23. PENGAKUAN

1K 52 0
                                    

Pukul dua pagi, seperti biasa Alya selesai bekerja dan dia selalu mendapati Dio yang masih sibuk merapikan bar tempatnya bekerja. Alya menghampiri Dio perlahan.

"Masih sibuk? Semangat banget calon Papa muda." Sapa Alya begitu dirinya ada di hadapan Dio.

Dio tersenyum malu. "Apapun bakal gue lakuin demi keluarga kecil gue Al." Jawabnya berusaha sok bijak.

"Gue nggak nyangka lo langsung berubah rajin banget semenjak kehamilan istri lo." Goda Alya.

"Gue itu kepala keluarga Al, harus tanggung jawab dong."

Alya terkekeh mendengar perkataan Dio. "Oh iya," Ucapnya diam sejenak.  "Ada sesuatu yang mau gue omongin Yo." Sambungnya.

Dio mengerutkan keningnya. "Emm... Soal apa Al?"

"Itu... Soal pekerjaan gue Yo."

"Ada apa? Ada yang gangguin lo lagi?" Tanya Dio.

Alya menggeleng, "Bukan, nggak ada kok Yo." Jawabnya. "Emm... Ini soal, pengunduran diri gue."

Dio agak terkejut. "Lo mau resign?" Tanyanya.

Alya menghela nafas. "Iya Yo. Gue rasa gue harus fokus sekolah mulai sekarang."

"Lo serius?"

"Gue serius, jadi gimana?" Tanya Alya agak ragu.

"Gue seneng banget Al!"

Alya melongo, antara kaget dan penasaran. "Lo nggak keberatan?" Tanya Alya.

"Sama sekali nggak Al. Sebenarnya gue juga nggak setuju lo kerja di sini. Tempat ini nggak aman buat lo."

Alya tersenyum mendengar jawaban Dio. "Lo bener Yo. Gue juga takut Papa bakal kecewa kalo tau gue kerja di sini. Makasih ya Yo, sekarang gue benar-benar mantap buat resign."

"Sama-sama Al. Jadi kapan lo resign?"

"Akhir bulan ini."

"Berarti kita masih ada waktu buat kerja bareng selama beberapa hari dong." Dio terlihat sumringah. "Jujur, sebenarnya lo partner kerja terbaik gue."

Alya tersipu mendengar pujian Dio. "Gue bener-bener berutang budi sama lo. Selama ini lo baik banget sama gue."

"Udah Al, lo nggak perlu mikirin itu. Gue udah nganggep lo sahabat baik gue."

Alya menghela nafas lega. Entah kenapa ada perasaan tenang saat dia mulai membayangkan hari-harinya tidak akan berada di tempat ini lagi. Walaupun jauh dalam hati kecilnya dia merasa akan kehilangan tempat yang mengajarinya banyak hal dan membantunya dari kesulitan.

"Lo nggak mau pulang?" Tanya Dio membuyarkan lamunan Alya.

"Pulang dong! Gue cabut sekarang ya." Pamit Alya.

"Mau gue anter sampe depan?" Tawar Dio.

"Udah nggak usah, lo beresin aja kerjaan lo." Tolak Alya. "Gue duluan ya Yo." Alya melangkah keluar dari kafe.

"Hati-hati!" Kata Dio setengah berteriak. Alya membalasnya dengan anggukan dan sebuah acungan dari jempol tangan kanannya.

ㅡBWYㅡ

Alya menyetop taksi dari halaman tempatnya bekerja. Hari ini dia pulang dengan membawa perasaan lega. Entah apa yang akan dihadapinya nanti, apakah dia akan kesulitan perihal pembayaran sekolahnya atau dia harus sangat mengirit karena sudah tidak ada lagi uang gaji bulanan, tapi Alya merasa itu tidak akan jadi masalah lagi. Dia lebih bahagia saat Papanya akan melihatnya bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan menunjukkan nilai yang membanggakan. Apalagi selama ini Papanya benar-benar sudah bekerja keras demi keluarganya.

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang