4' New Teacher

2.7K 144 0
                                    

Beberapa menit menunggu, anak Bu Laras akhirnya pulang dan tengah memarkirkan motornya di sebuah garasi. Namanya, Arda Banaputra. Anak kedua dari Bu Laras. Usianya 18 tahun, sama seperti Reka, adik Alista. Ia memang bad boy di sekolahnya dulu. Dan kesukaannya adalah balapan liar di jalan.

Arda membuka pintu dan memberi salam seraya menaiki anak tangga untuk menuju kamar atas. Pria itu bahkan tak menoleh sama sekali pada ibunya walau ia sempat menyalami tangannya. Hal itu membuat Alista merasa gugup untuk pekerjaan pertamanya itu menjadi seorang guru privat. Terlebih lagi, mengajar seorang anak yang nakal diambang batas.

"Arda, kamu dari mana?"

"Bu, Arda udah gede. Arda bukan anak kecil lagi ditanya kayak gitu."

Arda memasuki kamarnya. Bu Laras yang begitu canggung depan Alista, akhirnya menyusul mengikuti langkah Arda menuju kamar.

"Arda, ibu udah panggil guru privat buat kamu, dia lagi nunggu di bawah, kamu gak liat?"

"Apa? Guru privat? Ibu apa-apaan sih manggil guru privat segala? Gak, Arda gak mau," ucap Arda seraya melepas sepatunya sembarang.

"Pokoknya kamu harus turun, temui guru privat kamu. Ibu bayar mahal buat semua ini. Kalau kamu masih gak mau, uang jajan kamu ibu potong dan juga motor kamu ibu sita selama dua bulan."

"Apa? Kok ibu ngancem sih?"

"Pokoknya ibu tunggu kamu di bawah."

Bu Laras pergi meninggalkan Arda. Arda merasa prustasi dengan paksaan orangtuanya. Hanya karena ancaman sang ibu yang pasti akan membuat hidupnya bosan, mau tidak mau, akhirnya Arda ikut turun ke bawah menemui guru privat barunya.

"Lis, gue pergi duluan ya, ada urusan. Lo udah di sini kan, semangat ya. Tante, Melan mau pulang dulu ada urusan."

"Iya terima kasih ya Melani, salam buat ibu kamu."

"Makasih Mel, hati-hati."

Setelah menunggu Arda beberapa menit. Akhirnya, mata Bu Laras berbinar begitu senang melihat puteranya akhirnya mau turun dan belajar. Sepertinya, ancaman Bu Laras kali ini berhasil. Namun, pria muda itu masih belum melihat keadaan di bawah sana, ia masih fokus memakai arloji ke tangannya sambil meracau tak terima dengan ancaman sang ibu.

Alista masih terduduk di sofa empuk milik Bu Laras dengan tenang.

"Nah tuh dia Arda," ucap Bu Laras.

Alista mulai berdiri tersenyum seraya menatap anak muda itu. Ia siap menyambut Arda dengan baik.

"Males banget sih gue, di sita-sita, apaan coba," gerutu Arda.

"Mana guru privat yang ibu bil .... " Ucapannya langsung terpotong ketika matanya mulai mengarah fokus pada Alista yang berdiri tersenyum hendak menyapanya.

"Halo Arda, saya Alista."

Arda terlihat kaku menatapnya. Matanya bahkan tak kabur ke manapun ketika ia menatap wajah Alista. Hal itu membingungkan Bu Laras sedari tadi. Pasalnya, Arda sempat menolak tawaran untuk belajar. Namun kini, ia terus berdiam diri tanpa kabur dari tempat, seperti yang selalu ia lakukan ketika bertemu guru guru privat sebelumnya.

"Ih kenapa ini anak, kesambet kali ya? Arda ... Arda ..." panggil Bu Laras.

Arda tersadar kaget. Ia kemudian jatuh canggung ketika Bu Laras bahkan mendapatinya melamun karena ia menatapi guru privat barunya itu.

"Ya udah, sepertinya kali ini kamu mau belajar ya? Arda udah di sini, kamu boleh mulai belajar Alista." Bu Laras senyum.

"Terima kasih bu."

ALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang