23

225K 8.4K 32
                                    

Keesokkan harinya seperti apa yang diperintahkan Ayahnya, Putra akan menjalankan semuanya demi nama keluarga. Pagi hari ini dirinya sudah siap dengan seragam sekolah kebanggaannya, Kakinya melangkah berjalan kearah pintu utamanya dan hendak bergegas kesekolah.

Dua orang maid yang berjaga didekat pintu dengan sigap langsung membukakan pintu besar itu untuk Putra. Putra pun melangkah keluar menghampiri Jack yang sudah siap juga hendak mengantarkannya kesekolah seperti biasa.

"Selamat pagi, Tuan." ucap Jack sopan lalu membukakan pintu mobil penumpang dikursi belakang.

"Apa sudah tidak ada wartawan lagi hari ini?" tanya Putra saat Jack mempersilahkan dirinya untuk segera masuk kedalam mobil.

"Mereka ada didepan gerbang," jawab Jack

Putra menghela nafasnya panjang. "Apa mereka tidak ada kerjaan terus menguntit ku?!" kesalnya sambil masuk kedalam dan duduk

"Ya itulah pekerjaan mereka," balas Jack lalu menutup pintu yang tadi dibukanya.

Jack segera masuk kedalam mobil dan duduk dikursi pengemudi lalu tak lupa dengan sabuk pengamannya.

Mobil pun melaju menuju gerbang yang menjulang tinggi di rumah mewah itu. Pandangan Putra melihat kearah para wartawan yang mana mereka sepertinya masih tidak menyerah untuk bisa mewawancarainya. Untung saja para wartawan itu tidak bisa masuk kedalam halaman rumahnya karena penjaga rumahnya saat ini lebih diperketat sejak insiden kemarin.

"Saya sarankan sepulang sekolah nanti anda lewat gerbang belakang sekolah saja dan nanti saya akan menunggu disana," saran Jack masih sambil mengemudi.

"Tidak perlu, Aku akan selesaikan itu sendiri nanti. Tidak mungkin juga aku terus lari dalam masalah seperti ini." balas Putra

"Kau yakin?" tanya Jack

"Kita lihat saja nanti,"

~~~

Putri hendak bergegas berangkat menuju sekolahnya tetapi tiba-tiba saja telfon rumahnya berdering. Kakinya melangkah berbalik dan segera mengangkat telfon rumahnya itu.

"Halo?"

"Bisa saya berbicara dengan Putri Selly Lorenza?"

Suara seorang laki-laki muda yang tidak terlalu asing ditelinga Putri itu menanyakan dirinya.

"Iya, Saya sendiri." jawabnya

"Ohiya, Anda tidak terlalu terburu-buru sekali kan?"

"Hm tetapi aku hendak bergegas kesekolah,"

"Hanya sebentar saja nona. Saya Alex, jika kau lupa."

"Ah iya baiklah, Ada apa?"

"Mr. Marvel ingin berbicara dengan anda,"

Putri hanya diam tidak membalas. Apa yang dimaksud Alex barusan itu ialah Ayahnya Putra? Untuk apa dia menelfon pagi-pagi begini?

"Halo Putri?"

Tiba-tiba terdengar suara bariton yang Putri kenali, dia ialah Sean Marvel. Ya, Putri masih sangat ingat bagaimana suara ayahnya Putra itu.

"I-iya" jawabnya sedikit kikuk

"Aku ingin berbicara suatu hal," ucap Sean

"Ya silahkan," balas Putri

"Apa kau tidak keberatan jika perjodohan ini dipublikasikan?" tanya Sean

Dahi Putri bergelombang karena bingung.
"Apa maksudnya?"

"Maksud saya, perjodohanmu dengan anak saya segera dipublikasikan dan itu artinya wajah mu diketahui semua orang yang melihat berita tersebut. Apa kau tidak keberatan?" jelas Sean

Apa?! Perjodohan katanya?! Putri hanya memutar kedua bolamatanya dengan malas setelah mendengar itu.

"Ma-maaf sebelumnya Tuan Marvel, tapi aku menolaknya. Aku tidak mau menerima perjodohan ini." balasnya

"Bagaimana bisa kau menolak? bukankah kemarin kita sudah berbicara?" tanya Sean dibuat bingung

"Maaf jika saya lancang, tetapi saya menolaknya." balas Putri lalu segera mematikan sambungan telfon tersebut secara sepihak.

Tidak sopan sebenarnya, tetapi mau bagaimana lagi? Toh, dirinya tidak mau dijodohkan dengan pria yang amat sangat dirinya benci itu.

Suara menggelegar Viona memanggil namanya berteriak dari arah luar. Buru-buru Putri melangkahkan kakinya keluar. Adiknya itu sangat tidak sabaran sekali.

"Lama sekali sih?!" Viona menatap kearah kakaknya dengan tatapan kesal.

"Tadi ada telfon, kau sangat tidak sabaran sekali!"

"Cepat lah nanti aku bisa telat kesekolah!" kesal Viona sambil bertolak pinggang

Putri hanya memutar kedua bolamatanya malas lalu menutup pintu rumahnya dan segera bergegas melangkahkan kaki menuju halte terdekat bersama dengan adiknya itu.

