"Kamu serius?" tanya Harris ketika mendengar keputusan Ian untuk diet. Di depannya Ian hanya mengangguk mantap, hari ini Ian sudah memulai diet catering yang kemarin ia pesan. Tanpa menunggu lama lagi pagi ini catering sudah sampai untuk makan siang dan malam. Mungkin bukan menu yang istimewa tapi karena Ian sudah berniat sepenuh jiwa ia tidak mau goyah hanya karena sebuah pertanyaan dari ayahnya itu sendiri.
"Alhamduillah." respon Dona yang berbanding terbalik dari suaminya yang justru mendapat delikan mata dari Harris. Alhasil Dona hanya meringis saja. Dre yang sudah mengetahuinya dari semalam tidak berkomentar apa-apa, selama itu untuk kebahagiaan adiknya ya tidak masalah.
"Kamu kalau tidak kuat ya jangan dipaksakan, karena pada dasarnya diet itu bukan berarti tidak makan melainkan merubah pola makan dan pola pikir kita." Harris menasehati Ian dengan penuh kasih dan sayang.
"Iya papa, aku diet memang untuk kesehatan aku. Aku sadar dengan tubuhku yang seperti ini membuat ruang gerak aku menjadi terbatas. Apa lagi aku sekarang kerja, tubuh yang sehat sangat dibutuhkan." kata Ian yang berusaha menghilangkan kekhawatiran ayahnya ini. Harris tidak berkomentar apa-apa lagi, ia hanya ingin segala sesuatu yang terbaik untuk anak-anaknya.
"Target kamu berapa lama dan berapa kilo?" tanya Dre.
"30 kilo dalam 3 bulan." jawab Ian kalem.
"APA?! Banyak banget!!!" Harris kembali berkomentar.
"PAPA! Udah dong, sekarang support aja anaknya." Kali ini Dona menimpali, ia sedikit kesal dengan suaminya yang seolah-olah menjadikan rencana diet Ian sebagai rencana Ian untuk bom bunuh diri.
Ian hanya tertawa melihat kedua orang tuanya.
"Inget ya Yan, kalau gak kuat jangan dipaksain." kini Dre yang menasehati adiknya. Ian tersenyum sambil mengangguk mantap lalu berkata, "iya dong pasti!"
***
"Kok Ian diet sih?" protes Dimas ketika ia, Mas Kukuh dan Sasa mengajaknya untuk makan siang.Ian hanya tersenyum saja sambil menatap Dimas.
"Ian lagi naksir cowok ya?" kali ini Sasa menggodanya.
"Oh cowok yang kemarin itu? Ganteng loh Yan." timpal Mas Kukuh yang sekarang sukses membuat wajah Ian merah padam.
"Jadi kamu diet karena cowok? Berarti cowok itu gak bisa nerima kamu apa adanya dong sampe dia bikin kamu diet begini!" kata Dimas berapi-api yang menguat Ian, Sasa dan Mas Kukuh terkejut.
"Kok lo yang baper sih Dim? Kalau emang iya kan hak Ian, lagi juga diet itu buat kesehatan tauk! Lo tuh perutnya udah mulai buncit kebanyakan ngemil keripik singkong!" Sasa menjawil perut Dimas yang sebenarnya tidak buncit sama sekali bahkan terkadang kalau Dimas dengan tidak sengaja mengangkat tangannya, six pack-nya suka kelihatan.
Ian meringis mendengar perdebatan di antar kedua temannya ini.
"Dimas cemburu kali kalau Ian mau punya pacar." celetuk Mas Kukuh tiba-tiba.
Dimas mendadak salah tingkah yang membuat Sasa dan Mas Kukuh mendelik.
"Iyalah gue cemburu, nanti kalau Ian punya cowok doi gak mau lagi maksi sama kita." kilah Dimas yang membuat Mas Kukuh berdecak.
"Ah bawel, yaudah lo mau ikut maksi gak? Gue laper nih!"
"Iya! Iya!"
"Kamu mau nitip sesuatu gak?" tawar Sasa kepada Ian.
"Gak deh, terima kasih." jawab Ian halus. Akhirnya ketiga orang tersebut berlalu dan menghilang untuk pergi makan siang.
Makan siang Ian hari ini cukup menggugah selera, nasi merah, tumis baby kailan menggunakan olive oil dan kukusan dada ayam. Sebenarnya bohong sih kalau Ian bilang makanan ini enak, tapi mau bagaimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love (COMPLETED)
RomanceMungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian. Hampir separuh hidupnya ia harus menelan pil pahit segala ejekkan dari teman-temannya atau bahkan...