14. SEBUAH TAKDIR

1.2K 52 0
                                    

Hari ini Alya bangun agak siang, selain karena sangat lelah dan mengantuk juga karena ini adalah hari Minggu. Biasanya dia selalu bangun tidur di saat kedua matanya masih ingin terpejam dan setelah itu terburu-buru mengejar jam masuk sekolah. 

Usai mandi tadi dan rasa lelahnya agak berkurang Alya mematut dirinya dengan setelan celana jeans hitam panjang dan kaos putihnya. Dia berencana pergi ke rumah Mira untuk mengerjakan tugas Matematika, dan tentu saja sembilan puluh sembilan persen alasannya adalah karena dia malas menghabiskan weekendnya di rumah.

"Udah bangun belum?" Tanya Alya dari balik ponselnya sambil mengemasi buku-bukunya ke dalam tas. Dia ingin memastikan orang yang akan didatangi sudah bersiap diri.

"Lo yakin nanya itu ke gue?"

"Lo pikir gue main-main? Awas ya kalo gue nyampe situ lo masih pake baby doll!" Ancam Alya.

Mira berdecak, "Lo tuh janjinya dateng jam sembilan, sekarang udah jam berapa?"

"Emm... Jam setengah sebelas." Jawab Alya melihat jam tangan yang dikenakannya tanpa rasa bersalah.

"Kebiasaan! Ini kalo gue jadi pacar lo udah kering tau? Lo baru bangun kan?"

Alya terkekeh pelan. "Enak aja, gue udah mau berangkat ini."

"Tapi lo bangunnya kesiangan kan?"

"Yang penting kan sekarang gue udah mau berangkat." jawab Alya tidak mau kalah.

"Ah, terserah lo deh Al. Buruan ke sini sebelum gue jadi tua!"

Alya hanya tertawa renyah menanggapi. Saat bersamaan samar-samar dia seperti mendengar suara seseorang dari dalam kamarnya. Alya menajamkan pendengarannya, namun tiba-tiba suara itu berganti menjadi jerit tawa adik kembarnya. Alya berfikir bahwa Papanya biasanya tiba di rumah malam nanti. Lalu dengan siapa mereka mengobrol? Itu jelas bukan suara Ibu tirinya.

"Al?" Alya sampai lupa jika telponnya masih tersambung.

"Ah iya, gue berangkat sekarang Mir." Balas Alya.

"Hati-hati!"

"Iya Mir." Alya mematikan telponnya. Dia menggendong tas ranselnya lalu melangkah keluar dari kamarnya. Suara seseorang tadi terdengar lagi bahkan lebih jelas setelah dia keluar kamar.

Siapa sih? Batin Alya penasaran.
Dia menuju ke teras depan dan mendapati Angga dan Anggi sedang bercanda dengan seorang laki- laki.

"Lo?" Mata Alya membulat besar begitu tahu ada seorang laki-laki datang ke rumahnya bahkan sekarang sedang bermain-main bersama adiknya. Alya menatap tidak percaya. "Lo? Ngapain di rumah gue?"

"Hai..." Sapa laki-laki itu melemparkan senyum ke arah Alya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Lo ngapain di sini? Lo ngikutin gue?" Alya tak habis pikir laki-laki itu benar-benar ada di rumahnya sekarang ini. Apa maunya? Apa dia akan mengadu pada orang tuanya perihal pekerjaanya.

"Al, gue bisa jelasin semuanya." Ujar laki-laki itu.

Alya menatapnya sengit. Bahkan sekarang dia sudah berani menyebut namanya. "Pergi lo dari sini." Usirnya.

"Tunggu dulu Al, gue bisa jelasin."

Alya tidak menggubris, dia menyeret tangan Erosh menjauh dari rumahnya. "Pergi dari rumah gue sekarang juga!"

Laki-laki itu hanya pasrah mengikuti kemana Alya menyeret tangannya. Alya sama sekali tak memberinya kesempatan untuk bicara.

"Kak Alya jangan!" Teriak si kembar Angga Anggi.

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang