"Erosh brengsek! Mereka berdua brengsek!" Mega meracau tidak jelas setelah meneguk bergelas-gelas alkohol.
"Iya Meg, iya!" Jawab Irin sambil berusaha memapah Mega berjalan keluar klub dibantu sahabatnya, Sasa.
"Aduh Rin, Mega berat banget!" Keluh Sasa, dia hampir saja jatuh tersungkur saat tubuh Mega kehilangan keseimbangan dan dia harus menopang sebagian berat badannya.
"Gue juga tahu Sa!"
"Kenapa sih Mega pake mabuk segala? Kita juga kan yang repot!"
"Aduh Sa, lo bisa diem nggak sih!"
Sasa terdiam dan membuang nafas kesal.
"Kita pulang ya Meg." Ucap Irin pada sosok Mega yang sudah tidak berdaya.
"Nggak mau! Gue mau sama Erosh!" Mega berusaha meronta tapi tubuhnya semakin melemah.
"Iya, ini nanti ketemu Erosh." Jawab Irin menuruti racauan Mega. Dia dan Sasa berhasil membawa Mega keluar klub. "Sa, buruan telpon pak Wiwit! Suruh bawa mobilnya ke sini."
Sasa buru-buru merogoh HP dari saku celananya dan menghubungi nomor yang sudah dikenalnya. "Pak Wiwit, Mega udah ketemu, kita di depan klub, buruan ke sini!" Perintah Sasa dari balik telponnya dengan nafas terengah.
"Erosh dimana? Erosh dimana?" Mega kembali meracau, membuat kedua sahabatnya berdecak mengeluh bersamaan.
"Erosh sebentar lagi datang, tunggu ya!"
"Erosh datang ke sini?" Mega tersenyum menatap Irin dengan wajah yang sangat berantakan.
"Iya, Erosh datang ke sini. Makanya lo diem aja di sini ya."
Mega mengangguk sambil terkekeh tidak jelas. Kedua sahabatnya hanya saling berpandangan. Ternyata efek patah hati Mega sangat mengerikan. Mereka tahu benar seberapa besar cinta Mega pada cowok yang sudah membuat sahabatnya ini patah hati. Mega bisa saja mengaku jika dia sangat membenci Erosh dan akan balas dendam, tapi nyatanya saat dia hilang kesadaran seperti ini, dia tidak pernah berhenti menyebut nama cowok itu dan bahkan mengatakan cinta berulang kali.
Mobil jemputan yang ditunggu mereka akhirnya datang. Pak Wiwit, sopir pribadi Mega segera turun dari mobil dan membantu memapah Mega masuk ke dalam mobil.
"Aduh, Non Mega kenapa parah begini?" Pak Wiwit panik melihat keadaan Mega.
"Udah Pak, buruan jalan. Kita pulang sekarang sebelum Mega ngamuk!" Perintah Irin.
Sasa mengangguk-angguk setuju.
"Baik Non." Pak Wiwit buru-buru menjalankan mobilnya melaju meninggalkan kafe.
Sepanjang perjalanan, Mega tampak berulah lagi. Dia kembali meracau tidak jelas bahkan kadang berteriak-teriak memanggil nama Erosh.
"Kenapa Non Mega bisa sampai begini?" Pak Wiwit melontarkan pertanyaan prihatin. "Kalo Nyonya besar tahu pasti dia marah sekali."
Irin dan Sasa saling memandang khawatir, tentu saja mereka takut setelah mendengar perkataan pak Wiwit. Mereka adalah saksi yang akan diintrogasi Elena perihal keadaan Mega sekarang. Biasanya Mega masih bisa mengontrol diri dan menghadapi Mamanya seorang diri, tapi kali ini keadaannya benar-benar parah bahkan dia tidak sadarkan diri dan bertingkah gila.
Setelah beberapa menit perjalanan yang terasa sangat panjang dan melelahkan, akhirnya mobil yang ditumpangi Mega cs bersama sopirnya memasuki gerbang dan terhenti di halaman depan rumah persis. Pak Wiwit kembali membantu menurunkan Mega dari mobil, sementara Sasa melangkah lebih dulu untuk memencet bel yang menempel di dekat pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
Roman d'amourAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...