Nia melangkah keluar dari ruang Kepala Sekolah setelah satu jam lebih berdiskusi dengan para dewan guru. Dia menghampiri dua orang yang dengan sabar menunggunya memenuhi panggilan pihak sekolah SMA Andromeda. Erosh menyambut kedatangannya dengan penuh tanda tanya, sementara Alya tetap berdiam diri di tempatnya dan terlihat putus asa.
"Bunda, gimana hasilnya?" Tanya Erosh tak sabar mendengar keputusan yang Nia bawa dari pihak sekolah.
Nia tersenyum, entah itu tulus dari dasar hatinya atau hanya karena menutupi keadaan yang sesungguhnya. "Semuanya baik-baik aja kok."
"Alya nggak dikeluarin dari sekolah kan Bun?" Potong Erosh cepat.
"Biar Bunda ngobrol dulu sama Alya yaa." Nia menghampiri anak tirinya yang tengah duduk di sudut teras, Erosh mengangguk menurut.
Nia menghela nafas panjang sebelum mengambil posisi duduk di samping Alya. "Bunda sudah ngobrol dengan guru-guru..." Ucapnya mengawali percakapan dengan Alya.
Alya masih terdiam tak bersemangat.
"Bunda yakin, niat baik kamu pasti bisa dipahami oleh pihak sekolah." Tutur Nia melanjutkan.
"Bilang aja yang sebenarnya, Alya udah siap nerima konsekuensinya." Alya menanggapi.
"Mereka nggak ngeluarin kamu kok. Apa yang salah dengan kerja part time?"
Erosh tampak sumringah mendengarnya sementara Alya terlihat bernafas lega walaupun dia tidak bersemangat sedari awal.
"Tapi karena ada aturan sekolah yang tidak memperbolehkan siswa bekerja, kamu harus kena skorsing selama satu minggu. Kamu nggak apa-apa kan? Yang terpenting, kamu harus siap menghadapi teman-teman kamu."
"Alya nggak peduli sama omongan orang-orang yang nggak suka dengan hidup Alya." Komentarnya.
Nia tersenyum mendengar jawaban Alya. "Bunda setuju dan Bunda yakin kamu pasti bisa. Mulai sekarang kamu harus fokus dengan sekolah kamu, sebentar lagi ada Mid-test dan kamu juga sudah kelas tiga."
Alya mengangguk perlahan, "Makasih..." Katanya pelan dengan wajah tertunduk.
Nia terhenyak, selama dia menjadi Ibu sambungnya, baru pertama kali ini dia mendengar ucapan terima kasih dari anak tirinya itu. Nia begitu terharu.
"Papa jangan sampai tahu soal ini..." Kata Alya menambahkan dengan cepat, menutupi rasa canggungnya atas ucapannya tadi. Butuh keberanian besar hanya untuk mengucapkan satu kata terima kasih untuk Ibu tirinya itu.
"Bunda akan jaga rahasia kamu dengan baik. Kamu bisa percaya sama Bunda." Ucap Nia sungguh-sungguh. Dia begitu bahagia sampai tidak bisa menahan senyumannya yang bertahan mengembang di bibirnya. Dia memberanikan diri membelai pundak Alya pelan untuk pertama kalinya.
Alya sendiri hanya bisa tersenyum kecil, sementara Erosh begitu terharu melihat pasangan anak dan Ibu yang baru saja memulai kedekatannya.
"Sekarang Erosh anter pulang yaa..." Ujarnya mencairkan suasana canggung diantara Alya maupun Nia.
"Gue pulang sendiri aja, gue mau ketemu Mira dulu." Jawab Alya.
Erosh mengangguk.
"Yasudah kalo gitu biar Bunda saja yang pulang sama Erosh. Kamu hati-hati ya."
Alya mengangguk pelan kemudian melangkah terlebih dahulu meninggalkan Nia maupun Erosh untuk menemui sahabatnya yang pasti juga tengah menanti kabar baik darinya.
ㅡBWYㅡ
"Alya!" Mira melambaikan tangannya begitu melihat Alya celingukan di dekat taman belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...