Gundah

5.6K 484 4
                                    

"Udah membaik kan?" tanya Dimas hati-hati kepada Sasa yang kini sudah lebih tenang. Mata Sasa begitu sembab dan merah dan hal tersebut sangat menganggu gadis itu.

"Duh, gue kacau banget ya?" rutuk Sasa yang membuat Dimas tersenyum.

"Makanya lo jangan judes-judes sama gue. Lo gak lihat betapa perhatiannya gue? Kalau gue gak berdalih lo mau meeting mungkin lo bisa nangis sesenggukkan sambil menyeruput kuah soto!" celoteh Dimas yang membuat Sasa keki dan langsung meleparkan cubitan geram di lengan Dimas.

"Aw! Lo kenapa gak jadi atlet angkat besi atau voli aja sih? Kuat bener." Dimas mengusap-usap lengannya yang sebenarnya tidak sakit sama sekali. Sasa mendengar perkataan Dimas barusan terkekeh pelan.

"Nah gitu dong ketawa, lo jelek banget nangis. Mana ingus lo meler gitu kena kemeja gue, iyuhhh." Dimas memasang tampang jijik seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

"Dimas!!!!" seru Sasa yang hendak memukul Dimas tapi lelaki itu langsung mengambil seribu langkah untuk kabur dari amukkan Sasa.

Dimas sudah kembali ke kubikelnya sebelumnya lelaki itu melirik ke arah Ian yang tampak sibuk dengan pekerjaannya. Entah kenapa Dimas menjadi merasa bersalah setelah mengetahui Ian melihat Dimas yang tengah memeluk Sasa.

"Yan, kopi." Mas Kukuh meletakkan segelas es kopi susu yang baru dipesannya melalui aplikasi ojek online ke atas meja Ian. Ian tersentak namun langsung berterima kasih kepada Mas Kukuh.

"Tumben lo gak nyeduh kopi item?" tanya Mas Kukuh.

"Lagi pengen es kopi susu aja, mas." jawab Ian singkat.

Dimas yang melihatnya menjadi semakin merasa tidak enak hati.

***

Ian menghentikan jalannya menuju parkiran mobil ketika dilihatnya Dimas sudah berdiri di samping Brionya.

"Dimas?" panggil Ian, Dimas tersenyum ramah.

"Ada apa?" tanya Ian heran.

"Nih." Dimas menyodorkan kantongan plastik berisikan buah potong.

"Hah?" Ian tidak mengerti maksud Dimas tapi tak khayal ia menerima buah potong tersebut.

"Hari ini gue belom kasih lo buah potong, kan?" tanya Dimas sambil tersenyum jahil.

"OMG! Terima kasih Dim." seru Ian. Ya, memang sudah menjadi kebiasaan Dimas yang suka membelikan Ian buah potong sehabis jam makan siang tidak setiap hari tapi sering.

"Gue duluan ya, safe drive." Dimas mengacak-acak rambut Ian lalu berlalu meninggalkan Ian dengan sekantong buah potong. Ian memutar tubuhnya guna untuk menatap punggung lelaki itu.

Ian tersenyum hangat seraya memerhatikan punggung Dimas yang semakin lamat semakin mengecil lalu menghilang.

***

Sebuah senyum merekah tak pernah lepas dari wajah tampan Dimas. Entah kenapa setiap dirinya berinteraksi dengan Ian, ia merasa ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya yang membuat hatinya menghangat.

Dimas berjalan menuju parkiran motor, hari ini ia memang sengaja membawa motor karena mobilnya harus dibawa ke bengkel untuk service rutin. Ketika Dimas baru sampai di parkiran motor sebuah tepukkan halus mendarat di bahunya. Sasa berdiri di belakang Dimas sambil tersenyum.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang