DIET!

7.3K 595 16
                                    

Angkasa melirik Omega yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam 4 lewat tapi belum ada tanda-tanda kemunculan Ian.

"Apa Ian lupa dari janjinya atau Ian sengaja kabur dan tidak ingin menemui gue?"

Sibuk dengan pikirannya sendiri dan segala spekulasinya. Tiba-tiba kedua mata Angkasa melihat Ian yang baru keluar dari lift, di sisi Ian ada Dimas cowok tadi yang tengah bercengkrama hangat dengan Ian. Ian tampak santai beda sekali ketika dengan Angkasa. Gadis itu seperti memberi jarak kepadanya.

Dimas terlihat menepuk puncak kepala Ian dan setelah itu berjalan terpisah menuju basemen. Sejurus kemudian Ian berjalan menuju lobi dan Angkasa langsung melambaikan tangannya supaya Ian melihat dirinya. Ian tersenyum simpul dan berjalan mendekati Angkasa.

"Sori lama tadi tiba-tiba ada briefing mendadak." kata Ian dengan nada sedikit menyesal.

"Gak apa-apa. Belum buru-buru pulang kan?" tanya Angkasa

"Belum kok, kenapa?"

"Starbucks sebentar yuk!" ajak Angkasa yang diamini oleh Ian setelah itu mereka berjalan
menuju Starbucks yang masih berada di area lobi kantor.

"Kamu mau apa, Yan?" tanya Angkasa ketika mereka sudah sampai di depan counter untuk memesan.

'"Iced Americano aja." jawab Ian singkat.

"Makanannya?"

"Itu aja cukup." Ian melemparkan senyuman sopan, menolak tawaran Angkasa. Sebenarnya Ian ingin sekali Cinnamon Roll tapi apa daya ia harus tahan-tahan selera di depan Angkasa.

Setelah itu mereka berdua mengambil tempat duduk di samping jendela yang langsung menghadap jalanan.

Ian sudah mulai menyeruput Iced Amricanonya sedangkan Angkasa hanya terdiam belum menyentuh minumannya.

"Kamu sejak kapan kerja di sini?" tanya Angkasa ketika Ian baru saja meletakkan Americano-nya.

"Baru hari ini." jawab Ian tanpa mau memandang wajah Angkasa. Ian mengedarkan pandangan ke sekelilingnya banyak pasang mata terutama wanita yang curi-curi pandang kepada Angkasa dan tiidak sedikit juga di antara mereka yang memandang sinis ke arah Ian.

"Paras Ayu? Kamu kerja di sana?" tanya Angkasa lagi yang membuat Ian mengangguk sebagai jawabannya.

"Kamu gak mau bertanya sesuatu ke saya?" Angkasa bertanya kepada Ian yang membuat gadis di hadapannya sedikit terkejut.

"Ng.. itu, kamu kerja di OP?" tanya Ian tentu basa-basi karena hal itu sudah terlihat dari strap kartu akses yang menggantung di leher Angkasa. Angkasa yang mendengar pertanyaan Ian hanya mendengus dan tidak menjawab.

"Kamu pulang sama siapa, Yan?"

"Bawa mobil."

Angkasa manggut-manggut lalu ia langsung mengambil ponselnya dari saku kemeja. Ia mengotak-atiknya sebentar lalu setelah itu ia masukkan lagi ke dalam saku kemeja.

"Kebetulan aku gak bawa mobil, aku nebeng kamu ya?"

"Oh ok gak masalah." jawab Ian datar. Pasti nanti akan canggung berat di mobil berduaan sama Angkasa mana jalanan lagi macet-macetnya. Bye world, i'm leaving.

***

Selama perjalanan pulang baik Angkasa maupun Ian tidak ada satupun di antara mereka yang membuka pembicaraan. Hanya sayup-sayup suara dari penyiar radio yang kini tengah membawa suatu segmen mengenai zodiak. Ian mendengus, mana ada sih di zaman sekarang ini orang yang percaya sama ramalan bintang? Musyrik.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang