ABRIANA & ANGKASA

24.4K 1K 52
                                    

"Ian!!! Bangun!! Lihat tuh matahari sudah meninggi, ayam sudah mencari makan dan Bang Ohim udah ngiderin sayur. Kamu masih ngulet-ngulet di kasur! BANGUN!!!!" Dona menyeruak masuk ke dalam kamar putrinya sambil menyibakkan tirai jendela yang seketika langsung diserbu oleh sinar matahari pagi. Ian-sang pemilik kamar- hanya bergumam tak jelas seraya menggulingkan tubuh gempalnya di atas kasur berukuran queen size itu ke sana dan ke mari.

"PLAK! Bangun anak gadis!" Dona memukul pelan paha Ian dan sontak membuat Ian terbangun.

"Mama!" protes Ian sambil memanyunkan bibirnya.

"Kenapa? Kamu tuh ya udah dibilangin berjuta kali, bangun lebih pagi biar bisa olahraga. Liat badan kamu makin bengkak!" Dona ibunda dari Ian hanya bisa mengomel setiap pagi ketika putri kesayangannya ini selalu bangun siang. Bukan bermaksud apa-apa, ia hanya ingin Ian hidup sehat selagi masih muda dan tingkat produktifitasnya juga masih tinggi.

"Iya! Iya!" akhirnya Ian menyerah, ia segera menyingkirkan selimut tebalnya yang bermotifkan teddy bear itu lalu pergi ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.

Semasa kemudian Ian sudah siap di meja makan hendak menyantap sarapan tapi ia mengurungkan niatnya sebentar lalu beralih kepada benda yang paling ia benci di dunia ini. Timbangan. Ia benci sekali dengan timbangan! Kenapa? Karena dengan hal itu Ian harus tahu bobot dia berapa dan hal tersebut membuat beban di hidupnya semakin menjadi.

Dengan menarik nafas pelan-pelan Ian mulai menimbang tubuhnya. Ia tidak mau membuka matanya tapi ia harus menghadapi kenyataan. Dibukanya matanya pelan-pelan dan..

"90?! SEMBILAN PULUH?!!! MAMA!!!!!" Timbangan digital itu menujukkan angka 90 dimana angka tersebut merupakan berat terberat Ian selama hidupnya.

Dona yang mendengar anaknya berteriak langsung tergopoh-gopoh.

"Ada apa?!"

"Mama aku harus diet!!!!" rengek Ian sambil menghentakkan kakinya ke lantai marmer rumahnya. Dona masih belum luput dari keterkejutannya kini harus semakin terkejut ketika mendengar anaknya gadisnya mendeklarasikan kalau dirinya mau diet. Diam-diam Dona bersyukur dalam hati namun ada rasa sedih juga yang ia dapatkan.

"Makanya mama bilang juga apa! Kamu tuh udah kegendutan Ian, lihat anak gadis mana yang segendut kamu! Kamu kalau mau dapet jodoh ya kurusin badan dong-" belum selesai Dona mengutarakan isi hatinya dari arah halaman belakang rumah Harris tiba-tiba muncul dengan sarung melingkari pinggangnya dan kaos putih oblong yang sudah kucel itu memotong percakapan Dona.

"Kata siapa kalau gendut gak bakal dapet jodoh? Semua itu tidak bisa diukur dari fisik! Sudah kamu gak usah diet-diet segala, menurut papa kamu cantik selalu kok. Justru kalau kamu diet malah jelek!" perkataan Harris membuat Dona maupun Ian terkesiap. Ada benarnya juga dari pernyataan ayah Ian ini tapi Ian tidak mau seperti ini terus. Ia harus berubah.

"Kamu udah sarapan? Ada lontong sayur, bubur ayam, atau mau ketoprak?" tanya Harris.

"Aku mau diet!" seru Ian dan langsung pergi menuju kamarnya.

Dona dan Harris hanya bisa menatap punggung putrinya dengan perasaan yang sulit dikatakan.

***

Ian menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Di balik pintu ia bersandar memikirkan fisiknya yang tidak banget ini. Dengan langkah gontai Ian mendekati cermin yang berada di sudut kamarnya, ia menyingkap sedikit piyama tidurnya sehingga menampilkan gundukkan lemak di perut, pinggul, dan area lainnya. Cukup lama Ian mengamati tubuhnya, ia memutar tubuhnya ke kanan, kiri, depan, belakang berharap tubuhnya langsung berubah menjadi lamgsing. Tapi nihil itu hanya buaian belaka.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang