Just Like A Star

5K 361 1
                                    

Dengan sedikit ragu Barry memasukan kode sandi pada pintu apartemen Lyla Kim. Lelaki itu menggigit pipi bagian dalamnya sambil menimang-nimang atas tindakannya. Namun, pada akhirnya Barry memasukan kode sandi tersebut dan sesaat kemudian bunyi suara kunci telah terbuka terdengar dan kemudian Barry masuk ke dalam apartemen Lyla Kim yang sudah gelap.

"Lyl," panggil Barry sambil menyalakan lampu pada ruang tengah apartemen. Tidak ada jawaban.

Barry melangkahkan kakinya menuju mini bar tapi tidak ada Lyla di sana dan ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang baca dan hasilnya kembali nihil. Akhirnya, lelaki itu memutuskan untuk menuju kamar tidur Lyla Kim.

Barry mendapati pintu kamar Lyla yang tidak tertutup rapat. Sayup-sayup terdengar suara Corrine Bailey Rae melantunkan lagu favorit Lyla Kim yang berjudulkan Like A Star.

"Lyl," panggil Barry lagi yang kembali tak ada jawaban. Akhirnya Barry membuka perlahan pintu kamar Lyla Kim. Setelahnya didapatinya Lyla Kim yang tengah meringkuk di balik selimut tebal yang membungkusnya ditemani lampu kamar yang temaram serta wangi lilin aromaterapi yang sangat khas.

"Barry," erang Lyla yang melihat Barry sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Barry mendekati Lyla yang masih terbaring di kasurnya menatap lelaki itu dengan tatapan nanar.

"Are you okay?" tanya Barry yang kini sudah duduk di pinggir kasur Lyla yang membuat tubuh Lyla sedikit bergoyang akibat tubuh besar Barry.

"I'm good," jawab Lyla dengan suara seraknya sambil tersenyum. Barry menautkan kedua alisnya merasa tak yakin atas jawaban dari gadis di depannya akhirnya ia menempelkan punggung tangannya ke atas kening Lyla. Panas.

"You're not okay, Lyl, badan kamu panas sekali," ujar Barry dengan nada terkejut.

Lyla terkekeh, "tidur sebentar juga nanti turun,kok, panasnya,"

"Gak, di mana termometer kamu?" tanya Barry yang mulai sibuk mencari-mencari benda untuk mengecek suhu tubuh itu. Digeledahnya isi kamar Lyla. Lyla hanya terdiam saja tidak berkomentar apapun, ia hanya melihat punggung Barry yang tengah sibuk mencari termometer dan Lyla sangat menikmatinya.

"Ketemu!" seru Barry senang ketika didapatinya benda yang ia cari berada di dalam laci vanity milik Lyla Kim. Dan tanpa menunggu lama lagi, Barry langsung mengecek suhu tubuh Lyla Kim dengan memasuk corong kecil termometer tersebut ke dalam lubang telinga gadis itu. Beberapa sesaat kemudian termometer tersebut berbunyi dan Barry langsung melihat layar digital yang menunjukan suhu tubuh Lyla Kim.

"38 derajat dan kamu masih bilang tidak apa-apa?" cerca Barry kepada Lyla. Gadis itu hanya bisa meringis saja.

"Aku ambilkan kompres dulu," Barry berlalu menuju dapur untuk mengambilkan kompres. Sesaat kemudian Barry sudah kembali dengan sebaskom air dingin lengkap dengan handuk kecil.

Dengan telaten Barry mulai mengompresi Lyla Kim. Lyla Kim hanya terdiam saja seolah pasrah dengan apa yang Barry lakukan untuknya. Hingga ia tiba-tiba merasa ngantuk tapi sakit di tenggrokannya masih menganggu dirinya.

"Tenggrokan kamu sakit?" tanya Barry yang seakan bisa membaca pikiran Lyla. Lyla mengangguk lemah dan hal itu langsung membuat Barry beranjak menuju dapur lagi.

Barry kembali lagi dari dapur tapi kini dengan segelah teh panas dengan campuran jahe, cengkih serta sereh yang sudah ia godok dan juga dicampurkan sedikit madu.

"Minumlah," pinta Barry kepada Lyla. Barry membantu Lyla untuk mendudukan dirinya dan menyadarkan tubuh gadis itu ke headboard kasurnya. Lyla Kim tampak pucat pasi dengan panas di badannya yang sudah beranjak turun.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang