Pagi itu, menjadi pagi yang tidak nyaman untuk Arda. Sarapan bersama pun serasa asing baginya saat itu. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya setelah terduduk di kursi makan. Padahal, ia sering sekali untuk makan lebih dulu daripada yang lain. Walaupun menjengkelkan, memang sikap pecicilan Arda lah yang sudah dikenal luas keluarganya.
"Sini bang, biar bibi sendokin," ucap Bi Isah pada Arda.
"Gak usah bi, biar Arda sendiri."
Bu Laras dan Alan bingung dengan perubahan yang terjadi pada Arda. Anak itu kini lebih banyak diam dengan wajah merasa tak enak.
Di waktu senggang, Arda memulai perbincangan serius dengan sang ibu.
"Bu, di mana panti asuhan yang ibu datengin waktu ngadopsi Arda?" Pertanyaan Arda seketika membuat Bu Laras menatapnya kaget. Alis matanya menurun dengan sendu.
"Panti asuhan Indahsari. Emangnya kenapa kamu nanya itu nak? Ibu mohon, lupakan masalah itu."
"Arda cuma mau tau siapa orangtua kandung yang nelantarin Arda bu."
"Arda, kamu gak usah ke sana ya, biar masa lalu itu kamu lupain."
"Tapi bu, Arda mau tau."
Setelah merasakan penasaran yang begitu mendalam siapa jati dirinya, Arda kemudian datang ke Panti asuhan yang disebutkan sang ibu. Walau ia tahu itu adalah hal yang pasti akan menyakitkan, Arda harus tahu dari mana ia berasal. Ia mengucap salam di depan pintu Panti asuhan tersebut.
"Selamat siang bu."
Seorang ibu panti keluar dari dalam rumah. Ia menatap Arda dengan bingung.
"Iya. Ada yang bisa saya bantu nak?"
"Saya Arda. Saya mau cari informasi tentang seseorang bu."
"Kalau gitu, ayo masuk dulu nak."
"Terima kasih bu."
Arda begitu gugup untuk bertanya. Namun, ia harus tahu tentang itu.
"Ibu tahu Bu Laras?"
"Bu Laras mana ya?"
"Delapan belas tahun yang lalu, beliau pernah ke sini, ini fotonya. Sekarang ibu ingat?"
Arda menyerahkan foto Bu Laras pada ibu panti tersebut. Mata ibu panti itu menyurang mengingat-ingat siapa yang pernah datang ke panti delapan belas tahun lalu.
"Oh ini nih, iya ibu inget ini. Tapi ibu samar-samar, soalnya udah berpuluh tahun lalu. Cuma, dulu panti emang belum seramai ini. Seingat ibu, Beliau dulu pernah mengadopsi seorang anak dari panti. Iya, Bu Laras, ibu masih kenal. Kalau boleh tau, kamu ini siapa ya nak?"
"Saya anak itu bu." Ucapan Arda membuat Bu Panti seketika terkejut.
Perlahan, tangannya mulai menjamahi wajah Arda dengan begitu sendu.
"Kamu, udah sebesar ini?" tanya bu panti dengan mata berkaca-kaca.
Bu panti menceritakan asal muasal Arda, bahwa ditemukan surat yang isinya, "Mohon untuk panti ini, jaga anak ini sampai dia besar. Saya tidak sanggup menghidupinya seorang diri, saya akan pergi jauh dari sini. Anak ini tidak perlu tahu siapa saya, semoga dia lebih bahagia di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTA
Teen FictionAlista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pekerjaan ia lakukan dengan keras termasuk menjadi guru privat anak orang tajir. Sebuah masalah timbul...