Cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui jendela kamar besar yang menempel pada dinding bernuansa greyish. Seorang cowok berwajah oriental ㅡberparas tampan dengan hidung mancung, alis tebal, dan bibir menawan serta tatanan rambut yang acak-acakanㅡ masih tertidur menelungkup di atas kasurnya. Kemeja hitam yang dia lipat setengah siku dan celana jeans biru mudanya lengkap dengan sepatu sneakernya masih melekat di badannya sejak dia pulang subuh tadi.
Beberapa saat kemudian, HPnya berdering mengganggu tidurnya. Dia meraba-raba di sekitar tempat tidur mencoba mencari HPnya tapi tidak berhasil menemukannya, akhirnya dia terpaksa bangun.
Dia membuang nafas kesal begitu menemukan HPnya tergeletak di atas meja samping tempat tidurnya dan melihat si penelepon yang membuat HPnya berdering menganggu tidurnya. Dia meletakkan kembali HPnya setelah menggantinya dengan mode silent tanpa berniat sedikitpun mengangkatnya. Dia ingin melanjutkan tidurnya lagi.
Tok... Tok... Tok!!!
Terdengar suara pintu kamar di ketuk. Cowok itu mengurungkan niatnya untuk berbaring lagi di tempat tidurnya.
"Den Erosh!" Teriak sebuah suara dari luar kamar. "Sarapan sudah siap sejak tadi!"
"Iya Bik!" Jawab cowok yang dipanggil Erosh tadi dari dalam kamar. Hasratnya untuk kembali ke alam mimpi hilang seketika, dia bangkit dari tempat tidurnya dan memutuskan untuk mandi.
Oh shit! Umpatnya dalam hati. Dia hampir saja lupa melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar mandi.
Setelah hampir setengah jam membersihkan diri lalu berganti pakaian casual rapi, Erosh mematut sebentar di depan cermin. Setelahnya, dia melangkah keluar kamar dan menenteng tas ranselnya menuju ruang makan di lantai bawah.
"Silahkan makan Den." Pembantu rumah tangga Erosh menyambutnya.
Erosh tersenyum. Dia menatap meja makan yang penuh dengan berbagai macam makanan. Rasanya bosan setiap hari menatap begitu banyak makanan tersaji di atas meja besar hanya sendirian begini. "Papa sama Mama udah berangkat kerja Bik?" Tanyanya basa-basi, sebenarnya dia sendiri sudah hafal betul jika kedua orang tuanya tidak pernah menyempatkan sarapan di rumah.
"Sudah Den, sejak jam setengah enam pagi tadi." Jawabnya sopan. "Kalo begitu Bibi permisi dulu ya Den."
"Iya, makasih Bik." Ucap Erosh.
Dia masih belum mengambil tempat duduk dan terdiam mengamati meja makan. Sebenarnya perutnya lapar, tapi selera makannya mendadak hilang saat teringat kedua orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Jangankan untuk makan bersama mereka, bertemu saja jarang bahkan hampir tidak pernah. Orang tua Erosh berangkat kerja pagi sekali sebelum dia terbangun dan pulang larut setelah Erosh tertidur atau semenjak Erosh dewasa ini justru orang tuanya sudah terlelap lebih dulu karena Erosh baru tiba di rumah dini hari.
Realita itu bahkan sudah berlangsung sejak dia masih kecil. Yang lebih parah lagi, kadang mereka bertolak ke luar negeri untuk waktu yang lumayan lama karena urusan pekerjaan. Erosh merasa kesepian di rumah, itulah sebabnya dia tidak suka berada di rumah dan lebih memilih menghabiskan waktunya bersama teman-temannya di luar.
Erosh mengambil HPnya dari dalam saku celananya. Dia melihat dua puluh panggilan tak terjawab dan tiga puluh pesan diterima melalui aplikasi WAnya. Dia hanya menyunggingkan bibirnya.
Dasar cewek gila! Batin Eros. Dia tidak peduli dengan itu dan mengabaikannya, dia ingin menelpon orang lain.
"Hallo! Dimana Ga?" Tanya Erosh begitu panggilan telponnya dijawab dari sebrang sana.
"Gue baru on the way nih." Sebuah suara menyahut dari HP Erosh.
"Ke kafe depan kampus yaa?" Pinta Erosh. "Gue berangkat sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
Storie d'amoreAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...