Putra kembali bangkit dari posisinya saat sudah selesai mengenakan heels ke kaki Putri. Sedangkan Putri masih diam mematung ditempat seakan sedang memikirkan sesuatu dan masih terkejut apa yang diperlakukan Putra barusan terhadapnya.
"Cepatlah! Aku tidak ada waktu untuk menunggumu melamun!" ketus Putra
Putri langsung tersadar dan menoleh kearah Meri dan Anne yang sepertinya tampak biasa saja jika dilihat dari ekspressi mereka berdua.
Putri lalu bangkit dari duduknya dengan sangat hati-hati karena ini kali pertamanya mengenakan sepatu berhak tinggi. Tangannya memegang bangku untuk dijadikan sebagai bantuan dirinya berdiri tegak. Jika tangannya ia lepaskan dari bangku dirinya tidak bisa menjamin akan bisa berdiri tegak seperti ini.
"Mari kita berjalan keruang tengah untuk berlatih," ujar Meri
Putri mengangguk kaku. "Ka-kalian duluan saja." balasnya lalu menoleh kearah Putra. "Kau juga!" lanjutnya
Putra menatap Putri sambil menaikkan sebelah alisnya curiga.
"Apa maksud tatapan mu itu?!" balas Putri dengan ketus kepada Putra
"Baik kalau begitu saya dan Anne menunggu diruang tengah," balas Meri lalu segera berlalu pergi bersama Anne.
Saat ini ditaman hanya ada Putra dan Putri. Tangan Putri masih setia memegang bangku agar tidak terjatuh dan menunggu Putra untuk segera berjalan lebih dulu.
"Cepat lah sana kau duluan!" perintah Putri
"Memangnya kenapa?" tanya Putra
Putri hanya diam, dirinya bingung harus menjawab apa.
"Aku tidak ada waktu untuk menunggumu diam! Cepatlah ke ruang tengah!"
"Aku menyuruhmu untuk lebih dulu kesana. Aku akan menyusul." balas Putri
Putra menatap dari atas kepala hingga ujung kaki gadis dihadapannya itu dengan tatapan yang tidak bisa Putri baca. Putri melihat Putra tersenyum miring seakan ada sesuatu yang jahil dipikirannya.
"Baik aku akan duluan," ucap Putra lalu berbalik
"Yes!" batin Putri saat sudah melihat punggung Putra mulai menjauh
Putra sebenarnya mengetahui mengapa gadis itu terus kekeh untuk menyuruhnya lebih dulu bergegas keruang tengah. Dirinya tahu bahwa sebenarnya Putri tidak bisa berjalan dengan mengenakan heels yang tinggi.
Saat dirasanya punggung Putra sudah menjauh dan tidak terlihat lagi dirinya kembali duduk dibangku yang tadi lalu dilepasnya heels yang baru saja dikenakannya itu.
"Merepotkan sekali berjalan kaki dengan sepatu seperti ini!" gerutunya sambil melepas kaitan sepatunya.
Setelah heels itu lepas dari kakinya, lalu Putri berjalan sedikit mengendap-endap dengan kaki telanjangnya serta heels yang ditenteng begitu saja.
Putri bersembunyi dibalik tembok dekat ruang tengah, matanya melihat ada Meri dan Anne yang tengah berdiri disamping sofa serta Putra yang tengah terduduk disofa seakan sudah sudah menunggu. Tangan Putri lalu melambai-lambai pelan kearah Meri atau Anne dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Putra.
Meri dan Anne tampaknya tidak menyadari sedaritadi Putri melambaikan tangan kearahnya, justeru yang menyadari malah orang yang saat ini ia hindari yaitu Putra.
Putri seketika tegang saat matanya menatap wajah Putra yang begitu datar menatap kearahnya.
"Kau sedang bermain petak umpat?" tanya Putra dengan nada sinisnya
Meri dan Anne sama-sama menoleh saat Putra membuka suara.
Putri meneguk salivanya dengan kaku lalu menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra, Putri, & Perjodohan [END]
RomansaBagaimana bisa dua orang yang saling membenci satu sama lain bisa dijodohkan? bukankah itu akan sangat sulit bagi mereka berdua? Putri Selly Lorenza, Gadis berpenampilan childish itu harus menerima kehidupan yang pahit karena diusianya yang sangat m...