Langkah demi langkah, terdengar hentakan kaki yang berjalan begitu teratur. Seseorang berpakaian rapih memasuki ruangan yang penuh dengan sebagian orang yang tengah duduk rapih di kursi. Dia Alista, seorang asisten dosen yang mengajar di sebuah kampus swasta. Dia asisten dosen termuda dari semua dosen di Universitas Wibawa. Usianya baru 22 tahun. Di usianya yang tidak tua maupun tidak remaja lagi, dia lebih mementingkan menghabiskan waktunya untuk mengajar dan belajar.
Alista menuntaskan pendidikannya pada usia yang terbilang sangat muda, ia di wisuda saat usianya 20 tahun. Alista merupakan seorang sarjana S1 jurusan Ilmu Hukum.
Dunianya tidak beda dengan kita, hanya saja dia dikenal sebagai gadis pemimpi, kenapa? Alista sering berhalusinasi yang mungkin sebagian orang tak bisa melakukannya. Ia hidup dengan seorang adik laki-lakinya yang berusia 17 tahun dan sudah menamatkan pendidikannya di SMA. Orangtua Alista meninggal dunia karena sebuah kecelakaan yang membuatnya berubah menjadi gadis pengkhayal. Alista selalu merasa bahwa orangtuanya selalu memperhatikannya. Selama satu tahun Alista menghidupi dirinya dan adiknya. Adiknya bernama Reka, yang setiap hari selalu bertengkar dengan Alista karena Alista selalu berkhayal apapun yang tidak pernah ada ataupun yang tak pernah terjadi di kehidupannya."Udah lah kak. Kakak gak usah halu terus. Udah cukup, Reka gak tau gimana caranya ngadepin kakak lagi."
"Reka, dengerin kakak dulu. Kakak bukan halu, kakak ngerasa apa yang kakak rasain."
"Reka mau kuliah kak, Reka pergi dulu," ucap Reka seraya mencium punggung tangan kakaknya itu.
Alista berjalan menyusuri sekitaran kota dengan Melani. Ia teman baiknya selama ini, lulusan S1 sarjana Ekonomi.
"Mel, gue bingung sama Reka akhir-akhir ini, dia selalu aja nyebut gue itu halu. Gue cerita ini dibilang halu, cerita itu dibilang halu," curhatnya pada Melani.
"Reka gak salah, Lis. Emang lo kayak gitu." Melani menatap tajam Alista.
"Kok lo gitu?"
Mereka berhenti di sebuah cafe untuk sekedar membicarakan halusinasinya Alista. Ia sering sekali dibilang sakit jiwa oleh teman-temannya, karena dia suka berkhayal yang tidak-tidak.
"Lis, mending lo cari cowok aja deh. Kayaknya lo kelamaan jomblo jadi kayak gini," ujar Melani.
"Kok ngarahnya ke jomblo sih? Laki-laki idaman gue itu, kalau dia senyum rasanya lutut gue itu lemas, sekujur badan gue itu gemetar, dan jantung gue gak bisa berhenti berdekup. Suatu saat nanti gue yakin dia dateng bawa gue pergi. Maka dari itu, gue harus tunggu dia lah."
"Kan, lo khayal lagi," sahut Melani seraya meminum segelas es cappucino.
"Apa salahnya coba gue ngekhayal? Kan gratis."
Tinggalkan jejak dan kata🙏🙏
Budayakan vote sebelum atau setelah membaca. Karena membuat sebuah naskah cerita butuh proses yang panjang dalam hal berpikir.Terima kasih :) ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTA
Teen FictionAlista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pekerjaan ia lakukan dengan keras termasuk menjadi guru privat anak orang tajir. Sebuah masalah timbul...