakukan ini?
Kau terlihat kacau,"
Dia mengelus rambut Nadine."Dimana aku?"
"Rumah sakit,kenapa hal ini bisa terjadi?"
"Ardo,kumohon."
Nadine memejamkan mata,membuat pria yang di hadapannya hanya mengangguk mengerti."Kau bisa menghubungi aku bila terjadi sesuatu,ku rasa kau membutuhkan istirahat,"
Deardo mencium kening Nadine dan meninggalkan nya.Tak ada yg Nadine ingat,kepalanya terasa berat memikirkan semuanya,hingga pintu ruangan itu kembali terbuka,nembuat Nadine menoleh.
"Calum,"
Panggilnya pelan."Ada apa sepupu ku? Apa kau merindukan ku?"
Calum tersenyum sinis dan meletakan sebuah buket bunga yang di bawanya.
"Mana yang sakit?"
Ucapnya dengan wajah datar.
"Apa mereka menyiksa mu dengan kejam? Atau kasar? Permainan apa yg mereka gunakan,?"
Calum duduk di samping Nadine.Nadine hanya diam,entah kemana pergi suaranya,dia masih menatap pria yang ada di hadapannya.
"Apa mereka juga merusak pita suara mu sayang?"
Nadine menggeleng dan menangis.
Hal itu tak membuat wajah Calum berubah,dia malah semakin tersenyum dan menghapus air mata Nadine.
"Setelah mereka menyiksa mu,kau menjadi lemah? Dimana Nadine yang cerewet,heh?"
Calum mendekat dan memeluk Nadine.
"Sepertinya mereka terlalu keras menyiksa mu,tenang lah,mereka akan mendapat imbalan karna berani menganggu sepupuku tercinta."
.
.
.
.Calum mengamati Nadine yang sedang melahap makanan nya dengan kesulitan,tak ada sedikit pun niat Calum untuk membantu Nadine,tatapan nya sedikit aneh.
"Apa makanan nya enak?"
Ucapnya dengan suara datar."Kurasa tidak,aku hanya kelaparan,"
Jawab Nadine acuh."Kenapa cara makan mu seperti anak kecil?"
Calum mengamati sekitar bibir Nadine yang di lumuri bubur.
"Kuberi pilihan,kau mau aku membersihkan mulut mu dengan bibir ku atau lidah ku?"
Tanya Calum dengan menyeringai.Nadine yang menikmati makanan,tiba tiba tersendak.
"Uhuhk uhuk""Cih.. Baru ku beri pertanyaan bodoh saja sudah begitu!"
Calum mendekat membuat Nadine menutup mata."Heh,kau fikir aku mau apa? Buka mata mu!"
Calum mengusap bibir Nadine dengan tangannya membuat Nadine salah tingkah.Calum berhenti mengusap bibir Nadine dan mengamati wajah Nadine yang terdapat bekas tancapan kuku.
"Apa ini sakit?"
Dia menekan luka Nadine."Sialan!!"
Nadine mendorong Calum dan merintih kesakitan.
"Kau menyebalkan! Itu sakit bodoh!!"
Ungkap Nadine dengan wajah merah."Seberapa sakit?"
Tanya Calum enteng.Nadine hanya menahan air matanya dan memilih menunduk.
"Sudahlah,aku hanya bermain main,jangan menangis,"
Calum duduk di brankar dan mengelus punggung Nadine.
"Apa semalam tidur mu nyenyak?"
Dia mengusap bahu Nadine."Kau seolah olah perduli pada ku,hentikan drama mu."
Nadine membuang wajahnya."Aku serius,kenapa kau jadi galak heh?"
Calum beralih ke rambut Nadine.
"Kau baik baik saja kan?"Nadine menatap Calum sebentar.
"Apa kau ingin tau?"Calum mengangguk dan melebarkan kedua tangan nya.
Dengan cepat Nadine berhambur ke pelukan Calum.
"Aku takut,"
Ucap Nadine dengan tubuh bergetar."Kenapa?"
Calum mengelus rambut Nadine."Mereka menyiksa ku. Aku tidak tau apa salah ku,"
Nadine terisak membuat Calum mengeratkan pelukan nya."Siapa? Mereka."
"Aku tidak tau,tapi aku takut,"
Nadine mencengkram baju Calum."Kau takut dengan orang yg tidak kau ketahui?"
Nadine melepaskan pelukan nya.
"Sebenarnya kau mau mendengar ku atau tidak?"Calum terkekeh.
"Ayo lanjut acara sedih sedihan nya."
Dia menarik Nadine ke pelukan nya kembali.Tbc.
Ada yg kangen? Lama gak up.
Abaikan Typo
![](https://img.wattpad.com/cover/155854712-288-k898347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cousin |Selesai•
FanfictionPanggil dia Psikopat! Bijak lah dalam membaca. 5sos area. Calum hood. Tahap revisi