Reka di Resto selalu menjadi buah bibir karena ketampanannya. Dia dikagumi pelayan wanita maupun customer wanita. Nana terus memperhatikan laki-laki pujaannya itu setiap apapun yang Reka kerjakan. Bahkan ia masih bingung, kenapa bisa pujaan hatinya itu bekerja di Resto yang sama dengannya.
"Kak Reka kenapa bisa kerja di sini ya?" batin Nana seraya dengan mata terus memperhatikan pria tinggi itu. Terkadang, tatapan Nana pun mengganggu penglihatan Reka. Ia menoleh membuat Nana langsung membuang pandangannya.
"Nana ... Nana ..." panggil Reka.
Ya, hanya dengan panggilan itu jantung Nana berdekup dengan kencang.
"I ... iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong bawain jus Anggur untuk meja nomor delapan ya. Gue lagi sibuk customer minta tambahan dessert."
"Iya, saya ambil dulu."
"Kenapa sih tuh anak, kalau liat gue kayak orang ketakutan. Muka gue serem emangnya?"
Nana seorang gadis yang cantik, feminim dan imut. Dia gadis tajir yang memilih jalannya sendiri. Sebenarnya, orangtuanya ingin mengirimnya untuk kuliah keluar negeri, tapi Nana menolak dan memilih untuk bekerja paruh waktu di Restoran. Padahal, keluarganya adalah keluarga yang cukup terpandang di lingkungannya. Ia tak merasa gengsi dan malah memilih untuk melakukan apapun sesuai hatinya inginkan. Ya, melihat Reka yang bekerja di satu Restoran yang sama dengannya, menjadi sebuah kado terindah yang Nana dapatkan.
Pulang kerja Reka berjalan dengan Tomi, rekan kerjanya.
"Bang kenapa ya? Cewek yang namanya Nana itu, aneh gitu kalau liat muka gue."
"Dia suka kali sama lo."
"Apa? Suka? Nggak, gak mungkin. Jangan sembarangan bang. Gue gak kenal dia siapa. Dia terus-terusan ngelakuin hal itu kalau gue lagi lengah. Apaan sih maksudnya?"
"Ya mungkin aja lagi, emang kenapa? Dia cantik kok, lo emang gak suka? Heh, cewek cantik begitu kalau udah suka sama seseorang, fix pertahankan bro."
"Suu ... suka? Chahhh, apaan sih lo bang."
"Ciye ciye."
••
Malam hari yang gelap, ya memang malam itu gelap. Tapi seisi rumah Reka itu terlihat gelap.
"Kok gelap? Apa iya kakak belum bayar listrik?" Mata Reka memencar ke sudut ruangan gelap untuk mencari tombol lampu.
"Kaaaa, ka Alis? Udah pulang belum sih?" Panggilan Reka tak terjawab.
Reka belum juga menemukan tombol lampu. Setengah jalan Reka melangkah, dan kemudian lampu itu menyala, mendapati seorang kakaknya yang sedang menampa sebuah kue di tangannya. Bersamaan dengan lilin yang menyala di atas kue itu.
"Happy birthday Reka, happy birthday Reka...." Alunan lagu yang Alista nyanyikan membuat Reka terkejut dan tercengang.
Reka lantas memeluk kakaknya dengan mata yang mulai berkaca.
"Kakak gak lupa?"
"Masa ulang tahun adik sendiri kakak lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTA
Teen FictionAlista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pekerjaan ia lakukan dengan keras termasuk menjadi guru privat anak orang tajir. Sebuah masalah timbul...