41. EPILOG

3K 71 4
                                    

Seorang gadis kecil dengan seragam merah putihnya berjalan menunduk menyusuri sebuah jalan kecil yang akan mengantarkannya kembali ke rumah usai pulang sekolah, kedua tangannya menggenggam tali gendongan ranselnya di kanan dan kirinya.

Dia hanya sendirian, tidak seperti yang lainnya berjalan bersama teman-temannya. Walaupun tadi pagi gadis kecil itu sudah memperkenalkan diri di hadapan teman-teman sekelasnya, dia lebih nyaman pulang sendirian seperti ini. Lagi pula, dia masih belum bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Baginya, tempat ini terlalu asing dan sangat jauh berbeda dari tempat tinggalnya yang dulu.

"Hei anak baru!" Sebuah suara memanggil gadis kecil itu dengan lantang.

Gadis kecil itu menghentikan langkahnya dan menengadah. Beberapa meter di depannya berdiri tiga bocah laki-laki yang berpakain sama dengannya. Wajah mereka terlihat garang.

"Serahin uang jajan kamu!" Ucap salah satu bocah laki-laki itu.

Gadis kecil itu terdiam dan menatap ketakutan pada mereka.

"Hei, cepat serahkan!" Kali ini bocah di sebelahnya yang berbadan agak tambun meneriakinya.

Gadis kecil itu tetap membisu. Dia bukannya tak mau bicara, tapi dia sangat ketakutan.

"Kenapa diam saja? Cepat serahkan uang jajanmu! Kamu tuli ya?" Salah satu dari mereka kembali berucap dengan nada kasar.

Gadis kecil itu semakin ketakutan, dia mempererat genggaman pada kedua tali gendongan ranselnya.

Karena tidak sabar, salah satu dari bocah laki-laki itu melangkah mendekat kemudian menodongkan tangannya tepat di depan gadis kecil polos itu.

"Mana uang jajanmu? Cepat serahkan!"

"Ta...pi... Aku..." Gadis kecil itu berusaha membuka suara dengan gemetaran.

"Serahkan sekarang juga!" Paksa bocah laki-laki itu.

"Hei! Jangan ganggu dia!" Teriak seorang anak laki-laki datang entah dari mana. Dia menghampiri gadis kecil yang hampir menjadi korban palak para bocah nakal itu.

Bocah laki-laki itu menatap sengit, "Apa urusanmu?"

"Jangan berani-beraninya mengganggu anak perempuan! Kalau berani, sini lawan aku!"

"Kamu berani menantang kita?"

"Siapa takut!" Anak laki- laki yang bermaksud menolong gadis kecil itu berjalan mendekat. Dia meletakkan ranselnya kemudian memasang kuda-kuda.

Ketiga bocah nakal itu tak terima. Mereka ikut memasang kuda-kuda kemudian mengkeroyok anak laki-laki yang hanya seorang diri itu. Mereka saling pukul, saling dorong bahkan saling menendang. Gadis kecil yang melihat mereka berkelahi itu panik dan semakin ketakutan.

Bagaimana kalau anak laki-laki yang menolongnya itu terluka? Dia hanya seorang diri, sedangkan tiga bocah nakal itu mengkeroyoknya. Apa yang harus dilakukannya untuk membantu anak laki-laki itu? Suasana di sekitarnya juga sepi, jika dia berteriak apa akan ada yang menolongnya?

Sebuah ide tiba-tiba muncul. Gadis kecil itu berteriak dengan keras. "Pak guru datang! Pak guru datang!"

Mendengar gadis kecil itu meneriakkan sebuah nama, ketiga bocah nakal itu menghentikan aksinya. Mereka terlihat panik. "Gawat! Pak guru datang!"

"Ayo cepat lari! Nanti kita kena hukuman!"

"Ayo cepat-cepat!" Mereka berlari terburu-buru meninggalkan tempat itu bahkan tanpa tahu jika gadis kecil itu telah membohongi mereka.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya gadis kecil itu mendekati anak laki-laki yang telah menolongnya.

Anak laki-laki itu menatapnya dan terlihat wajahnya yang lebam dengan penuh keringat. "Aku baik-baik saja. Kamu tidak apa-apa kan?"

Gadis kecil itu menggeleng. "Terima kasih ya sudah menolongku."

"Sama-sama." Anak laki-laki itu tersenyum. "Kamu anak baru ya?"

"Iya." Jawab gadis itu singkat.

"Dimana rumahmu?"

"Di sekitar sini, tidak jauh kok." Jawabnya malu-malu.

"Baiklah kalau begitu aku antar pulang ya. Ayo!" Anak laki-laki itu mengambil ranselnya yang tergeletak di tanah.

Gadis kecil itu mengangguk kemudian mereka melangkah beriringan.

"Besok pulanglah denganku." Ucap anak laki-laki itu sembari berjalan.

"Kenapa?"

"Supaya mereka tidak mengganggumu lagi."

"Kalau mereka mengkeroyok kamu lagi bagaimana?"

"Nanti kamu berteriak lagi seperti tadi."

Gadis kecil itu tersenyum. "Kalau mereka tahu aku berbohong bagaimana?"

"Tenang saja, aku pasti bisa mengalahkan mereka!" Ujar anak laki-laki itu bersemangat.

"Tapi mereka lebih besar darimu."

"Aku tidak takut!"

"Kamu pemberani sekali."

"Jadi anak laki-laki tidak boleh penakut. Tenang saja, aku pasti melindungimu."

Gadis kecil itu manggut-manggut. Tiba-tiba saja dia kagum pada anak laki-laki di sampingnya. Gadis kecil itu merasa aman ada di dekatnya.

"Oh ya, kita belum kenalan. Nama kamu siapa?"

"Namaku Alya." Jawab gadis kecil itu tersenyum manis. "Nama kamu siapa?"

Anak laki-laki itu nampak berpikir sebentar kemudian membalas senyumnya. "Panggil aku Raja!"

ㅡBWYㅡ

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang