Ian mengamati Dimas diam-diam ketika lelaki itu tengah mempresentasikan projek terbarunya di ruang meeting. Dimas tampak begitu serius dan tegas setiap kali ia menjelaskan hal-hal detail. Kacamata Tom Ford bertengger manis di hidungnya yang bangir dan hal itu membuat Ian semakin meleleh dibuat Dimas.
Dimas yang sedang menjelaskan aecara teknis mengenai proyek dia kali ini sesekali mencuri pandang kepada Ian yang tengah menulis sesuatu di buku catatannya. Ian yang tampak sedang fokus akan suatu hal merupakan sesuatu yang sangat indah di mata Dimas.
***
"Lo gak mau cerita sesuatu ke gue?" tanya Mas Kukuh kepada Dimas yang sehabis meeting barusan mereka memutuskan untuk pergi merokok sebentar. Dimas yang memang sedang mumet lngsung menyetujui ajakan Mas Kukuh.
"Gak ada, ah."
Mas Kukuh tertawa. "Terus apa dong arti dari gandeng-gandengan tangan sama Ian?" tembak Mas Kukuh langsung yang membuat Dimas salah tingkah.
"Ian nyaris kesandung alhasil gue pegangin lah." kilah Dimas yang masih belum dipercayai oleh Mas Kukuh.
"Mana ada orang kesandung digandengnya kaya mau nyebrang gitu. Nempel bener susah lepas kaya dilem sama lem Korea."
Akhirnya Dimas mematikan puntung rokoknya di salah satu asbak yang merangkap sebagai tempat sampah yang tak jauh dari mereka, berbeda dengan Mas Kukuh yang masih menghisap Dunhill Light-nya dalam-dalam.
"Kalau mau tahu. Ya, seperti apa yang lo lihat, Mas." ujar Dimas serius dan mantap yang membuat Mas Kukuh menolehkan kepalanya menatap Dimas.
"Maksud lo?" Mas Kukuh tidak paham atas ucapan Dimas barusan. Dimas terkekeh lalu menepuk pundak sohibnya ini.
"Gue menjalani semua ini apa adanya, Mas. Tapi, yang pasti gue serius dengan Ian dan gue berharap bisa ke jenjang lebih lanjut. Sampai detik ini kita berdua masih saling mengenal satu sama lain." Dimas berhenti sejenak mengambil nafas lalu kembali melanjutkan pembicaraannya, "apapun yang akan terjadi kedepannya gue anggap sebagai bumbu-bumbu hubungan gue dengan Ian. Gue akan berbesar hati menerima itu semua."
"Gue sayang banget sama Ian, mas." Dimas mengakhiri kelimatmya dengan senyuman hangat yang membuat Mas Kukuh sedikit terharu. Mas Kukuh tahu betul Dimas. Dia tidak pernah main-main akan perasaannya.
"Jangan lukain atau sakitin Ian karena biar bagaimanapun juga, Ian sudah gue anggap sebagai adik gue. Jangan harap lo masih ganteng setelah gue hajar." ucap Mas Kukuh kepada Dimas agar ia tidak akan pernah barang seujung jaripun melukai Ian.
Dimas juga sudah sedari awal ia berjanji, ia hanya mencintai dan melindungi Ian. Itu saja.
***
Ian meletakkan sebotol vitamin yang terbuat dari minyak ikan yang baru ia beli di atas meja Dimas. Ian sengaja membeli vitamin tersebut karena beberapa hari belakangan ini ia melihat Dimas begitu sibuk dan beberapa kali lelaki itu lembur hingga larut malam. Ian takut kalau Dimas akan tumbang karena kelelahan maka dari itu ia berinisiatif untuk membelikan Dimas vitamin.Sasa yang baru keluar dari pantry sehabis menyeduh teh melihat Ian yang baru saja beranjak dari kubikel Dimas setelah meletakkan sesuatu. Sasa melihat ada gelagat aneh pada diri Ian ataupun Dimas beberapa hari belakangan ini. Sudah tidak dalam hitungan jari Dimas mencuri pandang pada Ian yang meskipun sudah sering Dimas lakukan sebelumnya tapi kali ini berbeda, ada hal yang ganjil di diri mereka berdua.
Sasa berjalan menuju kubikelnya namun sengaja ia mengitari kubikel Dimas, ingin tahu apa yang Ian letakkan di atas meja Dimas.
Sebotol vitamin lengkap dengan secarik sticky note yang bertuliskan;
"You did a good job. Rest Well :)"
Sasa terperangah dan membuat dirinya menatap punggung Ian yang sudah kembali berkutat dengan pekerjaan. Sasa semakin yakin atas keganjilan yang ia rasakan dan ia ingin segera memastikan hal tersebut.
***
Dimas tersenyum mengamati sebotol vitamin serta sticky note yang Ian selipkan. Kadang Dimas merasa lucu dengan gadisnya itu, ia tidak ingin orang-orang tahu tentang hubungan mereka tapi sering kali gadis itu menunjukkan kalau mereka memang memiliki hubungan spesial.
Hal ini bukan yang pertama, sebelumnya Ian pernah kelimpungan ketika Dimas tidak sengaja menumpahkan tinta spidol sehingga membuat kemejanya kotor. Dengan cekatan Ian buru-buru membersihkan tangan Dimas dengan tisu basah yang menarik perhatian beberapa karyawan lainnya seperti Mbak Anita dan Mbak Anggit.
Dimas hanya bisa tersenyum canggung tanpa berniat menghentikan aktifitas Ian yang masih berusaha membersihkan tangan Dimas dari sisa-sisa tinta spidol. Dan ada lagi, Ian dengan sengaja membuatkan Dimas kopi tubruk yang aebelumnya tak pernah Ian lakukan. Dimas sih senang-senang saja tapi tatapan menuding butuh klarifikasi dari karyawan lainnya membuat Dimas terkadang merasa jengah.
Dimas mengambil sticky note kosong yang berada di mejanya dan menuliskan sesuatu di atasnya.
"Hey young lady. Thank you, i love you."
Dimas tersenyum mantap lalu ia berjalan mengitari kubikelnya dan berpura-pura berjalan menuju toilet namun ditengah perjalanan ia langsung menempelkan sticky note tersebut di meja Ian yang sukses membuat gadis itu terkesiap tapi tak lama kemudian sebuah senyum manis terbit di wajah Ian.
Di sudut lain, Sasa tak melepaskan pandangannya kepada keduanya. Gemuruh di dadanya seolah meraung dan meronta ingin segera dimuntahkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love (COMPLETED)
RomanceMungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian. Hampir separuh hidupnya ia harus menelan pil pahit segala ejekkan dari teman-temannya atau bahkan...