Arda terlihat memasuki rumah dengan pintu yang terbuka sebelumnya. Ia melirik sekilas kedatangan sang tante, adik kandung Bu Laras yang sedang bertamu di rumahnya. Melihat sang ibu asyik mengobrol dengan sang tante, Arda yang hendak menyapa mereka, niatnya terhenti. Ia melanjutkan perjalanannya menuju kamarnya di atas. Kedua perempuan itu tengah membicarakan perihal Business Star yang memang tengah mengalami masalah. Tentu saja, walau tak terjun langsung ke perusahaan, Bu Laras serasa cemas pada putra sulung yang kini tindakannya sangat berpengaruh pada perusahaan.
"Mba, kenapa gak suruh Arda aja ngurus perusahaan sama Alan?" tanya sang adik pada Bu Laras.
"Arda itu orangnya susah, dia ngelakuin kemauannya sendiri."
Kedua kaki menuruni anak tangganya menuju dapur. Seharian kuliah dan menghabiskan waktunya di markas, Arda merasa dehidrasi karena belum tersentuh air yang bisa mendinginkan tenggorokannya. Setelah mendapatkan air dingin dari kulkas, Arda menyapa tantenya detik itu. Ruang dapur, memang berdekatan dengan ruang keluarga rumah Banaputra.
"Eh tante, main." Arda menyapa begitu malas. Iya, Arda sangat tidak suka dengan tantenya karena ia memiliki mulut yang sungguh berisik menurutnya.
"Kamu? Kapan pulang? Kok gak nyapa ibu sama tante?" tanya Bu Laras.
"Tadi ibu sama tante sibuk banget ngobrol. Arda gak mau jadi orang ketiga di antara kalian." Wajah Arda masih terlihat begitu malas ketika menjawab pertanyaan sang ibu.
"Ada-ada aja kamu. Arda, kamu lebih baik bantu kakak kamu di perusahaan," ucap Bu Laras begitu cemas karena ia sudah khawatir tentang kondisi Alan saat ini yang menghandle perusahaan bersama kakeknya.
"Ibu, ibu kan tau Arda gak suka bisnis."
"Ya tapi kan Arda, kamu juga penerus ayah kamu," tambah tantenya.
"Arda mau ke atas dulu bu, tante."
Sungguh, bisnis adalah salah satu hal yang tak disukai Arda. Ia serasa tak punya passion dalam bidang bisnis ataupun perusahaan. Apalagi, jika disuruh untuk menerus bisnis, setiap kali membicarakan itu, Arda pasti akan menghindar segera mungkin. Ia menaiki anak tangganya untuk kembali ke kamar setelah memanjakan tenggorokannya.
"Mba, mba udah kasih tau Arda yang sebenarnya?" tanya tante melirik anak tangga merasa Arda sudah sampai ke kamarnya. Ia pun bertanya sangat hati-hati pada Bu Laras.
Suara tidak biasa terdengar oleh telinga Arda. Lantas, ia menghentikan langkahnya untuk kembali ke kamar. Arda berusaha menguping pembicaraan mereka dari tangga tanpa sepengetahuan kedua wanita itu.
"Tau apaan gue?" batin Arda terheran.
"Belum. Mba masih takut kasih tau dia. Biar tetap kayak gini, dia nyaman kayak gini Mba udah senang. Ya walaupun suatu saat nanti Arda pasti tau yang sebenarnya," ucap Bu Laras.
"Tau apa bu?" tanya Arda tegas setelah menuruni anak tangga dengan cepat dan berdiri di hadapan mereka meminta penjelasan.
Bu Laras dan sang adik begitu terkejut karena Arda tiba-tiba datang. Jantung Bu Laras sudah berdekup begitu takut. Mereka berdiri setelah kedatangan Arda yang cukup membuat mereka terkejut. Wajah mereka serasa mencirikan ketakutan begitu mendalam, hingga membuat Arda malah penasaran apa yang tengah dibicarakan mereka menyangkut dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTA
Novela JuvenilAlista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pekerjaan ia lakukan dengan keras termasuk menjadi guru privat anak orang tajir. Sebuah masalah timbul...