10. PANTANG MENYERAH

1.3K 59 0
                                    

Alya duduk termenung di sela-sela pelajaran Sejarah. Sejak dua jam yang lalu isinya hanya ceramah dan dongeng panjang yang tidak ada habisnya. Murid-murid yang lain juga terlihat tidak antusias, ada yang mendongeng sendiri dengan teman sebangkunya bahkan tertidur pulas. Pak Cipto, guru berkumis tipis dengan tubuh pendek dan berkacamata tebal itu hanya membiarkan muridnya begitu saja. Dia memang tipikal guru yang terkenal acuh.

Hari ini Alya bertingkah tidak biasanya lagi, sejak berangkat sekolah tadi mukanya terlihat kusut dengan garis bibir datar bahkan kadang ditekuk ke bawah. Dia memang belum memejamkan matanya sama sekali semenjak pulang kerja dini hari tadi karena masih syok dengan kejadian yang menimpanya ditambah lagi pertemuan dengan cowok yang ingin dihindarinya itu. Hingga di akhir jam pelajaran inipun, dia nampak tidak bersemangat. Mira yang selalu ada di dekatnya terheran dan penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya. Namun seperti biasanya, Alya selalu mengatakan kalau dirinya baik-baik saja sekalipun sudah puluhan kali hari ini Mira menanyakan keadaannya.

Selang beberapa menit, bel tanda pulang sekolah berbunyi dan pelajaraan diakhiri. Semua murid membereskan bukunya dan satu persatu keluar dari kelas masing-masing.

"Al, lo jadi balik ke rumah gue kan?" Tanya Mira sambil mengemasi bukunya.

Alya terdiam, dia masih belum sepenuhnya sadar dari lamunannya.

"Alya Alfissa!" Seru Mira memanggil nama lengkap Alya dengan sedikit lebih keras.

Alya terperanjat. "Emm.. Ya, ada apa Mir?" Tanya Alya nampak kebingungan.

Mira memasang muka kesal. "Sekarang lo punya kebiasaan baru ya, melamun di sepanjang pelajaran!"

"Siapa yang nglamun? Gue nggak kok." Elaknya.

"Sebenernya lo kenapa sih? Ada masalah?" Tanya Mira.

"Gue kan udah bilang nggak ada apa-apa."

"Bohong! Pasti lo bohong sama gue kan?"

Alya menatap Mira jengah. "Lo nggak percaya sama gue?"

"Enggak!" Jawab Mira tegas. "Terakhir kali lo bilang nggak apa-apa, lo ada masalah keluarga dan nginep di rumah gue dua hari."

"Itu kan udah berlalu Mir. Lagian akhirnya gue bilang sama lo kan kalo gue lagi ada masalah?"

"Makanya sekarang lo bilang sama gue lo ada masalah apa?"

"Nggak ada apa-apa, lo tenang aja Mir."

Mira bersungut kesal.

"Lo tau kan, masalah terbesar gue adalah ngantuk dan gue ngantuk berat hari ini. Sekarang gue bener-bener pengen tidur."

"Tapi lo beneran nggak ada masalah kan?" Tanya Mira memastikan sekali lagi.

"Nggak ada Mir. Udah yuk kita balik ke rumah lo." Alya memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas dan bersiap untuk pulang.

Mira menghela nafas. "Tapi belakangan ini lo keliatan beda. Kayak ada yang lo sembunyiin dari gue." Dia masih belum percaya sepenuhnya dengan jawaban Alya.

"Nyembunyiin apa?" Alya menautkan kedua alisnya dan menatap Mira yang berjalan beriringan dengannya. Mereka melangkah keluar kelas dan menyusuri koridor.

"Yaa mana gue tahu. Lo kan yang nyembunyiin dari gue."

"Nggak ada yang gue sembunyiin Mir." Tandas Alya. "Gila ya, kalo gue punya pacar posesif gini, gue nggak bisa berkutik." Bukannya menanggapi kata-kata Mira, Alya justru menimpalinya dengan guyonan.

Mira melirik kesal. "Pokoknya kalo sampe lo nggak mau cerita masalah lo ke gue, lo tau akibatnya. Gue marah besar!" Ancamnya. "Lo tahu kan, gue itu sahabat lo. Dan gue ngrasa nggak berguna kalo lo punya masalah dan gue cuma diem aja nggak tau apa-apa." Imbuhnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Alya.

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang