Backstreet

5.7K 423 10
                                    

Sejak bangun tidur hingga saat ini ketika ia sudah berada di balik kemudi Civic-nya, Dimas tak berhenti bersiul. Beberapa kali motor nyaris menyerempetnyapun tidak ia gubris padahal biasanya Dimas akan membunyikan klakson panjang seraya bersumpah serapah.

Di pikirannya masih teringat wajah bersemu Ian ketika ia genggam tangannya atau wajah terkejut Ian ketika dengan sengaja Dimas mengusap pelan ujung bibirnya beralasan ada sisa makanan di sana.

Sudah pernah dikatakan kalau Dimas adalah lelaki yang sulit jatuh cinta meskipun banyak gadis yang mengejarnya. Pernah ada seorang model ternama yang dengan terang-terangan menggencarkan senjata untuk mendekati Dimas. Di mulai flirting standar, sampai-sampai berani menyantroni Dimas di setiap jam makan siang. Meskipun Dimas selalu menolaknya halus tapi model tersebut tak juga berhenti berjuang hingga akhirnya dengan sedikit skenario Dimas meminta tolong Dynza adik perempuannya untuk berlagak menjadi pacarnya dan mengunggah foto 'mesra' mereka di akun Instagram Dimas. Dan tanpa menunggu waktu lama lagi, sang model langsung putar arah dan tidak mendekati Dimas lagi.

Dimas sampai di Paras Ayu lebih awal dari biasanya sehingga membuat Mayang keheranan.

Dari empat sekawan hanya Dimas yang baru sampai. Lelaki itu langsung memberesi barang-barangnya dan hendak mulai bekerja. Kali ini ada klien yang unik, seorang penyanyi orkestra yang akan melakukan resital bulan depan. Dimas diutus untuk membuat desain panggung yang sedemikian rupa. Edgy, rustic tapi masih terkesan elegan. Dimas nyaris menyerah tapi Mbak Anggit terus memohon-mohon padanya supaya tetap mengerjakan proyek ini dengan iming-iming tambahan cuti serta bonus akhir tahun. Tawaran yang sangat menarik dan tanpa pikir dua kali Dimas langsung mengiyakan.

"Pagi, Mayang." sebuah suara dari arah pintu masuk mendistraksi Dimas. Di lihatnya gadis yang sukses membuatnya sulit tidur semalaman telah datang. Pagi ini Ian berkali lipat lebih cantik dari biasanya, dengan kemeja bermotif bunga matahari kecil-kecil yang dipadu padankan dengan rok lipit berwarna hitam. Rambutnya yang biasanya ia kuncir, ia biarkan tergerai bebas dan lagi Ian hari ini menggunakan lipstick berwarna pink samar.

Senyum Dimas merekah tatkala gadisnya berjalan menuju kubikel. Ian tersenyum hangat melihat Dimas yang sudah terduduk manis di balik kubikelnya. Tanpa menunggu waktu lagi, Dimas langsung menarik kursinya menuju kubikel Ian.

Alis Ian nyaris bersatu melihat Dimas sudah bertengger di kubikelnya.

"Semenjak jadi pacar aku, kamu makin cantik." puji Dimas tidak main-main yang sukses membuat Ian disepagi ini merona malu.

"Sana balik ke kubikelmu. Malu dilihat orang." suruh Ian yang sudah pasti ditolak Dimas.

"'kan kangen." rengek Dimas manja yang membuat Ian tergelak.

Akhirnya Ian membiarkan saja Dimas bermain di kubikelnya. Tangan isengnya membuka tutup laci meja, menggeser-geser kursor, membolak-balikan buku catatan Ian yang langsung diprotes gadis itu.

"Dimas, no! Ini rahasia pekerjaan."

Hingga akhirnya mata Dimas tertuju pada ponsel Ian yang tergeletak begitu saja di atas meja. Sejurus kemudian lelaki itu meraih ponsel Ian dan mengotak-atiknya yang ternyata tidak di kunci oleh Ian.

Ian hanya melirik sekilas, toh tidak ada hal penting ataupun rahasia di ponselnya. Hingga sebuah notifikasi tanda pesan baru masuk.

from: Angkasa Dwija
Iced Americano  at this hour, it's never wrong isn't it? 🤗🤗

from: Angkasa DwijaIced Americano  at this hour, it's never wrong isn't it? 🤗🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sengaja Dimas membaca pesan dari Angkasa. Entah kenapa ia merasa sangat tidak suka dan tanpa sepengetahuan Ian lelaki itu menghapus pesan dari Angkasa.

