Ian tersenyum senang sesaat setelah menimbang berat badannya. Kerja keras ia selama satu bulan ini benar-benar tidak sia-sia, diet dan olahraga yang gila-gilaan membuahkan hasil. Ian turun 10kg dalam kurun waktu 1 bulan.
"Tuh kan mama bilang juga apa, asal niat dan semangat pasti bisa." Dona menangkupkan pipi Ian dengan gemas.
"Tapi kamu kendor." komen Harris masih belum rela melihat Ian harus diet. Ian tertawa renyah lalu mendekati Harris. Dipeluknya ayah tercintanya ini dan dikecupnya pipi Harris.
"Papa jangan gitu dong, papa senang kan sebenarnya aku kurusan? Aku merasa sehat lho pa, aku jadi gak gampang capek, pusing bahkan kaki aku yang biasa suka ngilu sekarang bener-bener berkurang." ujar Ian masih memeluk Harris. Harris tidak menjawab tapi yang pasti ia hanya membalas pelukkan putrinya ini.
***
Hari ini akhir pekan tandanya ia tidak perlu berjibaku dengan macetnya jalan Jakarta untuk berangkat kantor ataupun pulang, jadi saatnya Ian leyeh-leyeh di kamarnya sambil nonton drama Korea yang sudah satu bulan lebih ini ia lewatkan.
Buru-buru Ian menyalakan tv dan langsung berseluncur ke situs di mana drama Korea disajikan. Hari ini Ian ingin menonton drama terbarunya IU yang katanya berhasil meraih rating yang tinggi.
Ketika sedang khusyuk menonton deringan ponsel Ian mendistraksi sehingga Ian terpaksa menekan tombol pause dan mengangkat siapa yang semena-mena menelfonnya ketika ia sedang terpana akan akting serta ketampanan Lee Sun Gyun.
Angkasa Calling...
Mata Ian terbelalak ketika melihat nama yang muncul pada display ponselnya, dengan sedikit ragu Ian mengangkat telfon dari Angkasa.
"Abriana?" panggil Angkasa.
"Hei, halo. Ada apa Sa?"
"Lima belas menit lagi aku jemput ya. Be ready!" katanya dan langsung menutup sambungan telfon.
What?!!!
Ian masih bergeming di tempatnya belum bisa mencerna ucapan Angkasa barusan hingga akhirnya ia tersadar dan buru-buru melesat menyambar handuk dan segera mandi.
Kurang dari 15 menit Ian hampir siap. Ia hanya menggunakan pelembap, mascara, sedikit blush on dan lipgloss. Ian bukan cewek yang mau repot-repot menghabiskan waktunya untuk dandan, apa adanya adalah prinsip hidup Ian yah yang meskipun terkadang hal itu membuat Ian minder.
Sore itu Ian menggunakan baju terusan bermotif salur berwarna olive, rambutnya yang panjang ia kuncir kuda dan tak lupa sepatu converse putihnya.
"Yan ada yang jemput!" seru Dre sambil membuka pintu kamar Ian. Ian menoleh ke arah Dre sambil tersenyum kikuk.
"Aneh ya?" tanya Ian kepada kakaknya itu. Dre mendekat sambil tersenyum hangat.
"Kamu cantik Yan, selalu cantik." Dre menepuk sayang pipi adiknya yang tidak setembam dulu lagi. Ian tersenyum senang dan memeluk singkat Dre.
Di ruang tamu sudah ada Angkasa yang tengah bercengkrama dengan Harris. Sesekali Harris melontarkan pertanyaan klise yang dijawab sopan oleh Angkasa seperti rumahnya di mana (meskipun Harris udah tahu), kerja di mana, dan lainnya.
"Hai." sapa Ian ketika tiba di ruang tamu. Angkasa langsung mengangkat wajahnya dan melihat Ian sambil tersenyum.
"Berangkat sekarang aja yuk!" ajak Ian demi menyelamatkan Angkasa dari interogasi Harris yang semakin absurd.
"Oke, om saya pamit dulu ya." pamit Angkasa seraya menjabat tangan Harris sopan begitu juga Ian yang menyalami Harris lalu mengecup singkat pipi Harris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love (COMPLETED)
RomanceMungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian. Hampir separuh hidupnya ia harus menelan pil pahit segala ejekkan dari teman-temannya atau bahkan...