13. BERTEMU MASA LALU

1.3K 64 0
                                    

Nia baru saja selesai membereskan rumah ketika pintu depan diketuk oleh seseorang. Ini masih jam sepuluh pagi, dia bertanya-tanya dalam hati siapakah yang bertamu pada jam sepuluh pagi begini. Dengan rasa penasaran Nia melangkah ke ruang tamu dan segera membuka pintu depan.

Seorang laki-laki muda dengan wajah tampan dan badan tegap kini ada di depannya. Nia dan laki-laki muda itu saling bertatapan untuk beberapa sesaat. Nia mengerutkan keningnya, sepertinya wajahnya sudah tidak asing lagi diingatannya sementara laki-laki muda itu terus menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa Nia artikan.

Nia masih terdiam bahkan belum sempat mempersilahkannya masuk. Dia masih mencoba mengumpulkan kepingan ingatannya dan setelah itu. "Kamu," Nia tidak melanjutkan kata-katanya. Dia terperangah menatap laki-laki muda itu ketika akhirnya dia mampu mengingatnya.

"Bunda!" panggil laki-laki muda itu langsung memeluk Nia.

Nia terperanjat namun akhirnya membalas pelukannya dengan sudut mata yang berair. "Erosh, kesayangan Bunda." Ucapnya sambil terisak.

"Iya Bunda, ini Erosh, Raja kecil yang dulu jadi kesayangan Bunda." Balas laki-laki muda itu masih memeluk Nia erat.

Kali ini Nia benar-benar tidak mampu menahan air matanya yang terjatuh bebas membasahi pipinya. Setelah puas memeluknya beberapa saat, Nia melepaskannya perlahan. "Bunda kangen kamu, kenapa kamu nggak pernah nemuin Bunda lagi? Apa kamu masih marah sama Bunda?" Cecar Nia dengan pertanyaannya yang selama bertahun-tahun ini dipendamnya.

Erosh tersenyum dengan wajah terharu. "Nggak Bunda, Erosh sama sekali nggak marah."

Nia menatap Erosh dalam-dalam. Mengamati setiap lekukan wajahnya yang sekarang sudah berubah. Mata mungilnya yang dulu sering menatapanya dengan penuh harapan kini sudah mempunyai sorot tajam dengan bola mata hitam legam yang menyorotkan keberanian, alisnya yang dulu sering tertaut karena banyak pertanyaan kini sudah menebal menyiratkan sosok pria penuh ketegasan, hidungnya juga bertambah mancung, bahkan semakin mempertegas ketampanannya. Nia bahagia bisa melihatnya lagi setelah berpisah sekian tahun lamanya.

"Bunda pikir kamu sudah melupakan Bunda. Kenapa kamu nggak pernah ke sini sekalipun?" Nia masih menatap wajahnya.

"Maaf Bun, Erosh bepikir waktunya nggak tepat. Erosh pikir Bunda sudah bahagia dengan keluarga baru Bunda dan Bunda akan melupakan Erosh." Jawab Erosh jujur.

Nia menghela nafas. "Kenapa kamu punya pikiran seperti itu? Kamu tetap anak Bunda sampai kapanpun. Bahkan saat Bunda memiliki keluarga baru dan kamu memiliki keluarga baru juga."

"Maaf ya Bunda, saat itu Erosh belum bisa berpikir dewasa. Erosh terlalu benci dengan keadaan Erosh dulu."

"Sudahlah, tidak usah di bahas lagi." Nia merengkuh lengan kekar Erosh. "Sekarang ayo masuk ke dalam."

Erosh mengangguk. Mengikuti Nia yang menggiringnya masuk ke dalam rumahnya.

"Maaf ya rumah Bunda hanya kecil sederhana begini, pastinya nggak ada apa-apanya jika dibanding rumah kamu yang sekarang." Nia menyunggingkan senyumnya. "Kamu pengen minum apa?" Tawar Nia.

Erosh tersenyum tipis. Mendengar kata rumahnya, pikiran Erosh langsung tertuju pada sebuah rumah mewah tempat tinggalnya selama ini. Rumah besar yang selalu sepi dan tidak ada kehangatan sama sekali. "Minum apa aja Bunda." Jawab Erosh kemudian. "Lagi pula Bunda tidak perlu repot-repot, Erosh ke sini karena Erosh kangen banget sama Bunda."

"Bunda tahu, Bunda juga kangen sekali sama kamu. Sebentar ya Bunda ke belakang, duduk dulu." Nia mempersilahkan Erosh menempati sofa ukuran sedang yang ada di ruang tamunya kemudian berlalu.

Erosh mengangguk lalu menempati salah satu sofa. Matanya menatap sekeliling ruang tamu yang tampak sederhana. Ada banyak foto keluarga di sana, lebih tepatnya foto ketiga anak tiri Nia serta suaminya. Erosh tersenyum. Matanya menangkap sosok Alya di salah satu figura. Dia nampak cantik bahkan sedari kecil.

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang