"Pagi, Yan," sapa Mbak Anita yang baru keluar dari ruang kerjanya yang seperti hendak pergi ke suatu tempat.
"Pagi, Mbak, mau ke mana?" tanya Ian.
"Aku mau ketemu klien yang penyanyi orkestra itu lho, hari ini baru mau membicarakan tentang konsep. Dimas juga ikut serta dalam project ini, kok," jawab Mbak Anita yang membuat Ian sedikit terkejut.
"Bukannya proyek tersebut sudah selesai, ya? Dan malam minggu kemarin Dimas sengaja lembur untuk menuntaskan itu semua kenapa sekarang baru mau membicarakan tentang konsep?"
"Yan, kamu masih sakit?" tanya Mbak Anita yang melihat Ian tiba-tiba terdiam.
"Ngh? Gak kok Mbak, tadi tiba-tiba sedang teringat sesuatu," ujar Ian sambil tersenyum kecut.
"Oh, kalau gitu aku pergi meeting dulu ya, Yan," kata Mbak Anita sebelum berlalu yang dijawab anggukan oleh Ian.
Ian masih terdiam di tempatnya entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.
"Lalu jika Dimas memang berbohong, ia kenapa harus berbohong dan apa yang dia lakukan pada malam itu?" tanya Ian dalam hatinya.
***
"Tunggu aku dong, Sa!" seru Lyla Kim yang tampak kelimpungan mengimbangi langkah-langkah besar Angkasa yang berjalan menuju ruang kerjanya. Angkasa tak menggubris Lyla Kim.
"Pagi, Angkasa. Wow, look who is here!" Abdul berseru sambil bertepuk tangan. Lyla Kim memutar bola matanya tak peduli dan ia tetap mengekori Angkasa namun ketika Angkasa masuk ke dalam ruang kerjanya dengan hitungan detik lelaki itu langsung menutup rapat-rapat pintu kerjanya tanpa menunggu Lyla untuk masuk terlebih dahulu. Alhasil, gadis tersebut nyaris menabrak pintu ruang kerja Angkasa.
"What?!!" jerit Lyla Kim yang membuat Abdul serta beberapa karyawan lainnya menahan tawa. Lyla Kim menatap mereka dengan amarah tapi setelahnya ia menarik tuas pintu ruang kerja Angkasa tapi sayang, lelaki itu telah menguncinya.
"Angkasa!!!" panggil Lyla sembari menggedor pintu tersebut. Tak ada sahutan sama sekali. Dan gadis itu berulang kali menggedor sembari memanggil nama Angkasa yang membuat gaduh yang sangat menganggu aktifitas karyawan lainnya.
Tak lama kemudian sekuriti datang dan siapa lagi kalau bukan Angkasa yang memerintahkan itu semua.
"Pagi, Mbak, maaf bisa ikut kami sebentar?" pinta sekuriti itu dengan baik-baik. Lyla Kim tak menggubris ucapan bapak sekuriti ini. Akhirnya tanpa menunggu basa-basi sekuriti tersebut langsung menyeret Lyla Kim untuk keluar dari Oil Pacific.
"Hey, jangan sentuh saya! Kalian tidak tahu siapa saya?!!"
"Stop!!!"
Lyla Kim berusahan melepaskan cengkraman dari sekuriti yang menggiringnya keluar dari OP tapi percuma kedua sekuritu itu memiliki tenaga yang jauh kali lipat lebih kuat dibandingkan Lyla Kim.
Reza yang baru datang dibuat terkejut dengan adegan bagai kriminal yang baru saja dibekuk tapi setelahnya ia tak heran karena ia tahu itu semua pasti kerjaannya Angkasa.
"Memang Angkasa bener-bener kalau udah masalah Lyla Kim bisa setega ini." kata Reza pelan sambil menyunggingkan senyum.
Di dalam ruang kerjanya Angkasa sudah menyibukkan dirinya dengan berbagai dokumen-dokumen yang harus ia periksa dan setelahnya ia tanda tangani. Di luar sama keributan terdengar di mana Lyla Kim ingin menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Tapi dengan inisiatif Angkasa yang tinggi akhirnya ia menyambungkan teleponnya ke sekuriti yang sedang berjaga dan tak lama kemudian kegaduhan tersebut sudah tak terdengar lagi yang mau tak mau membuat Angkasa menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love (COMPLETED)
RomanceMungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian. Hampir separuh hidupnya ia harus menelan pil pahit segala ejekkan dari teman-temannya atau bahkan...