43' The Last Love

2.9K 62 4
                                    

Arda sudah turun tempur di perusahaan. Beberapa bulan kemudian akhirnya perusahaan bisa menstabilkan laba dan terkontrolnya para pemegang saham. Terlebih lagi Arda dan tim mampu memancing para investor kembali.

Luna semakin cemas. Bahkan ambisinya yang ingin mendapatkan Alan, malah menjebloskannya sendiri pada masalah. Luna dituntut atas percobaan pengancaman namun Alan menolak untuk membawa Luna ke penjara. Alasannya adalah Bunda Luna sendiri yang ia kenal akrab. Bunda adalah alasan Alan untuk tidak memenjarakan Luna.   Padahal, hukum tetaplah hukum. Namun Alan bersikeras untuk membiarkan Luna tetap bebas..

"Arda, kamu luar biasa," ucap Pak Beni di sela selesai meeting.

Arda membungkukkan badannya pada seluruh eksekutif perusahaan yang telah membantunya dalam menuntaskan permasalahan kontrak kerja sama. Dan, permasalahan saham yang terjadi, telah rampung berkat usaha Arda dan para keluarga Bussines Star.

Luna menundukkan kepalanya malu di depan seluruh staf ketika mereka sedang melakukan meeting. Tak ada rasa selain penyesalan yang Luna sematkan pada dirinya. Ia membatalkan kontrak kerjasamanya dengan perusahaan Bussines Star yang Alan kelola selama ini.

•••

Senyuman tipis terlihat dari wajah pria dewasa yang memakai stelan jas juga kemeja berwarna navy. Alan telah pulih dan hendak terjun lagi ke dalam perusahaan yang sudah lama ia tinggalkan.

"Alan, aku seneng kamu bangun lagi."

"Aku kan udah bilang, tunggu aku, aku pasti bangun kok." Ucapan Alan membuat Alista ingat dengan mimpinya, ia langsung memeluk erat suaminya itu.

Arda berencana untuk fokus di dunia bisnis. Ia bahkan berniat pergi ke Jerman untuk belajar bisnis dengan Om dan teman Ayahnya dulu.

"Lo yakin?"

"Yakin bang. Selama ini, gue mau jadi apa yang buat ibu sama lo bangga. Gue mau jaga kalian, dan gue gak mau direndahin orang lagi. Temen Ayah kontak gue. Selama ini ternyata dia mantau kinerja gue. Gue gak pernah tau, bahwa Ayah sayang sama gue walaupun gue bukan darah dagingnya."

"Lo akan tetap jadi anak Ayah sampai kapanpun. Dan pergilah, biar gue jaga ibu sama perusahaan di sini."

"Tapi ... lo harus beresin dulu masalah lo sama Tia juga surat pindah pendidikan lo dari sini," tambah Alan.

Sementara, Nana sedang bingung karena Nando menyatakan perasaan padanya. Nana menolak untuk memberikan jawaban itu, dan mulai berpikir keras untuk bisa melupakan Reka di hatinya. Ia merasa seperti benalu yang terus hinggap di tumbuhan anggrek yang begitu indah selama ini. Bahkan ia memutuskan untuk melupakan cinta yang selalu hinggap di hatinya, terlebih lagi itu hanya untuk Reka.

Saat pulang kampus, mata Reka bahkan memencar ke segala arah. Ia tahu bahwa pengganggu yang selama ini terus ada di kehidupannya, mulai tak terlihat. Kesepian itu bahkan mengganggunya selama ini. Pikirannya mulai tidak beres ketika ia memikirkan Nana sejak itu.

"Kenapa gue jadi gila kayak gini, bodoh, lupain ... lupain ...." gumam Reka kebingungan dengan dirinya sendiri.

Reka berkunjung ke rumah Alista. Tak seceria saat ia mengunjungi sang kakak, Reka tertunduk diam membingungkan Alista.

"Kenapa lagi? Kenapa muka kamu ditekuk begitu?"

"Kak, orang yang biasa ngikutin kita, kepoin kita, tiba-tiba dia berhenti buat lakuin itu. Menurut kakak gimana?" Pertanyaan Reka membuat Alista mengerutkan dahinya bingung. Ia pun sempat kaget karena itu pertama kalinya Reka curhat soal apa yang ia rasa dalam hatinya. Alista pun terkekeh karena pertanyaan itu.

"Kok tawa sih?"

"Reka, kamu kok masih belum peka juga sama perasaan kamu sendiri? Kamu itu lagi jatuh cinta. Seseorang yang biasa kita lihat tiba-tiba gak ada dan rasanya itu semacam emosi kesal juga gak enak kan karena kamu udah biasa sama dia? Kamu kesepian Reka, kamu butuh dia, cobalah buat jujur sama perasaan kamu sendiri."

ALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang