"Kapan saya boleh pulang Dok?" Tanya Alya setelah dokter memeriksa kondisinya.
Dokter wanita paruh baya itu tersenyum. "Besok sudah boleh pulang."
"Beneran Dok?" Alya tampak senang mendengarnya. Tapi meskipun sudah diperbolehkan pulang, tetap saja dia akan selalu berkunjung ke sini untuk melihat keadaan Nia.
Dokter itu mengangguk. "Benar, tapi jika ada keluhan sakit kepala kamu harus segera check-up."
"Baik Dok, saya paham. Terima kasih."
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu."
Alya mengangguk, dokter itu keluar bersama seorang perawat yang sejak tadi membantu bersamanya.
"Kak Alya!" Dari pintu masuk terdengar suara yang Alya rindukan memanggilnya. Dua bocah kecil, laki-laki dan perempuan masuk berlarian mendekat padanya.
"Angga, Anggi!"
"Kak Alya, Angga kangen." Ucapnya lebih dulu memeluk Alya dan disusul Anggi.
"Kak Alya juga kangen kalian berdua!" Dia balas memeluk erat kedua adik kembarnya.
"Kak Alya sakit parah ya? Kenapa dahinya di tempel perban? Kak Alya terluka?" Anggi memburunya dengan pertanyaan.
"Kak Alya udah sembuh kok, besok udah boleh pulang ke rumah."
"Yang bener Kak?" Tanya Angga.
Alya mengangguk ,membuat keduanya bersorak gembira.
"Kak Alya kita punya banyak teman baru lho!"
"Oh ya, siapa?" Tanya Alya menatap Anggi.
"Teman-teman dari Panti. Kemarin kak Erosh datang ke rumah terus kita diajak jalan-jalan ke sana."
"Iya Kak, terus kita dikenalin sama temen-temen di sana. Mereka semua baik lho." Tambah Angga antusias.
Erosh? Alya tahu, dia bukan hanya memikirkan dirinya dan juga Nia, bahkan kedua adik kembarnya. Erosh tahu jika Angga dan Anggi pasti akan merasa kesepian karena Bundanya yang selalu menemani mereka saat ini harus terbaring tak berdaya. Mengingat hal itu membuat hatinya sakit, bagaimana jadinya mereka berdua tanpa Nia? Jangan sampai mereka kehilangan sosok seorang Ibu untuk kedua kalinya.
Alya menghirup nafas dalam-dalam, mencoba menahan air mata yang hampir saja menetes memikirkan semua hal menyedihkan yang harus dihadapinya. "Oh ya, kalian ke sini sama siapa?"
Belum sempat keduanya menjawab, pintu ruangan terbuka dan Alfian melangkah masuk. Mereka datang bersama Papanya.
"Tuh, Papa udah dateng!" Tunjuk Angga.
Alya tersenyum namun tak berani menatap ke arah Alfian. Dia merasa canggung.
"Tadi dokter bilang kamu sudah boleh pulang besok pagi." Alfian membuka percakapan.
Alya mengangguk. "Iya Pa."
"Syukurlah kalo gitu."
Suasana hening sejenak. "Em, Papa bawa Angga sama Anggi ke sini karena mereka kangen kamu. Dan karena mereka juga tidak diperbolehkan ke ruang IGD."
Alya paham maksud perkataan Alfian. Mereka mungkin juga merindukan Bundanya, tapi keadaan belum bisa mempertemukan mereka. "Pa..." Panggil Alya lirih.
"Ya?"
"Alya minta ma'af."
Alfian terdiam sesaat, "Papa juga minta ma'af." Dia sendiri menyadari begitu emosinya dirinya saat itu, dia tidak bisa mengontrol dirinya bahkan tidak bisa melihat tindakan Alya dari sisi positifnya. Bukankah Alya melakukan semua itu dengan tujuan baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH YOU (END)✔
RomanceAlya yang saat itu masih kecil tidak tahu bahwa kepindahannya ke rumah yang baru adalah karena Papanya bangkrut. Dia juga tidak tahu bahwa alasan Papanya menikah lagi adalah karena Mamanya pergi meninggalkannya, ㅡmeninggalkan Alya serta adik kembarn...