Erosh membuka matanya perlahan. Kepalanya pusing dan badannya terasa sakit semua. Erosh mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia melihat ke sekeliling kamarnya. Kesadaran Erosh belum seratus persen. Erosh merasa ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya. Dia menyentuh dengan tangannya. Seperti ada sesuatu menempel di sana dan rasanya perih sekali.
Erosh berusaha bangun dari tempat tidurnya, dia melihat wajahnya sendiri dari pantulan cermin yang tergantung di tembok kamarnya.
Sial!!! Umpatnya dalam hati. Erosh sudah bisa mengingat kejadian yang menimpanya semalam. Dia dikeroyok beberapa orang tak dikenal dan dia bisa melarikan diri dengan taksi. Dia juga meminta bantuan Alya dengan menunggunya selama satu jam lebih. Erosh ingat Alya membatunya hingga dia terbaring di kamarnya, tapi setelah itu dia tidak ingat apapun.
Dengan langkah terhuyung, Erosh keluar dari kamarnya. Tangan kanannya memegang dadanya yang masih terasa sakit. Dia menuruni tangga perlahan. Samar-samar Erosh mendengar seseorang sedang bercakap-cakap dari arah dapur.
"Jadi selama ini Erosh cuma tinggal sama Bibi?" Tanya Alya. Tangannya masih sibuk menyiapkan sepiring bubur yang baru saja dibuatnya bersama pembantu Erosh.
"Iya Non, terlebih lagi setelah Den Erosh masuk SMP Tuan sama Nyonya sering pergi keluar negri. Mereka lama kalo udah di sana. Sebulan atau dua bulan baru pulang Non." Jelas Bibi.
Alya mengangguk-angguk mengerti. Pantas saja Erosh sepertinya lebih betah di rumahnya ketimbang di rumahnya sendiri yang lebih mewah. Jika harus memilih untuk tinggal di rumah sebesar ini sendiri Alyapun tidak akan mau. Dia jadi miris dan merasa kasihan pada Erosh. Orang yang selama ini terlihat tenang dan bahkan terkesan menyebalkan ternyata adalah orang yang kesepian.
"Ehm..." Erosh melangkah ke dapur dan berdeham mengagetkan Bibi dan Alya.
Alya menoleh. "Lo udah bangun?"
"Gue lagi sakit gini tapi nggak ada yang nungguin..." Jawab Erosh berlagak ketus.
Alya langsung pasang muka sebal. Memangnya siapa dia sampai Alya harus berkewajiban menungguinya? "Gue baru bikinin lo sarapan. Lagian ngapain lo ke sini? Lo udah bisa jalan sendiri?"
"Nggak bisa! Buruan bantuin gue." Pinta Erosh.
"Makanya nggak usah kemana-mana." Alya membantu memapah Erosh kembali ke kamarnya. "Bi, tolong bantuin Alya bawa sarapannya ke kamar yaa."
"Iyaa Non." Jawab Bibi.
Alya kembali merebahkan tubuh Erosh di atas tempat tidurnya. Dan Bibi kembali ke dapur lagi setelah meletakkan sarapan Erosh di kamarnya.
"Makan dulu nih sarapan lo, gue mau balik." Alya meletakkan buburnya mendekat pada Erosh dan setelahnya berniat untuk pulang saat itu juga.
"Lo mau pulang?" Tanya Erosh.
Alya melirik. "Iyalah. Gara-gara lo nih, gue jadi bolos sekolah."
Erosh menatap Alya. "Sorry ya." Ucapnya dengan rasa bersalah.
"Anggep aja balasan karena lo udah nolongin gue waktu itu."
Erosh tersenyum. "Makasih Al."
Alya mengangguk. "Karena lo udah baikan, gue pamit ya." Katanya bersiap melangkah meninggalkan Erosh.
"Tunggu!" Erosh menahan langkah Alya. "Kalo lo pulang sekarang, pasti Bunda nanyain lo. Kenapa lo nggak pulang semalam, kenapa juga jam segini baru pulang."
Alya memutar bola matanya. "Tinggal gue jawab aja habis nolongin lo, beres kan?"
"Jangan!" Sergah Erosh. " Jangan pernah ngomong sama Bunda kalo gue babak belur gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...