***

Entah siapa yang memutuskan hal ini namun pada akhirnya baik Ian maupun Dimas memilih untuk menjalin hubungan backstreet terlebih dahulu. Biar saja semua mengalir, jika ada yang menangkap basah mereka berpacaran ya tidak apa-apa mereka juga tidak akan denial.

Seperti siang ini di acara maksi, diam-diam Dimas selalu memerhatikan wajah kekasihnya yang cantik. Kalau memang boleh ia akan seharian memandangi wajah Ian tanpa pernah merasa bosan.

"Makan tuh soto mie, ngembang lama-lama risolnya. Emang liatin Ian doang bakal kenyang apah." Mas Kukuh yang tersadar akan tingkah laku Dimas menegur lelaki tu untuk segera menyantap soto mie yang telah dipesannya. Dimas tertawa renyah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Di hadapan mereka Ian dan Sasa hanya tertawa menanggapi kedua lelaki tersebut.

"Dari awal Ian masuk Paras Ayu, Dimas emang hobi banget ya godain Ian. Naksir apa gemana sih?" tanya Sasa tiba-tiba yang membuat Ian tersedak.

Dimas melihat Ian terbatuk-batuk langsung menyodorkan air mineral botolan dan menepuk pelan punggung Ian.

"Pelan-pelan dong makannya." kata Dimas disela dirinya masih menepuk-nepuk punggung Ian.

Sasa melihat hal itu merasa terganggu. Rasanya ingin menangis, ini bukan kali pertamanya Dimas merasa khawatir kepada Ian.

"Better?" tanya Dimas menyakinkan Ian apakah gadis itu sudah merasa nyaman. Ian mengangguk.

"Sori, Sa. Aku kepedesan tadi." kilah Ian yang disambut senyuman kecil dari Sasa.

***

Mereka berempat sudah selesai dari acara makan siang dan masih ada setengah jam lagi waktu istirahat mereka akan habis.

Mas Kukuh dan Sasa berjalan duluan di depan sedangkan Ian dan Dimas mengekori mereka dari belakang. Mas Kukuh dan Sasa tampak tengah asyik mengobrol dan hal itu merupakan kesempatan emas Dimas untuk mencuri-curi waktu menggenggam tangan Ian.

Ian melirik Dimas yang mulai menggandengnya. Ian tersenyum begitu juga Dimas. Tapi tanpa mereka sadari, Mas Kukuh yang tengah melihat bayangan dirinya yang terpantul dari kaca tukang cukur rambut otomatis juga bisa melihat pantulan sosok Ian dan Dimas sebagaimana kedua insan tersebut sedang bergandeng tangan mesra sambil tersenyum malu-malu yang tercetak di wajah keduanya.

Mas Kukuh mengernyitkan dahinya seolah untuk meyakinkan apa yang ia lihat bukanlah fatamorgana. Tiba-tiba sebuah ide usil terbesit di kepala Mas Kukuh. Laki-laki itu dengan secara mendadak memutar tubuhnya dan langsung menghadap ke arah Ian dan Dimas. Ian langsung menghempskan tangan Dimas. Dimas langsung pura-pura bermain ponsel sedangkan Ian jangan ditanya betapa salah tingkahnya dirinya ini.

Mas Kukuh menyunggingkan senyum curiganya seraya menatap Dimas penuh arti.

"Apa?" tanya Dimas tanpa bersuara yang dibalas dengan kedipan sebelah mata Mas Kukuh.

***

Angkasa melihat ponselnya dengan risau. Pesan yang ia kirimkan untuk Ian tadi pagi belum juga dibalas meskipun tanda Ian telah membacanya sudah tertera dan beberapa kali Angkasa melihat Ian tampak online.

Biasanya gadis itu tidak pernah tidak membalas pesan Angkasa meskipun hanya sebatas mengirmkan emoji saja.

Angkasa mendenguskan nafasnya kasar. Entah kenapa sebangun tidur tadi pagi perasaannya menjadi tak menentu.

***

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang