Alfian menatap istrinya yang tengah memanjakan kedua anak kembarnya, walaupun kondisinya saat ini masih berbaring di tempat tidurnya. Dia sangat bersyukur atas segala hal yang dimilikinya saat ini. Meskipun berbagai masalah menghampirinya bahkan berusaha menghancurkan apa yang dia miliki terutama keluarganya, dia masih bisa bertahan. Semua itu tak lepas juga dari peran istrinya yang selalu mendukungnya. Bahkan melihat kondisi Nia saat ini sudah cukup membuktikan betapa dia sangat menyayangi keluarganya, terutama anak-anak Alfian.
Di sela-sela kebersamaan mereka, suara dering telpon dari ponsel Alfian menyela. Segera dia melihat sebuah nama yang tertera di layar dan mengangkatnya. "Ada apa Rosh?"
Nia segera menginstruksikan kedua anak kembarnya untuk hening sejenak begitu melihat raut wajah agak serius suaminya.
"Bunda, Papa angkat telpon dari Erosh dulu ya?" Ucap Alfian.
Nia tersenyum dan mengangguk paham.
"Kalian jagain Bunda dulu sebentar."
"Siap Papa!" Seru Angga dan Anggi bersamaan kemudian Alfian sendiri beranjak keluar dari ruangan.
Belum lama setelah Alfian meninggalkan ruangan, pintu kamar inap Nia terbuka kembali. Alya muncul dari baliknya.
"Lho Al, kamu udah sampe?"
Alya hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
Nia mengerutkan dahinya melihat ekspresi wajah Alya yang tampak aneh. "Kamu kenapa?"
"Nggak apa-apa Bunda." Jawab Alya kemudian menghela nafas panjang. Dia berjalan mendekat lalu mengusap lembut puncak kepala Angga dan Anggi yang berdiri di samping ranjang tidur Bundanya.
"Nggak mungkin kalo nggak ada apa-apa."
Alya beralih menatap Nia dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Alya?" Nia meraih tangan Alya dan menggenggamnya.
"Kak Alya kenapa?" Tanya Anggi.
"Kak Alya nggak apa-apa." Dia menyunggingkan senyumnya. "Bunda, ada yang mau ketemu sama Bunda." Ucapnya kemudian.
"Siapa?"
Seseorang masuk ke dalam ruangan tepat setelah Alya memberitahukan kedatangannya pada Nia.
"Selamat siang." Ucapnya sembari tersenyum hangat.
Baik Nia maupun kedua anak kembarnya menatap seorang wanita paruh baya dengan wajah terlihat sedikit sembab yang baru saja tiba itu.
"Bu Yessi?" Nia sangat terkejut.
Yessi mengangguk pelan kemudian kedua matanya beralih menatap si kembar Angga dan Anggi. Dia melangkah mendekat lalu membelai lembut wajah keduanya.
"Tante siapa?" Angga berganti menatap Yessi dengan seksama.
"Emm..." Yessi tampak menghela nafas berat.
"Angga, ini..."
"Tante Yessi, teman Bunda kamu." jawab Yessi sebelum Nia menyelesaikan jawabannya pada Angga.
Nia memandang tak percaya ke arah Yessi. "Bu Yessi..." Bagaimana bisa Yessi mengatakan hal diluar dugaan, bahkan membuat Alya melongo tak percaya.
"Tante boleh peluk kalian sebentar?"
Angga dan Anggi saling berpandangan, sementara kedua mata Alya tak sanggup lagi menahan air matanya yang mendesak keluar.
"Kalian mengingatkan tante dengan anak tante." Lanjut Yessi.
"Memangnya anak tante kemana?" tanya Anggi dengan polosnya.
Yessi terdiam menunduk, saat ini penyesalan yang begitu besar sedang menyerangnya. Tanpa menunggu, dia langsung menghambur memeluk keduanya erat. Ma'afin mama sayang, ma'afin mama, ujar Yessi pilu dalam hatinya. Hanya kata itu yang mampu terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
Roman d'amourAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...