~~~

Sean memijit pangkal hidungnya setelah Putri mematikan sambungan telfon begitu saja, dirinya sedikit tidak menyangka bahwa gadis itu menolak perjodohan ini.

"Dia menolaknya, bagaimana ini?" ujar Sean berbicara kepada Emily yang berada disampingnya dan itu membuat Emily terkejut.

Alex yang berada didekat Sean tentu saja mendengarnya, dirinya pun ikut sedikit terkejut sama seperti Emily. Bagaimana bisa gadis seperti dia menolak perjodohan ini? bukankah ini malah akan membawanya keberuntungan karena status ekonominya berubah?

Sean lalu menatap kearah Alex yang berdiri didekatnya. "Alex bisa kau bujuk keluarga gadis itu untuk menerima perjodohan ini?"

"Baik, akan saya coba sekarang."

Sean langsung mengadahkan tangannya mencegah Alex yang hendak berbalik.
"Tidak tidak, bukan sekarang."

Alex lalu menoleh.

"Nanti, Setelah gadis itu sudah tiba dirumah sepulang sekolahnya." lanjut Sean

Alex mengangguk mengerti. "Uhm.. Apakah anda ikut Tuan?" tanyanya

Sean menggeleng. "Hanya kau saja, Aku masih harus mengurusi berita menjijikan itu."

Alex mengangguk lagi.

"Kau istirahat dulu sebentar. Aku tahu kau hanya baru tidur tiga jam tadi malam." ujar Emily sambil memegang pundak suaminya itu

Sean menggeleng. "Aku tidak bisa, Berita itu harus segera diselesaikan."

"Baiklah jika kau tidak mau, setidaknya minum dulu obat mu."

Sean menganggukkan kepalanya.

"Tolong ambilkan obatnya Alex," perintah Emily kepada Alex

Alex pun mengerti lalu segera berjalan keruang kerja khusus majikannya itu untuk mengambil obatnya sesuai yang diperintahkan.

Emily mengiring suaminya itu untuk duduk disofa. Sean pun duduk disofa, kepalanya menyandar kebelakang sofa. Akhir-akhir ini dirinya kurang istirahat dikarenakan masalah terus menghampirinya.

"Jangan terlalu dipikirkan, Kau juga perlu jaga kesehatan mu." ucap Emily

"Putra memang selalu membuatku seperti ini!"

Emily menggelengkan kepalanya. "Kau jangan salahkan dia terus, Dia masih sangat muda dan masih labil dengan sikap serta perilakunya."

Sean hanya menghela nafasnya saja lalu tak lama kemudian Alex datang membawakan obatnya serta segelas air mineral ditangan kirinya.

.
.
.
TBC

Putra, Putri, & Perjodohan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang