Alya menyantap siomaynya perlahan. Matanya menatap kosong ke depan. Pikirannya sedang bercabang antara pekerjaan dan juga keluarganya. Bahkan dia tidak bisa tidur semalaman. Alya masih tidak menyangka dia akan bertemu lagi dengan cowok itu di bar. Sekarang dia bahkan sudah tahu rahasia terbesarnya. Lalu akankah cowok itu membeberkannya pada Mega? Alya tahu betul Mega orang seperti apa walaupun dia belum mengenalnya dekat.
Alya benci harus dipertemukan dengan cowok itu. Dan untuk apa cowok itu harus mengingatnya bahkan sampai menemuinya di bar? Apa dia cowok baik-baik? Tapi bagaimana mungkin cowok baik-baik sering pergi ke klub? Alya juga sempat mengamati dia bersama teman-temannya yang terlihat urakan.
Dan bukan hanya itu saja. Masalah keluarganyapun masih membebani pikirannya. Dia masih malas harus kembali kerumahnya. Walaupun dia yakin Papanya sudah kembali ke luar kota, dia sedang tidak ingin bertemu dengan Ibu tirinya. Wajahnya selalu saja membuat Alya mengingat saat Mamanya meninggalkannya dulu. Rasa sakit hatinya bahkan bertambah karena pernikahan Papanya dengan Ibu tirinya.
"Al..." Panggil Mira membuyarkan lamunan Alya.
"Apaan?" Tanya Alya bersungut.
"Lo kenapa lagi? Makan kayak orang sakit gitu, wajah lo juga kenapa ikutan suram gitu?" Mira mengamati Alya seksama.
Alya memalingkan wajahnya. "Apaan sih lo? Ini gara-gara kurang tidur tau."
"Semalem lo nggak tidur? Apa lo malah ngliatin gue tidur?"
"Ngapain gue ngliatin lo tidur?" Alya memasang muka malas.
"Terus ngapain semalem lo nggak tidur?" Tanya Mira. Jangankan dia tahu Alya tidur atau tidak, baru jam sembilan malam saja matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Bahkan jam berapa Alya kembali dari bekerja dan tidur di kamarnyapun Mira tidak tahu.
"Lo tahu kan kalo tiap malem gue nggak pernah tidur?"
"Seenggaknya lo tidur beberapa jam kan?"
"Beberapa jam gimana? Tiap hari gue mulai tidur jam tiga pagi." Protes Alya.
Mira mengerutkan keningnya. "Tapi lo nggak ada masalah lagi kan?"
"Nggaklah." Alya mengelak. "Emang hidup gue bermasalah banget ya?" Ujarnya. Tapi benar juga sih, hidupnya memang selalu dipenuhi masalah yang bahkan terasa tak kunjung berakhir.
"Awas kalo bohong!" Ancam Mira.
Alya menarik sudut bibirnya. Untuk sementara waktu dia tetap akan merahasiakan masalah cowok itu dari Mira. Menurutnya saat ini dia masih bisa menanganinya sendiri dan Mira tidak perlu tahu.
"Ah iya Al, gue lupa." Mira menepuk jidatnya sendiri.
Alya hanya terdiam menoleh.
"Tadi pagi Bibik bilang sama gue, Bunda lo nelpon ke rumah. Lo nggak bilang ya kalo lo nginep di rumah gue?"
Alya membuang nafas pendek. "Ngapain gue harus bilang?"
Mira melongo tak percaya. "Lo emang bener-bener yaa? Bunda lo tuh khawatir sama lo. Tau gitu gue bilang dari sore kalo lo nginep di rumah gue. Gue kan jadi nggak enak Al."
"Yaudah lah Mir, ngapain juga jadi lo yang nggak enak? Kan gue yang nginep di rumah lo."
"Al..."
"Diem deh, gue lagi makan nih." Potong Alya.
Mira menatap kesal pada sahabatnya. Untung saja, kesabarannya selalu berlipat saat dia menghadapi tingkah Alya yang memang keras kepala.
"Ah iya..."
"Apa lagi?" Kali ini giliran Mira yang memotong dengan sewot.
"Dih, galak banget sih lo Mir."
"Yang galak tuh lo apa gue Alya???" Tanya Mira kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomansaAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...