Arga syok melihat kondisi Erosh yang babak belur. Dia tidak menyangka jika kemarin malam setelah Erosh menelponnya, dia dikeroyok oleh segerombolan orang tidak dikenal. Dan Erosh sama sekali tidak memberitahunya sampai Arga datang ke rumah untuk membawa mobil Erosh yang telah selesai diperbaiki dan mengetahui sendiri keadaan Erosh. Arga benar-benar tersulut emosi mendengar ceritanya.
"Kenapa lo nggak nelpon gue atau anak-anak Rosh?" Arga masih tak percaya dengan apa yang dialami Erosh.
"Nggak sempet Ga, lagian kalo gue nggak kalah jumlah gue juga bisa nanganin ini sendirian kok."
"Gue yakin ini pasti ada hubungannya sama Alex brengsek itu!"
"Jangan menuduh Ga, kita harus pastiin dulu. Bisa aja kan yang ngeroyok gue itu segerombolan begal."
"Begal?" Ulang Arga dengan nada tidak percaya. "Itu jelas nggak mungkin Rosh. Mereka jelas-jelas ngincer keselamatan lo. Lagian mereka nggak minta apa-apa dari lo kan?"
Erosh menghela nafas sambil membenarkan posisi duduknya. Walaupun luka di wajahnya sudah mulai membaik, tapi masih ada sedikit ngilu di dadanya. "Ya enggak sih Ga, tapi pokoknya kita jangan ada pergerakan apa-apa dulu. Gue nggak mau ada kerusuhan lagi. Dan yang paling penting, lo harus bisa mengontrol emosi lo dan anak-anak yang lain."
"Kalo emang ini ulah Alex, gue nggak akan tinggal diem Rosh." Arga menatap tajam ke depan. "Gue bakal cari tau siapa yang udah ngeroyok lo."
"Gue percaya sama lo Ga, jadi gue harap lo nggak salah langkah." Ucap Erosh menanggapi perkataan Arga. Dia sebenarnya malas harus berurusan dengan Alex lagi kalo memang benar dia yang sudah membuatnya babak belur seperti ini, Erosh tidak ingin memicu pertengkaran. Mungkin dia akan menyelesaikan permasalahannya ini secara pribadi. Walaupun kecil kemungkinannya anak buah Alex tidak akan ikut campur.
"Gue nggak bisa trima kalo sahabat gue jadi korban. Alex itu benar-benar pengecut, beraninya main keroyokan."
"Iya, kita semua tau sifat Alex sejak dulu. Tapi gue harap, kali ini kita bisa lebih santai menghadapi Alex. Orang kayak dia nggak bisa cuma dihadapi dengan kekerasan aja. Kita harus lebih mengandalkan pikiran kita."
Arga terdiam sesaat. Perkataan Erosh ada benarnya juga, Alex memang licik. "Mulai sekarang kita harus lebih waspada Rosh." Kata Arga kemudian.
Erosh mengangguk setuju.
"Babe..."
Erosh dan Arga menoleh bersamaan. Suara yang sangat nyaring tiba-tiba menyeruak di kamar Erosh, membuat mimik di wajahnya berubah masam seketika. Arga langsung melirik ke arah Erosh dengan menahan sedikit tawa.
"Kamu kenapa? Beberapa hari kita nggak ketemu dan sekarang keadaan kamu kayak gini?" Cewek cantik yang akrab disapa Mega ini langsung menghambur mendekati Erosh yang tengah duduk bersandar di atas tempat tidurnya.
"Ngapain lo ke sini? Bukannya harusnya lo di sekolah?" Tanpa basa-basi Erosh langsung menunjukkan ekspresi tidak sukanya pada Mega. Dia masih kesal dengan tingkah Mega waktu itu.
Mulut mungil Mega menganga tak percaya mendengar perkataan Erosh, walaupun dia tau sikap Erosh tidak pernah lembut kepadanya. "Why? Aku ke sini buat nengokin pacar aku yang lagi sakit." Katanya sambil tersenyum.
"Dari mana lo tau?" Tanya Erosh sambil melirik ke arah Arga. Hanya Arga satu-satunya orang yang tau kondisinya saat ini selain Alya. Dan Alya jelas tidak mungkin orang yang telah memberitahu Mega.
Arga langsung menggeleng-gelengkan kepalanya begitu menerima sinyal dari Erosh yang menuduhnya telah membeberkan keadaan Erosh. Bukan gue Rosh, sumpah bukan gue yang ngasih tau Mega. Batin Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...