Jika hati ini diibaratkan sebagai Bulan, maka dia adalah Neil Armstrong, orang pertama yang mendarat di Bulan.
Tapi pertama tama biarkan aku mengenalkan diriku. Namaku Siera. Aku akan menceritakan bagaimana kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengan pemuda gila asal Ekuador. Maaf jika ceritaku aneh, karena--aku memang aneh. Aku akan memulainya dengan kisah masa kecilku agar kalian tau apa yang berubah dariku. Jika ada sesuatu yang ingin kalian sampaikan atau tanyakan, kalian punya keyboard dan sudah disediakan kolom komentar. Oiya pastikan juga kalian sudah membaca story description sebelum membaca chapter by chapter. Muito Obrigado💙
.....
"Siera! Ayo sini main," itu temanku, namanya Feby. Dia sedang bermain lompat tali dengan teman teman yang lain di depan rumahnya dengan pelataran luas, berjarak dua puluh meter dari rumahku. Sungguh teriakan Feby membuatku merasa sangat terganggu, dia menggangguku saat aku sedang membaca komik Detective Conan tentang pembunuhan atlet renang terkenal.
"Ayo Siera!" ajak anak yang lain yang ku ketahui sebagai Stacy, dia juga temanku, tapi kami hanya berteman di sekolah, setelah pulang dari sekolah semua berbeda--aku tak punya teman. Ya, kami sekolah di sekolah yang sama. Sayang sekali aku masih butuh waktu tiga tahun lagi untuk lulus dari sekolah dasar yang diisi oleh anak anak menyebalkan yang super cerewet--kecuali aku tentu saja.
Aku hanya tersenyum datar membalas Stacy yang masih melambai mengajakku bergabung, tapi aku sama sekali tidak tertarik--sama sekali. Aku pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah, sebenarnya aku juga tidak terlalu suka dirumah karena ibuku juga sama seperti orang lain. Dia juga akan meneriakiku, entah menyuruhku melakukan ini atau melakukan itu. Aku masuk rumah dengan mengendap endap seperti seorang pencuri dirumah sendiri. Ibuku sedang memasak untuk makan siang, dia tidak bisa di ganggu, dan siapa pula yang ingin mengganggunya? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya.
"Siera sudah pulang?" ibu berkata sambil tersenyum padaku, aku hanya membalasnya dengan anggukan malas. Pertama, aku tidak pernah kemana mana, aku hanya membaca komik di depan rumah karena aku tidak mau mengganggu dan tak mau diganggu, dengan kata lain aku tidak pulang karena aku tak pernah pergi. Kedua, tentu saja ibuku berpikir aku baru saja pergi bermain dengan anak anak rempong itu. Ketiga, Aku benci anak anak, meskipun aku sendiri masih anak anak.
Anehnya aku benci anak anak tapi Aku juga berharap tak pernah tumbuh agar aku bisa selalu makan eskrim di siang hari, membaca komik kesukaanku, menonton kartun dengan camilan beraneka rasa setiap hari.
Aku meletakkan komikku diatas meja dan menghampiri ibuku, ibuku adalah orang yang paling aku takuti. Ada banyak alasan kenapa aku takut pada ibuku lebih dari apapun, kau pernah mendengar legenda Malin Kundang? Kalau sudah, maka pasti kau juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Takut pada ibumu. Hal lainnya yang membuatku takut pada ibuku adalah sebuat kalimat 'Surga ada di telapak kaki ibu', jika kau tidak mau mendengarkan semua kata ibumu maka jangan harap ibumu akan membukakan surganya bagimu, jangan pernah berharap.
Selain itu lagu bergenre dangdut milik Roma Irama juga sedikit menakutiku, di lagu itu dijelaskan bahwa kekuatan seorang ibu itu sangat luar biasa dan tidak ada yang menandinginya. Aku selalu membayangkan kalau ibuku punya kekuatan luar biasa seperti Ultraman atau Superman yang bisa dengan mudah mematahkan leherku, atau kekuatan luar biasa seperti yang dimiliki Orochimaru yang bisa berubah menjadi ular dengan taring yang mengerikan itu. Yang paling menakutkan dari ibuku adalah ibuku sering mengancam tidak mau membelikan es krim dan komik baru kalau aku tidak mau membersihkan tempat tidurku, atau tidak mau membuang sampah. Sangat menakutkan hanya dengan membayangkan aku hidup tanpa komik dan es krim.
"Ibu ingin minta tolong," ibu berkata lembut setelah aku sampai di hadapaya. Ini adalah salah satu kalimat yang aku benci dan aku takuti juga, aku benci karena biasanya ibu akan memintaku melakukan hal hal yang menyebalkan jika diawali dengan kalimat ini. Aku takut pada kalimat ini karena jika tidak aku lakukan maka aku akan jadi anak durhaka yang akan ditempatkan di neraka oleh ibuku sendiri. Siapa yang mau tinggal di neraka yang kekal itu? Aku tentu saja tidak mau.
