Angkasa melepaskan kepergian kedua orang tuanya ke Jepang untuk kunjungan bisnis dalam waktu yang cukup lama. Sebenarnya ini bukanlah hal yang pertama Angkasa ditinggal lama oleh orang tuanya tapi karena beberapa hari sebelum keberangkatan orang tuanya itu, Dwija Nasution sempat dilarikan ke UGD akibat serangan jantung. Raras sangat panik tatkala ia memberitahu Angkasa yang kala itu Angkasa tengah menghadiri konfrensi dengan salah satu investor dari Tiongkok sehingga dengan terpaksa harus menyudahi acara penting itu guna segara langsung meluncur ke rumah sakit.
Raras ditemukan menangis sesenggukan sambil tangannya yang tak pernah lepas dari menggenggam suaminya itu. Angkasa merasa hatinya mencelos, mungkin hal ini juga suatu yang baru melihat ayahnya terbaring tak berdaya di atas kasur rumah sakit. Sebelumnya Dwija pernah mengalami serangan jantung ketika sehabis bermain golf bersama koleganya dan syukurnya ia segara mendapatkan tindakan yang cepat dan tepat.
"Hati-hati, Yah. Jaga kesehatan dan kalau merasa tidak kuat jangan dipaksakan." Angkasa melepaskan pelukan hangat antara dirinya dengan Dwija. Dwija tersenyum yang membuat kerutan halus di ujung matanya semakin terlihat. Di sisi Dwija, Raras tak bisa membendung air matanya. Tiba-tiba ia merasa emosional jika mengingat suaminya yang ditemukan pingsan di kamarnya. Rasanya Raras tidak ingin berangkat ke Jepang.
Dwija menepuk punggung istrinya dan berkata, "sudah-sudah. Saya tidak apa-apa, lagi pula ada kamu yang menemani saya,"
Raras menyusut ingusnya, biar bagaimanapun juga ia masih dihantui rasa khawatir.
Angkasa memeluk Raras singkat dan dalam.
"Hubungin Angkasa segera ya, Bun," Angkasa mengecup kedua pipi Raras. Raras menangkupkan tangan tuanya di pipi Angkasa sehingga menularkan rasa hangat.
"Bye, sayang," Raras maupun Dwija melambaikan tangannya kepada Angkasa yang langsung dibalas oleh lelaki itu.
Angkasa berjalan menuju tempat parkir di mana Harriernya berada tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang teramat ia kenal sedang bercengkrama mesra.
Lyla Kim dengan Barry sedang berpelukan yang disisipkan sebuah kecupan singkat di dahi Lyla Kim.
Angkasa mendengus dan kembali melanjutkan jalannya.
"Angkasa!" panggil Lyla Kim yang ternyata melihat Angkasa. Angkasa yang tahu dipanggil namanya tetap diam tak ada niatan untuk menoleh, lelaki itu justru langsung membuka pintu mobil tapi sebuah tangan lentik sudah mencegahnya.
Lyla Kim sudah berdiri di hadapannya. Hari ini Lyla Kim tampak memukau seperti biasanya, dengan hot pants berwarna hitam dipadu padankan dengan boyfriend shirt berwarna putih sehingga membuat dalamannya terlihat. Kacamata hitam keluaran terbaru dari Dior-pun tak luput dari kesempurnaan penampilannya.
Angkasa menaikan sebelah alisnya menatap gadis di hadapannya ini lalu pandangannya langsung turun kepada tangannya yang masih dipegang oleh Lyla Kim. Lyla Kim yang menyadarinya buru-buru melepas pegangannya dan berdeham sejenak.
"I miss you," kata Lyla Kim tak tahu malu yang membuat tawa Angkasa nyaris meledak.
Jika ada penghargaan untuk manusia yang paling tidak tahu malu, Angkasa yakin kalau penghargaan itu akan jatuh ke tangan Lyla Kim. Bagaimana tidak? Dengan mata kepala Angkasa sendiri ia melihat Lyla Kim dikecup manis oleh Barry dan sekarang wanita ini dengan semena-menanya mengatakan kalau ia rindu dengan Angkasa.
"Hai, Sa," kali ini sebuah sapaan dari Barry yang sejak tadi masih terdiam di tempatnya.
"Lo kangen gue juga?" kata Angkasa ketus sambil melirik Lyla Kim sinis. Lyla Kim mendadak jengah yang membuat dirinya menggigit bibirnya gusar, Barry membuat sudut bibirnya terjungkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love (COMPLETED)
Storie d'amoreMungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian. Hampir separuh hidupnya ia harus menelan pil pahit segala ejekkan dari teman-temannya atau bahkan...