Alya duduk bersandar pada sofa merah yang ada di pojok ruangan, sesekali dia memandang sekelilingnya sambil berargumen sendiri dalam hati, sesekali juga mencuri pandang pada seorang cowok yang telah membawanya paksa ke tempat ini. Dia sedang membicarakan pekerjaannya sejak beberapa menit yang lalu dengan beberapa orang yang dia kenalkan tadi sebagai temannya.
HP Alya bergetar tiba-tiba dan sedikit mengagetkannya. Sepertinya ada telpon masuk, dan benar saja sebuah nama yang sudah sangat dia hafal tertera di layar androidnya.
"Ada apa?" Alya mengawalinya dari balik telpon.
"Lo jadi ke rumah gue kan? Jam berapa?"
"Iya jadi, tapi belum tahu jam berapa. Nanti ya kalo urusan gue udah kelar."
"Lo ada urusan apa sih Al?"
Alya terkekeh mendapati sahabatnya berusaha kepo. "Ntar deh gue ceritain."
"Kok ketawa sih! Lo sekarang jadi super aneh ya, padahal kita baru nggak ketemu beberapa hari."
"Aneh apa'an sih Mir?"
"Pokoknya awas aja kalo sampe lo nyembunyiin rahasia dari gue!" Ancam Mira.
"Rahasia apa sih? Ada-ada aja deh lo. "
"Gue tahu nih lo lagi main rahasia-rahasian, udah kecium dari gelagat lo. Awas ya, gue nggak mau kalo ujung-ujungnya kayak kemarin dan gue nggak tau apa-apa."
Lagi-lagi Alya terkekeh dengan sedikit rasa bersalah. Dia akui memang dia bersalah karena tidak memberi tahu Mira sejak awal tentang persoalannya dengan Erosh dan Mega. Tapi untuk kondisi saat ini sepertinya bukan hal yang wajib untuk diceritakannya. Entahlah, Alya merasa malu atau lebih tepatnya dia belum ingin memberi tahu Mira jika dirinya kini menjadi lebih dekat dengan Erosh. Dia malu mengakuinya.
"Ketawa lagi nih anak!" Sentak Mira kesal.
"Em Mir, udah dulu ya. Nanti gue telpon lagi, belajar yang rajin sana!" Ujar Alya melihat Erosh berjalan menghampirinya. Sepertinya dia sudah menyelesaikan urusannya dengan teman-temannya tadi.
"Pokoknya kabari gue nanti!" Mira mematikan telponnya lebih dulu karena bel tanda berakhirnya istirahat sudah berbunyi. Dia harus bersiap menerima pelajaran selanjutnya.
"Mira ya?" Tanya Erosh melihat Alya baru saja melakukan panggilan. Dia mengambil posisi duduk sejajar dengan Alya.
"Kepo!"
"Emang siapa lagi yang nelpon lo selain Mira?"
Alya menatap cemberut. "Lo ngledek gue?"
Erosh terkikik.
"Lo mau ngajak gue kemana? Urusan lo di sini udah selesai kan?"
"Kenapa? Lo nggak betah ya di sini?" Erosh beralih menatap Alya, membuatnya sedikit grogi karena posisinya yang lumayan dekat.
"Gue nggak enak, temen-temen lo pada ngliatin gue." Alya memelankan suaranya. "Lagian kan tempat ini buat kerja bukan buat main-main."
"Karena lo beda, makanya diliatin. Temen-temen gue nggak ngrasa terganggu kok, mereka kan kerjanya di luar."
Alya mencibik, jelas saja dia berbeda, dia hanya cewek seorang diri. Sebenarnya Alya memang merasa canggung berada di bengkel milik Erosh. Apalagi dia tidak mengenal siapapun di tempat ini kecuali Erosh dan satu temannya lagi yang pernah dia lihat saat mobil Erosh pernah hampir menabraknya. Mira benar, ternyata dia baik juga. "Tapi lo tadi kan bilang cuma mau mampir sini bentar!"
"Iya, habis ini kita cabut! Gue mau ngajakin lo ke suatu tempat."
"Kenapa sih lo hobi banget ngajakin gue pergi? Gue kan ada janji sama Mira." Protes Alya, kalo bukan karena Papanya tadi pagi ngotot tetap ingin mengantarkannya ke sekolah, dia tidak akan meminta tolong Erosh lagi. Dan beruntungnya Erosh memang selalu muncul di saat keadaan Alya genting.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...