.....
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Ayah saat makan malam. Selain ibu, aku juga tinggal bersama ayahku, dan kakakku juga. Kakakku bernama Brent, dia duduk di kelas enam di sekolah yang sama denganku. Dengan kata lain sebentar lagi dia akan lulus dari sekolah dasar, fakta itu membuatku selalu merasa iri pada kakakku, dan marah kepada ibuku karna dia melahirkan kakakku lebih dulu daripada aku.
Aku membenci kakakku, dia itu menyebalkan, dia sangat jail dan tidak bisa diam. Dia sering kali mencuri makanan dan barang barangku yang ku simpan, kadang ia juga mengambil uang tabunganku. Jika dia tidak mencuri maka dia akan meminjam, tapi setelah dikembalikannya barang itu pasti sudah rusak. Terkadang aku bertanya tanya apakah kakakku juga punya kekuatan super seperti karaktet Ralph si penghancur yang ada di video game-nya itu. Yang membuatku benci padanya lagi adalah, dia selalu mengganggu saat aku sedang asik menonton kartun dengan secara tiba tiba merebut remote dan menggantinya ke saluran lain yang juga menyiarkan kartun, tapi aku tidak mengerti kartun macam apa itu.
"Lumayan, aku dapat nilai B+ si sains," Brent menjawab dengan mulut yang penuh dengan makanan, padahal ibu sering sekali mengingatkan agar menelan makanan dulu baru bicara, tapi dia tidak pernah mendengarkan kata ibu, kurasa Brent akan masuk neraka ketika dia sudah mati nanti.
"Kau perlu belajar lagi, nak!" balas ayah sambil menambahkan sayur ke piring Brent. "Bagaimana dengan Siera?" ayah beralih padaku, aku hanya diam, aku tidak tau harus bilang apa karena memang tidak ada yang perlu di ceritakan. Tapi semua mata menatapku, menunggu berharap ada cerita seru dariku.
"Baik." jawabku singkat, aku kembali menyendok nasi.
"Ceritakan pada ayah apa saja yang kau lakukan di sekolah, Siera?" ayah berkata lembut. Meskipun aku jauh lebih menyukai ayah dari pada ibu, terkadang aku juga merasa kesal pada ayah yang lebih banyak bertanya.
"Apa saja?" tanyaku, ini akan membuang sangat banyak waktu jika ayah ingin aku menceritakan apa saja. Ayah hanya mengangguk menunggu cerita selanjutnya.
"Seperti biasa ayah mengantarku dan Brent ke sekolah, dan ayah pergi bekerja setelah aku dan Brent turun dari mobil. Kemudian aku dan Brent berjalan ke kelas masing masing dan--"
"Maksud ayah bukan cerita yang se-detail itu, Siera. Ayah ingin cerita yang lebih ringkas." kata kata ayah menginterupsiku, wajahnya berubah menjadi ekspresi sedikit kesal. Apakah ayah marah padaku? Aku kan sedang berusaha menceritakan apa saja yang terjadi seperti yang dia inginkan tadi. Aku berpikir sejenak untuk meringkas cerita yang panjang hari ini.
"Aku di sekolah belajar sampai jam 12 siang lalu aku pulang bersama Feby," akhirnya aku berhasil mepersingkat ceritaku yang panjang, meskipun aku ingin mengatakan pada mereka betapa tidak sukanya aku jika harus pulang dengan Feby setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu. Brent dan Ibu terlihat menahan tawa setelah mendengar ceritaku, kenapa mereka tertawa? Aku kan tidak menceritakan sesuatu yang lucu. Ayah hanya menghela nafas, wajahnya tampak putus asa, sepertinya ayah benar benar marah padaku, tapi ini bukan masalah besar jika ayah marah padaku, toh dia tidak punya surga di telapak kakinya seperti ibu.
Aku tidak tau apa yang Salah denganku, aku tidak pernah melakukan hal hal aneh selama di rumah ataupun di sekolah, tapi ayah dan ibu selalu berlebihan dalam mengkhawatirkanku. Mereka selalu ingin aku punya banyak teman dan bermain sampai sore bersama teman teman, aku tidak pernah menginginkannya karena itu menyebalkan.
"Sebaiknya kalian belajar untuk besok," ibu pun berdiri menyimpan sisa makanan ke dalam lemari kabinet di dapur. Brent mengacak rambutku gemas sebelum berjalan lebih dulu ke atas, ke kamarnya, aku menyusul. Ayah dan ibu masih berbicara di meja makan, entah bicara apa, kuharap mereka tidak membicarakan aku.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian maka tidak ada unsur kesengajaan. Harap maklumi jika ada typo berserakan, selama typo masih bisa dibaca harap dimengerti. Jika dalam cerita ini terdapat beberapa, ata...