Kedua mata Alya terbuka perlahan, wajahnya terlihat pucat dengan perban menempel pada dahinya. Dia menatap ke sekeliling ruangan yang tampak asing. Setelah mendapati selang infus tergantung di samping tempat tidurnya dan tersambung pada tangannya, barulah dia tersadar dimana dirinya berada saat ini.
Erosh ada di sampingnya, duduk tertidur dengan kepala menelungkup sementara satu tangannya menggenggam tangan Alya.
Alya ingin beranjak pergi, ingatannya mulai tertuju pada kejadian yang dialaminya sebelum dia berakhir di rumah sakit ini. Bagaimana keadaan Bundanya? Apa dia baik-baik saja setelah sebuah mobil menabraknya? Alya masih bisa mengingat dengan jelas, kedua matanya melihat tubuh Nia bersimbah darah dan tergeletak di jalan.
Alya berusaha bangun namun kepalanya benar-benar pusing. Apa keadaannya sendiri sekarang ini parah? Dia merasa jika kepalanya hanya membentur sebuah bahu jalan, lalu bagaimana keadaan Bundanya yang penuh dengan darah itu? Pikiran Alya menjadi tidak karuan.
"Alya," Gerakan tubuh Alya membuat Erosh terbangun. Ternyata wajahnya tak kalah pucat dari Alya. Tampak jelas kekhawatiran terpancar dari kedua bola mata sayunya. "Lo udah bangun? Ada yang sakit?"
"Gue nggak apa-apa, cuma pusing." Jawab Alya. "Gue mau duduk."
Dengan sigap, Erosh membantu mendudukkan Alya. "Lo mau minum?"
Alya menggeleng. "Bunda gimana?"
Erosh terdiam sejenak. "Bunda juga dirawat di sini."
Alya sudah menduga, Bundanya pasti juga terluka. "Gimana keadaan Bunda sekarang?" Alya tampak khawatir.
"Dokter masih menanganinya."
"Gue mau ketemu sama Bunda sekarang."
"Nanti dulu Al," cegah Erosh. "Keadaan lo masih lemah."
"Tapi gue mau lihat keadaan Bunda."
"Iya, nanti gue anterin. Tapi setelah keadaan lo membaik ya?"
"Gue baik-baik aja!" Alya terus memaksa membuat Erosh sedikit kewalahan.
Alya belum tahu tentang keadaan Bundanya yang sebenarnya. Kecelakaan yang menimpa Nia membuatnya harus menjalani operasi karena patahnya beberapa tulang belakangnya. Nia kehilangan banyak darah dan dokter memvonis bahwa dia akan mengalami kelumpuhan karena cedera otak yang dialaminya jika Nia bisa berhasil melewati masa kritisnya dan bisa tersadar kembali. Saat ini dia sedang berada di antara hidup dan matinya. Nia harus berjuang melawan semua keadaan yang sewaktu-waktu bisa menyeretnya pada kematian.
"Erosh," panggil Alya. "Anterin gue ketemu Bunda sekarang!"
Erosh menghela nafas berat, cepat atau lambat Alya tetap akan mengetahui keadaan Nia. "Gue panggil dokter dulu ya buat mriksa keadaan lo."
"Tapi gue baik-baik aja."
"Iya, gue tahu." Erosh tersenyum menatap Alya kemudian membelai pipinya lembut. "Dokter bilang dia harus ngecek keadaan lo setelah lo sadar."
Alya membalas senyumannya kemudian mengangguk lega. Entah mengapa kekhawatirannya sedikit terkikis, dia merasa tenang saat Erosh ada di sampingnya.
ㅡBWYㅡ
Mega duduk bersandar di atas tempat tidur dengan selimut membungkus tubuhnya. Dia memeluk kedua kakinya yang ditekuk ke depan. Matanya sembab, wajahnya pucat dengan bibir bergetar karena ketakutan. Sementara Irin dan Sasa berjalan mondar-mondir tak jauh darinya."Gimana Rin?" Tanya Sasa setengah berbisik, sesekali dia melihat ke arah Mega khawatir.
"Diem lo Sa!" Bentak Irin. Usahanya menelpon seseorang sejak tadi pagi tidak berhasil juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...